Ustad Adi Hidayat, Lc, MA. saat menyampaikan Tausiyah di Aula Unisba, Jumat (11/10)
KOMINPRO-Sungguh orang-orang beriman itu ikhwah. Mereka adalah bersaudara, mereka adalah pelaku ukhuwah. Jika ada seseorang yang mengaku beriman tetapi dalam kehidupan sosialnya sering berselisih dan saling mencela maka hal tersebut menggambarkan ada yang salah dengan keimannya.
Demikian disampaikan Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.A ketika memberikan tausyiah dalam acara Tabligh Akbar Milad Unisba ke-60, di Aula Unisba, Jum’at (11/10). Dia mengatakan kalimat pertama yang disandingkan dengan ukhuwah adalah iman.
Dikatakan Ustad Adi, dasar ajaran ukhuwah bersumber dari surah Al Hujurat ayat 10 yang berbunyi Innama al-mu’minuuna ikhwatun fa-ashlihu baina akhawaikum wa at-taqullaha la’allakum turhamuun. Artinya sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat).
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk memperkuat ukhuwah sebagaimana tercantum dalam surah Ali Imran ayat ke-103. “Jikalau kita ingin mempererat ukhuwah dan menjaga agar tidak pecah, berpegang teguhlah pada Hablullah. Semua ulama tafsir sepakat Hablullah yang dimaksud ada dua utamanya, pertama Al-Jama’ah dan kedua Al-Qur’an,” ujarnya di hadapan 4000 lebih jamaah yang memadati lapangan parkir kampus biru Unisba.
Pa Ustad pun menegaskan, setiap aktivitas manusia pasti akan mempengaruhi perubahan zaman. Dalam menjalani hidup, berbuat baik tentu merupakan kewajiban bagi umat manusia. Namun, berbuat baik saja tidak cukup jika tidak disertai dengan keimanan yang kuat terhadap Allah Swt.
Langkah awal yang dapat ditempuh oleh civitas akademika dalam membangun ukhuwah yaitu dengan membangun visi yang sama untuk bersatu. Kemudian menghadirkan nilai kemuliaan untuk memperkuat kampus. Ketika visi yang disuarakan kompak, kata Pa Ustad, secara tidak langsung aktivitas yang diturunkan akan sejalan.
“Kalau semua visinya ingin bersatu maka seluruh elemen dalam tubuh kita akan mendorong untuk menghasilkan yang terbaik, begitupun sebaliknya. Jika isi dari visi otak kita terpecah belah maka nanti masuk ke tangan akan menghasilkan tulisan yang memecah belah, masuk ke mulut keluar kata-kata keluar yang tidak tepat,” jelasnya.
Selain itu, untuk mencapai ukhuwuah kata dia , harus diringi dengan kemauan mempraktekkan isi Al-Quran dalam tatanan kehidupan. Dalam ayatnya Al-Qur’an menjamin seseorang yang mengamalkan akan memilki nilai ikatan ukhuwah yang kuat dan sulit dipisahkan dalam kehidupan. Hal ini terbukti dari sejarah yang mengisahkan turunnya Al-Qur’an di tengah umat jahiliyah.
Al-qur’an turun di tengah umat jahiliyah bukan tanpa alasan, tapi untuk menunjukkan pesan pada generasi selanjutnya begitu dahsyatnya Al-Quran jika dipraktekan dalam kehidupan. Dengan kekuasaanya, Allah mengeluarkan umat jahiliyah dari sifat keterpurukan yang bahkan mengalahkan bangsa Romawi yang sudah maju dan Persia yang sudah unggul.
Al-Qur’an turun membawa pesan kehidupan, isinya bukan bacaan biasa, ada pedoman-pedoman yang harus dipraktekkan dalam kehidupan. “Tidak peduli Anda pelajar, dosen, pengusaha, birokrat, diplomat isinya ada di situ semua. Begitu dipraktekkan pencela jadi pencinta, Pemukul jadi perangkul, pencaci jadi pendakwah semua lembut dan berubah dari jahiliah menjadi Khairul Ummah,” ujarnya.(Feari/Sari)