Warek I Unisba, “PT Berperan dalam Menangkal Radikalisme”

KOMINPRO-Perguruan Tinggi memiliki andil besar dalam menangkal bagaimana agar radikalisme tidak menjadi paham yang laten untuk urusan tatanan atau anti terhadap Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika.

Demikian disampaikan Wakil Rektor I Unisba, Ir. A. Harits Nu’man, MT.,Ph.D. IPM. dalam Forum Group Disscusion (FGD) “Peran Kampus dalam Menangkal Radikalisme” di Gedung Pikiran Rakyat JL. Asia Afrika Bandung, Selasa (22/05). FGD ini terselenggara atas kerja sama Bagian Komunikasi Informasi dan Promosi (Kominpro) Unisba dengan PR.

FGD ini menghadirkan sejumlah narasumber yakni Januar P. Ruswita (Pimpinan PR), Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. (UPI), Prof. Dr. Uman Suherman AS, M.Pd. (Koordinator kopertis wilayah IV), Dr. Dadang Rahmat Hidayat, S.Sos., M.Si. (Dekan fikom unpad), Prof. Dr. H.M. Didi Turmudzi, M.Si. ( Pembina Yayasan Unpas), Dr. Hj. Imas Rosidawati Wiradirja, SH., MH. (Guru Besar Uninus), Dr. Hj. Imas Masyitih M Noor, SH., MH (anggota DPR), Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir M.S. (Rektor UIN) Prof. Dr. Ir. H. Eddy Jusuf, Sp, M.Si., M.Kom. (Ketua Aptisi), Ir. A. Harits Nu’man, M.T., Ph.D. (Warek 1 Unisba), Prof. Dr. H.M. Abdurrahman, MA (Guru Besar Fakultas Syariah), Dr. H. Irfan Safrudin, M.Ag (Yayasan Unisba), Prof. Dr. Hj. Atie Rachmiatie, M.Si (Ketua LPPM ), M. Roji Iskandar, Drs., M.H (Dekan Fakultas Syariah Unisba), DR. Komarudin Shaleh, Drs., M.Ag. (Dekan Fakultas Dakwah Unisba), dan Dr. Rusli K. Iskandar, S.H., M.H. (Fakultas Hukum). FGD dipandu moderator Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba, Dr. Septiawan Santana Kurnia, Drs., M.Si. (Dekan Fikom).

Dikatakan Warek I Unisba, tema yang dipilih dalam FGD  sesuai dengan fenomena yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini terkait dengan radikalisme. Paham radikalisme, menurutnya lebih mengena kepada masyarakat yang sudah dewasa dan kampuslah yang menjadi sasarannya dimana mahasiswa terprovokasi dan memiliki paham radikalisme.

Unisba sejak awal sudah berupaya untuk menjalankan dan mengamakan syariat Islam yang tetap bertumpu kepada UUD 45 dan lainnya, salah satunya bagaimana Unisba menghasilakn lulusan yang memiliki jiwa 3M (Mujahid, Mujtahid dan Mujaddid). “Mujahid ini bukan berarti bukan berjuang dengan keinginan sendiri tetapi dibekali dengan patron yang ada  didalamnya nilai ke-Islaman yang ditanamkan sehingga berjuangnya ber-jihadnya  tetap memunculkan nilai ke-Islaman yang hakiki,” ungkap Warek I.

Dalam proses pembelajaran, tambahnya, Unisba memberikan pembekalan keagamaan yang sangat komprehenssif bagi mahasiswanya mulai dari semester awal sampai selesai hingga berlanjut ke profesi. “Ini sebagai upaya untuk pembekalan yang sudah kami lakukan sejak awal karena warisan dari pendahulu kami itu menarik diri dari kancah politik, dan untuk berkiprah di dunia pendidikan, mengkhusukan mujahid yang memiliki intelektualitas yang cukup tinggi,” jelas WR I seraya berharap, melalui forum ini dapat memberikan solusi untuk menangkal pahak radikalisme.

Sementara itu, Pemimpin Perusahaan Pikiran Rakyat, Januar P Ruswita ,mengungkapkan, bicara radikalisme ini dalam beberapa bulan terakhir memunculkan suatu isu yang menarik yang harus ditelaah lebih lanjut.

Saat ini menurutnya, teror yang terjadi tidak hanya berlatar di fasilitas keagamaan saja tetapi di tempat yang steril sekalipun seperti di kepolisian. Pelakunya pun tidak hanya berlandaskan kesenjangan sosial dimana sebelumnya pelaku kebanyakan masyarakat dari kalangan kurang mampu, akan tetapi yang terjadi saat ini pelaku merupakan sosok yang sudah mapan dalam hal ekonomi.

Radikalisme yang terjadi saat ini, tambahnya, harus dapat ditindaklanjuti lebih lanjut karena paham radikalisme ini melibatkan oknum di lingkungan kampus. Hal ini membuat pemangku media memiliki peran yang tidak hanya sebagai lembaga penyampai informasi saja, tetapi juga menjadi lembaga yang ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. “Kami mengajak semua pemangku kepentingan karena tidak mungkin kita sendiri yang membuat cerdas masyarakat. Di lingkungan perguruan tinggi ada peran dari dosen, mahasiswa dan tendik ,” katanya.

Hal ini supaya masyarakat melihat cerdas menghadapi  aliran radikalisme ini, artinya tidak terjebak dalam isu-isu yang ujung-ujungnya berbuat radikal yang akan membawa banyak korban dan kerugian terutama bagi umat Islam. “Bangsa kita juga tercoreng namanya kemudian umat Islam banyak yang malah menjadi menyerang sendiri,” ujarnya.

Melalui FGD ini diharapkan dapat memberikan solusi terbaik bagaimana masyarakat dan kalangan kampus bertindak cerdas untuk kedepannya dan menangkal sedini mungkin paham-paham  yang mengarah ke radikalisme. “Solusi bisa dibentuk jika komponen masyarakat terlibat sehingga dapat menghasilkan solusi terbaik untuk masyarakat,” paparnya.(Eki/Sari)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Press ESC to close