SINDO GOES TO CAMPUS DI UNISBA

Humas – Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Koran Sindo serta Sindo TV menggelar “Sindo Goes To Campus” dengan format talk show bertema “Konvergensi Media di Era Digital” pada Senin, 30 Maret 2015 di Aula Utama Unisba, Jalan Tamansari No. 1 Bandung.

Acara ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Latief Siregar selaku Wakil Redaksi Sindo TV, Hanna Farhana selaku Redaktur Pelaksana Koran Sindo, dan Armydian K. selaku Redaktur Koran Sindo, serta pakar jurnalistik dari Fikom Unisba, yakni Alex Sobur, Drs., M.Si.. Salah seorang dosen Fikom Unisba, Askur Rifa’i, Drs., M.Si menjadi moderator pada acara tersebut.

Dalam sambutannya, Dekan Fikom Unisba, Dr. O. Hasbiansyah Drs., M.Si. meminta mahasiswa untuk mengkaji secara utuh konvergensi media. “Selama ini kita melakukan penelitian media yang terpisah-pisah baik online saja, cetak saja saja atau elektronik saja dan mudah-mudahan kita bisa melihat konvergensi media dalam penelitan yang lebih utuh.” ujar Hasbiansyah.

Pada sesi awal, Armydian mengemukakan bahwa di era digital teknologi media massa berkembangan begitu cepat. “Kita juga berubah dari sekedar konsumen publik informasi menjadi produsen yang aktif dalam informasi hanya dengan satu gadget.” ungkap Armydian. “Untuk menyokongnya, bisa dengan literasi media, yakni menggali daya kritis masyarakat. Informasi yang disebarkan masyarakat umum melalui media sosial atau sebagainya bisa digunakan media mainstream melalui proses verifikasi dari second source.” tambah Army.

Sementara Latief Siregar menyampaikan paparannya tentang manfaat TV lokal yang tidak dimanfaatkan oleh penduduk setempat. “Otonomi mengharuskan semua daerah berkembang sesuai dengan kearifan lokalnya sendiri-sendiri.” ujar Latief. Latief menceritakan soal regenerasi televisi berjaringan dengan hadirnya undang-undang (UU) yang mewajibkan televisi menayangkan tayangan lokal dan diberhentikannya izin pembuatan TV nasional. “Penerapan UU tersebut ingin mengubah kebiasaan menonton TV nasional dan meninggalkan siaran lokal. Selama ini ada bias Jakarta. Seolah informasi yang disantap setiap hari diatur oleh orang Jakarta, karena banyak pemangku kepentingan atau tokoh politik yang tinggal di Jakarta.” Tambah Latief.

Pada sesi lain, Hanna Farhana berbagi pengalamannya menjadi pekerja jurnalistik di era kontemporer. “Di era konvergensi, media digital sudah menguasai dan itu merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari dan pasti terjadi, hanya saja yang bekerja di media cetak harus melakukan sesuatu agar bisa survive.” ujar Hanna. Menurutnya, industri cetak di Indonesia masih jauh dari kehancuran dan ada satu faktor bahwa industri cetak umurnya masih panjang, yaitu dari iklan. “Iklan di media cetak masih sangat tinggi dan masih belum dikalahkan oleh offline ataupun media lain yang berbasis internet.” katanya. Keunggulan media cetak menurut Hanna adalah bisa menguasai ruang dan waktu serta fisiknya selalu ada. Karena itu, jurnalis harus memperhatikan akurasi saat proses editing untuk publikasi dan laporan yang mendalam.

Sebagai pengamat dan pakar jurnalistik, Alex Sobur, Drs., M.Si. memaparkan bahwa pekerja jurnalistik harus mampu menyuguhkan berita yang akurat dan memaparkan informasi yang memiliki kelayakan untuk dilaporkan. “Di dalam Al-Quran sebagai kitab suci yang dibaca setiap hari sudah mengingatkan apabila datang kepadamu seorang fasik maka periksalah secara detail setiap peristiwa.” kata Alex Sobur.

“Acara ini menarik, bagus sekali untuk pengetahuan kita secara umum mengenai media. Sebagai pengguna media, kita harus cerdas mem-filter informasi yang diperoleh melalui media-media yang beragam.” ujar Dita, salah satu peserta seminar.

Khusnul Huda selaku Ketua Biro Koran Sindo Jawa Barat berharap kerjasama Unisba dengan Sindo dapat terus berjalan dan terus ditingkatkan. (Fuad/Putri/Dwi)

 

Press ESC to close