Profesi Harus Dijalani dengan Hati

Setiap profesi bisa menjadi menyenangkan untuk dijalani apabila dikerjakan dengan hati nurani. Bahkan pekerjaan yang dinilai berat sekali pun akan menjadi ringan dan mudah dengan hasil yang memuaskan.

Demikian terungkap dalam Studium Generale, “Passion Journalism” yang digelar Keluarga Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unisba, Selasa (24/5) di Aula Unisba dengan menghadirkan pembicara Medina Kamil (Traveling Journalist & Host Jejak Petualang Trans 7) dan Haryadhi (Penulis, Komikus & 2D Animator) dengan moderator dosen Fikom, Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si.,

Passion Journalism, memiliki arti  jurnalisme yang dilakukan dengan hati, sesuai dengan minatnya.  Hal itu pula yang dirasakan Medina Kamil, presenter cantik Trans7.  Medina yang merupakan lulusan dari Fakultas Hukum mengungkapkan, sebelum terjun sebagai Travel Journalist, ia sudah menyukai tantangan dan senang bertemu orang baru. Meski dirinya tidak memiliki background jurnalistik, tetapi hal itu bukan penghalang. “Ketika Saya diterima menjadi Host Jejak Petualang. Teman-teman tim Jejak Petualang yang memiliki background Jurnalistik banyak membantu Saya ketika berada di lapangan.” Ujar Medina seraya mengakui bahwa jurnalistik memang sudah menjadi passion dalam hidupnya. Hal ini dibuktikan dengan menjalani profesi tersebut selama hampir sepuluh tahun. Meski saat ini ia sedang cuti karena menikah dan melahirkan, akan tetapi hal tersebut tidak menghalanginya untuk kembali menjadi Host Jejak Petualang suatu saat nanti.  

Di hadapan mahasiswa Fikom Unisba, Medina pun berbagi tips menjadi seorang jurnalis yang baik. Menurutnya, untuk menjadi seorang jurnalis dibutuhkan kecerdasan (smart). Bukan secara akademis, melainkan dapat memahami dan mengerti apa yang sedang dibahas/dibicarakan. Pandai berkomunikasi juga hal yang patut dimiliki seorang jurnalis selain memiliki wajah “kamera face”, bentuk tubuh yang proporsional, tidak cadel (artikulasi jelas), memiliki karakter dan personality yang kuat, berwawasan luas, serta tidak manja.

Sementara itu, Haryadhi lulusan Jurnalistik dari sebuah PTS ternama di Jakarta, memiliki hobby membuat komik sejak kecil hingga sekarang. Ia mengaku sempat belum menyadari jika hobby nya itu merupakan jurnalistik yang didasari oleh passion. Waktu kecil, Harydhi sebenarnya ingin kuliah di bidang Seni. Sayang, sang Ayah melarangnya. Akhirnya dia mengambil jurusan Jurnalistik mengikuti jejak kakaknya yang kuliah di FISIP. “Setelah saya kuliah beberapa semester, saya baru menyadari jika hobby saya membuat komik itu merupakan Passion Jurnalistik. Ketika saya kuliah di Jurnalistik, kemampuan saya di bidang komikus semakin terasah.” ujar Haryadhi.

Awal mula Haryadhi berkarya menjadi seorang komikus karena merasa marah dengan situasi yang membuatnya tidak sreg dalam kehidupannya. Kemarahan ini timbul karena dia melihat video anak SMA yang berkerudung tetapi mereka berkelahi hanya karena masalah memperebutkan lelaki. Kemudian ia juga melihat di salah satu website yang memposting manusia setengah ular. Hal tersebutlah yang membuat Haryadhi menjadi lebih kritis dan mengungkapkan kekesalannya melalui opini yang dibuat dalam bentuk komik.

Senada dengan itu, Santi Indra Astuti yang menjadi moderator pada kesempatan tersebut mengungkapkan, jurnalistik tidak hanya berbicara tentang angka, bencana, sensasional dan kriminalisme. Jurnalistik juga berbicara dengan passion yang kita miliki. Passion Jurnalisme berbicara tentang jurnalisme yang dilakukan dengan hati, sesuai dengan minat kita dengan apa yang menurut kita akan memperkaya kehidupan kita sehingga memperkaya kehidupan  orang lain.

Jurnalistik dapat merasuk ke berbagai aspek kehidupan. Baik dalam bidang fashion, musik, seni dan berbagai aspek kehidupan lainnya.  Saat ini banyak media massa  yang menampilkan berbagai konten di media televisi maupun internet memasukan aspek jurnalistik.(Eki/Sari)

Press ESC to close