KOMINPRO – Aksi ribuan mahasiswa dalam menolak Omnibus LAW UU Cipta Keja di depan Gedung DPRD Jawa Barat (Jabar), Selasa (7/10) berujung kericuhan. Bentroknya mahasiswa dengan aparat kepolisian terjadi setelah massa aksi merobohkan gerbang depan gedung DPRD Jabar dan memaksa masuk ke dalam gedung. Namun, aksi tersebut dihadang oleh aparat polisi dan Pasukan Anti Huru-Hara (PHH) dari TNI. Kemudian para massa aksi yang didominasi mahasiswa bergeser ke area Taman Sari dan mencoba memaksa masuk ke Gedung Universitas Islam Bandung (Unisba) untuk dijadikan tempat evakuasi.
Menanggapi hal tersebut Wakil Rektor III Unisba, H. Asep Ramdan Hidayat, Drs., M.Si. menyampaikan permohonan maaf kepada para mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa karena tidak bisa memberikan fasilitas, mengingat kondisi pandemic Covid-19. Wakil Rektor III Unisba, mengatakan, dalam menekan laju penyebaran virus Covid-19, Unisba menerapkan sistem Work from Home (WFH) sehingga segala macam kegiatan di kampus ditiadakan.
“Sesuai pesan Pak Rektor bahwa saat ini kita sedang menerapkan perkuliahan online sehingga tidak ada aktivitas apapun yang bersifat kerumunan dilakukan di kampus. Pak Rektor tidak mengizinkan masa aksi masuk karena pertimbangannya adalah untuk menjaga protokol kesehatan bagi kampus, tidak ada yang lain,” jelasnya.
Namun, melihat kondisi massa aksi yang terdesak akibat dikejar dan ditembaki gas air mata, akhirnya security membuka gerbang untuk massa aksi menyelamatkan diri. Menyikapi hal itu, Warek III menyatakan, para massa aksi hanya masuk ke halaman depan parkiran Unisba meminta air untuk cuci muka karena pedihnya gas air mata.
“Sekitar jam setengah delapan memang ada masa aksi yang masuk ke area kampus untuk menyelamatkan diri dari pedihnya gas air mata tapi hanya di halaman parkir saja. Mereka memaksa masuk kampus untuk meminta air untuk kebutuhan cuci muka dan tidak difasilitasi oleh kampus baik ruangan atau kebutuhan lainnya,” pungkasnya.
Warek III menambahkan, berdasarkan pantauan, sekitar pukul 20.50 WIB massa aksi sudah mulai meninggalkan kampus dan berniat untuk membubarkan diri dari area Taman Sari. Namun, pihak kepolisian datang kembali dan melepas tembakan gas air mata secara serabutan sehingga para massa aksi akhirnya masuk kembali ke kampus.
“Sebenarnya jam sembilan kurang masa sudah clear meninggalkan kampus dan mulai membubarkan diri dari area Taman Sari tapi pihak kepolisisan datang kembali dan mengeluarkan tembakan gas air mata sehingga masuk kembali ke area kampus. Akibatnya massa aksi yang berada di halaman parkir Unisba kembali ditembaki gas air mata hingga menyebabkan kaca pos penjagaan satpam pecah,” tuturnya. Menanggapi insiden tersebut, Wakil Rektor III menghimbau kepada masa aksi dan pihak kepolisian untuk dapat saling menahan diri dan tidak melakukan berbagai tindakan yang bersifat anarkis. (Feari/Wiwit)