BANDUNG, (PR) – Unisba untuk pertama kalinya mengadakan Bandung Annual International Conference (BAIC) di Hotel Grand Tjokro yang diikuti sekitar 300 peserta dari seluruh Indonesia. BAIC yang berlangsung Senin-Selasa (22-23/2018) merupakan upaya mendorong akademisi di Indonesia agar bisa menembus jurnal ilmiah internasional terindeks Scopus ataupun Web of Science (WOS).
Menurut Ketua Lembaga Penelitian Masyarakat (LPPM) Unisba Atie Rachmiatie, acara ini untuk memberikan kesempatan kepada akademisi dan praktisi di Indonesia, negara-negara ASEAN , dan dunia untuk mendiskusikan berbagai isu kontemporer. “Khususnya masalah pengelolaan alam dan sosial kemasyarakatan. BAIC merupakan ruang terbaik untuk penelitian lalu dipublikasikan secara luas,” katanya.
Selain itu, konferensi internasional pertama ini ingin mendorong karya anak-anak bangsa agar bisa dipublikasikan ke dunia internasional. “Khususnya untuk publikasi ilmiah internasional terindeks Scopus dan Web of Science (WOS),” katanya.
Dia menambahkan, ada dua bidang keilmuan yang dibahas dalam konferensi internasional yakni “Social and Humaniora Research Symposium (Sores) untuk sosial, komunikasi, psikologi, manajemen, hukum, ekonomi, pendidikan, dan ekonomi syariah serta “Science and Technology Research Symposium” (Sires) untuk bidang sains, teknologi, matematika, dan kesehatan.
“Peserta yang mengirimkan makalah ilmiah dan mempresentasikan di depan pembicara serta peserta lainnya untuk Sires sebanyak 100 peserta, sedangkan Sores 200 peserta. Ratusan partisipan juga hadir sebatas mengamati dan mendengarkan paparan peserta,” ujarnya didampingi ketua panitia, Dadi Ahmadi.
Menurut Dadi, para peserta dari seluruh Indonesia termasuk dari Papua, sedangkan pembicara yakni Thomas Weith dari University of Postdam (Jerman), Muhammad Azis dari Institut Teknologi Tokyo, dan Sutawanir Darwis (Unisba).
“Pada hari pertama diadakan semacam pelatiha atau coaching clinic kepada peserta agar mempresentasikan makalah lalu diperbaiki agar bisa masuk jurnal internasional. Setelah direvisi lalu presentasi lagi untuk mendapatkan masukan dari peserta dan pembicara,” katanya.
Diharapkan pada tiga bulan ke depan ada ratusan makalah ilmiah para peserta BAIC yang sudah dimuat di jurnal ilmiah internasional. “BAIC untuk mengangkat kemampuan dosen sekaligus meningkatkan mutu penulisan jurnal ilmiah,” ucapnya.
Picu Penelitian
Rektor Unisba Edi Setiadi meyakini BAIC pertama ini bisa memacu dan memicu penelitian serta penulisan ilmiah di Indonesia. “Acara ini sudah dari dulu diselenggarakan, tetapi masih bersifat nasional. Tahun ini dengan format baru yakni berskala internasional karena ada tuntutan untuk dimuat di jurnal ilmiah terindeks scopus dan WOS,” ujarnya.
Dia menambahkan, BAIC juga didukung beberapa perguruan tinggi seperti UIN AlaudinMakassar, Universitas Islam Sumatera Utara, Stikom Bandung, Bina Insani, Unswagati Cirebon, dan Akademi Kebidanan Pelita Ilmu Depok.
“Tahun depan semoga bisa lebih meningkat lagi khususnya dalam penelitian masalah humaniora dan ilmu-ilmu keislaman,” ujarnya.
Menurut Edi, 67 dosen Unisba telah menghasilkan 167 karya ilmiah yang sudah dimuat di jurnal internasional terindeks scopus. “Saya baru saja dari Malaysia, ternyata satu fakultas di sana saja memiliki jurnal ilmiah terindeks Scopus sehingga memudahkan para dosennya. Kami berharap Unisba juga memiliki satu jurusan ilmiah terindeks Scopus. Saat ini baru satu jurnal yang ndeksnya masih nasional,” tuturnya. (Sarnapi)