Dr. Amrullah Hayatudin, SH., S.H.I., M.Ag.
Tidak terasa tahun 2022 sudah berlalu, banyak hal yang sudah dilakukan di tahun 2022 dan tentu banyak hal baru yang sudah direncanakan dalam rangka mengisi tahun 2023 banyak asa dan harap yang ingin dicapai di tahun 2023, serta apa-apa yang belum dicapai di tahun sebelumnya, berharap dapat dicapai di tahun ini. Dalam rangka mewujudkan harapan-harapan tersebut tentu perlu kiranya kita “Bermuhasabah” terlebih dahulu.
Apa itu Muhasabah?… Muhasabah adalah bentuk mashdar dari kata hasaba-yuhasibu yang kata dasarnya hasaba–yahsubu yang berarti menghitung. Secara istilah, muhasabah adalah introspeksi, mawas atau meneliti diri. Dalam arti lain menghitung-hitung perbuatan pada setiap tahun, setiap bulan, setiap hari bahkan setiap saat. Oleh karena itu muhasabah tidak hanya dilakukan pada akhir tahun atau bulan, namun perlu juga dilakukan setiap hari bahkan setiap saat.
Muhasabah diri menjadi keharusan bagi seorang muslim, hal ini tersurat dalam potongan ayat Al Quran surat al hasyr: “Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta’malụn”. Artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr [59:18]).
Menurut Al-Qurthubi yang dimaksud dengan kata ghad dalam ayat tersebut adalah hari kiamat. Meskipun secara Bahasa kata ghad sendiri berarti besok. Beberapa ahli ta’wil menyatakan dalam beberapa riwayat: “Allah senantiasa mendekatkan hari kiamat hingga menjadikannya seakan terjadi besok, dan besok adalah hari kiamat”. Ada juga mufasir yang mengartikan ‘ghad’ sesuai dengan makna aslinya, yakni besok. Hal ini bisa diartikan juga bahwa kita diperintahkan untuk selalu ber-muhasabah diri guna mencapai masa depan yang lebih baik. Melihat masa lalu, yakni untuk dijadikan pelajaran bagi masa depan. Atau juga menjadikan pelajaran masa lalu sebuah investasi besar untuk masa depan.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, dalam tafsirnya menjelaskan kenapa ghad dimaknai akhirat, karena Jika seorang muslim meletakkan akhirat di hadapan mata dan sebagai kiblat hati mereka, maka mereka berkonsentrasi untuk menunaikan amalan-amalan akhirat serta berusaha dengan kuat memperbanyak amalan-amalan yang bisa menghantarkan mereka ke surga dengan membersihkannya dari berbagai hal yang bisa memutus dan menghalanginya.
Jadi jika diperhatikan secara seksama ungkapan Allah Swt dalam potongan ayat di atas memiliki makna dan motivasi mendalam tentang intropeksi diri (muhasabah) dan pentingnya manajemen waktu yang baik. Sehingga menjadi penting untuk selalu menanam kebaikan untuk dipetik kelak di hari akhir. Muhasabah diri perlu dilakukan kapan pun dan dimanapun, tidak mesti dilakukan di awal tahun atau akhir tahun. Karena, jika kita melakukan muhasabah dengan cara meneliti diri sendiri dan menghitung amal perbuatan di dunia, niscaya perhitungan amalnya akan mudah di akhirat. Hal ini sebagaimana ungkapan Umar Ibn Khattab melalui Imam Al-Ghazali dalam kitab ihya Ulumuddin, yang artinya “Hitunglah amalmu sendiri sebelum kalian dihisab (di hari kiamat), dan timbanglah (amal) kalian sebelum (amal) kalian ditimbang (di hari kiamat). Dan pada hari kiamat hisab akan ringan hanya atas orang yang pada saat di dunia dia menghitung amalnya”.
Kemudian dalam hadist riwayat Ibnu Majah, Rasulullah Saw, bersabda: bahwa dengan melakukan muhasabah diri, manusia akan membuka hati dan menyadari segala dosanya. Setelah itu, muslim yang taat akan bertaubat dan tak mengulangi kesalahannya. Sebab taubat adalah bentuk penyesalan seorang muslim. Sebagaimana dalam hadiss, Rasulullah bersabda “Menyesal adalah taubat.” (HR. Ibnu Majah)
Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa akhir tahun ini, merupakan salah satu momen yang tepat untuk mengkoreksi segala aktivitas kita, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi agar apa yang akan kita lakukan di tahun 2023 ini lebih baik daripada yang sudan dilakukan di tahun sebelumnya, karena pada prinsifnya hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok tidak boleh lebih buruk daripada hari ini, namun yang terpenting adalah kehidupan masa depan kita, yaitu kehidupan kekal di akhirat yang diridlai Allah. Marilah kita ayunkan langkah kita untuk menggapai cita-cita dan meraih segala impian di tahun yang baru ini. (Terbit di Harian Pikiran Rakyat, Jumat (06/01/2023))