Unisba dan Kemenlu Gelar Talkshow “Islam di ASEAN”

KOMINPRO-Pusat Studi ASEAN LPPM UNISBA bekerjasama dengan Direktorat Kerja Sama Sosial Budaya ASEAN Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) gelar Talkshow dengan Tema Islam di ASEAN yang mengusung pesan utama peran pemuda dalam mempromosikan nilai-nilai Islam yang toleran dan moderat di kawasan ASEAN, di Student Center, Kampus Unisba, Jl. Tamansaari No.1 Bandung, Senin (10/12). Talkshow ini menghadirkan 3 (tiga)  pembicara yaitu Prof. Dr. Miftah Faridl (Ketua MUI), Prof. Dr. Azyumardi Azra (tokoh cendekiawan muslim dan pengamat budaya Islam)  dan Dr. Ani Yuningsih M.Si (peneliti gerakan ruhuddien generasi milenial di kawasan Asean melalui media sosial).                         

Alasan dibalik kegiatan ini adalah dengan melihat  komposisi demografi di ASEAN yakni 30% penduduknya adalah pemuda serta lebih dari 50% perempuan, maka ke depan peran pemuda dan perempuan di ASEAN akan menjadi kunci perubahan. Oleh karena itu pemahaman pemuda dan perempuan terhadap Islam yang toleran dan moderat perlu ditumbuhkan agar mereka dapat tumbuh sebagai ambassadors of peace.  Indonesia sangat berkepentingan untuk hal ini. Sebagai natural leader dan jumlah muslim terbesar di ASEAN, Indonesia harus mampu memberi contoh bahwa Islam yang ada di Indonesia merupakan Islam yang toleran dan moderat.

Prof. Dr.Azyumardi Azra mengemukakan bahwa di  kawasan ASEAN, Indonesia-lah yang budaya Islamnya paling toleran dan moderat, karena Islam wasatiyah berkembang di Indonesia yaitu praktik dan kehidupan Islam yang toleran, terbuka, demokratis dan saling menghormati satu sama lain, meski di Indonesia banyak tumbuh ormas Islam yang kuat dengan kekuatan identitasnya masing2 namun berjalan seiring tanpa saling menyakiti, ini terjadi karena pola ajaran Islam sejak pertama kali datang ke Indonesia melalui pendekatan budaya, Islam masuk ke dalam budaya yang ada,  dan baru kemudian secara bertahap menemukan Islam yang murni. Seraya menjelaskan kehidupan dan budaya Islam di negara-negara ASEAN lainnya. Azyumardi menyimpulkan bahwa hanya Indonesia dan bukan negara lain yang mampu menjadi ujung tombak dalam membangun dan mempromosikan Islam yang toleran dan moderat di kawasan ASEAN.

Prof.Dr. Miftah Faridl mengemukakan bahwa generasi muda hendaknya mempelajari nilai-nilai Islam dan ayat-ayat suci Al Qur’an secara komprehensif untuk mengambil makna dan tafsir yang benar tentang nilai toleransi dan moderasi yang ada di dalamnya sehingga mampu mepraktikkan Islam secara damai, serta  sabar dalam menghadapi  perbedaan. Ayat-ayat Al Qur’an tidak dapat dimaknai secara parsial dan dijadikan legitimasi untuk menerapkan sikap yang radikal, kasar dan saling meng “kafir” kan terhadap sesama muslim yang berbeda dalam tafsir dan praktik serta budaya Islamnya.

Pembicara lainnya Dr.Ani Yuningsih memaparkan tentang adanya kecenderungan generasi milenial untuk belajar nilai- nilai Islam secara instant dan parsial melalui media sosial, padahal hasil riset menunjukkan 80 % ajaran Islam di media sosial adalah ajaran yang kaku. Ini perlu di counter dengan muatan dakwah di media sosial yang berisi nilai toleransi dan moderasi, agar generasi muda mendapat pesan dakwah dari berbagai sisi. Di sisi lain  Kegelisahan dan semangat pembelajar  generasi milenial untuk menerapkan nilai Islam secara benar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti melalui film, bisnis start up, board game, pemuda dalam mitigasi bencana, literasi media dan sebagainya yang memerlukan support dan kolaborasi dengan pemerintah dan pemilik modal yang dapat menjadi mentor generasi muda untuk menjalankan Islam dengan kesalehan sosial.***

Press ESC to close