Unisba Ajak Dosen Lebih Mengenal Karakteristik Mahasiswa Lewat Seminar Refreshment

Komhumas – Dosen wali memiliki peran penting dalam kelangsungan perkuliahan mahasiswa. Selain berfungsi sebagai pembimbing, pengarah, dan penasihat mahasiswa dalam menentukan arah dan tujuan studinya, dosen wali juga menjadi tempat bagi mahasiswa untuk berbagi cerita. Tidak hanya terkait masalah akademik, namun berbagai persoalan seperti finansial atau kesehatan mental misalnya. Meskipun dosen wali  tidak selalu menjadi sumber jawaban, namun kehadirannta diharapkan bisa menjadi jembatan penghubung antara mahasiswa dengan orang-orang yang tepat terhadap permasalahan tersebut.

Berdasarkan landasan tersebut Bagian Kemahasiwaan dan Alumni membekali 86 dosen dari berbagai fakultas melalui seminar refreshment dosen wali bertema “Mengenal Karakter Mahasiswa dan Membentuk Kesehatan Mental Mahasiswa” yang diselenggarakan di Aula Unisba, Rabu (30/5). Kegiatan ini diisi oleh narasumber Dr. Rismijati E. Koesma, Psikolog.

Wakil Rektor III Unisba, Dr. Amrullah Hayatudin, SHI., M. Ag., mengatakan, kegiatan ini merupakan agenda rutin yang digagas oleh kemahasiswaan dalam rangka memberikan pemahaman dan merefresh kemampuan dosen wali. Beliau berharap, dengan kegiatan ini dosen wali bisa lebih aware tentang pentingnya menumbuhkan sense of belonging dengan mahasiswa.

“Kebanyakan dosen wali hanya bertemu dengan anak walinya sebanyak tiga kali dalam setahun, yaitu saat perwalian semester ganjil, genap, dan semester antara. Sementara faktanya banyak dosen wali yang baru tahu anak walinya memilki masalah mental ketika dia sudah dirujuk ke Kemahasiswaan atau Unit Layanan Psikologi Terpadu (ULPT). Padahal harapannya, dosen wali bisa menjadi perotolongan pertama bagi mahasiswa yang memiliki masalah kejiwaan,” ujarnya.

Beliau berharap dengan pembekalan ini dosen wali bisa lebih mengenal dan peka terhadap masalah yang dihadapi mahasiswa walinya. Menurutnya, jabatan dosen wali adalah sebuah amanah yang harus dijalankan dengan baik dan penuh tanggung jawab karena merupakan tugas langsung  yang diberikan oleh rektor.

Smentara itu, Dr. Rismijati mengatakan, saat ini mahasiswa berada dalam masa transisi dari usia remaja ke usia dewasa muda (18 – 23 tahun). Menurutnya,  masa transisi merupakan masa kritis karena banyak perubahan yang terjadi dan harus dihadapi dan diselesaikan oleh mahasiswa.

“Dalam perkembangan remaja menuju dewasa muda ada beberapa tugas yang ingin dicapai oleh mereka di antaranya mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Mengembangkan konsep intelektual untuk tercapainya kompetensi sebagai warganegara,” ujarnya.

Beliau menambahkan pada masa tersebut mahasiswa menghadapi berbagai fase dalam membentuk karakter mulai dari mengenal dirinya dengan cara yang positif atau negatif. Kemudian, bagaimana ia memandang dirinya (konsep diri),  seberapa besar ia menghargai dirinya (harga diri), dan seberapa kuat ia memandang kemampuan dirinya (rasa percaya diri).

Press ESC to close