Perkembangan Teknologi Lahirkan Disrupsi

Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba, Dr. Ani Yuningsih, Dra., M.Si, menyampsikan orasi ilmiah “Pergeseran Tuntutan Profesi Serta Tantangan Dunia Pendidikan Komunikasi Di Era Disrupsi Dan Abundance”,  pada Prosesi Milad Fikom Unisba ke-35, di Aula Utama Unisba, Senin (16/07).

KOMINPRO-Dunia bisnis, industri dan profesi, kini mengalami perubahan yang signifikan bahkan cukup radikal. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran kebutuhan atas kompetensi serta kualifikasi lulusan sebuah perguruan tinggi, sebagai tenaga kerja yang akan masuk ke dunia profesi. Pergeseran ini ditandai dengan adanya perkembangan bisnis berbasis online, perkembangan jurnalisme warga (citizen journalism) yang menggeser peran jurnalis konvensional, perkembangan public relations dan publisitas online yang menggeser posisi public relations konvensional,  serta lahirnya generasi milennial dengan tuntutan akses dan jenis layanan yang lebih cepat dan mudah.

Demikan disampaikan Wakil Dekan I sekaligus dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unisba, Dr. Ani Yuningsih, Dra., M.Si. dalam orasi ilmiah bertema “Pergeseran Tuntutan Profesi Serta Tantangan Dunia Pendidikan Komunikasi Di Era Disrupsi Dan Abundance”,  di Aula Utama Unisba, Senin (16/07). Pada peringatan Milad Fikom Unisba ke-35, dia menyampaikan  kebutuhan dan tuntutan profesi di berbagai bidang, khususnya profesi komunikasi mengalami pergeseran yang signifikan sebagai dampak disrupsi.

“Fenomena disrupsi awalnya hanya terasa pada kehidupan ekonomi dan bisnis, namun kini melanda hampir semua bidang kehidupan, seperti budaya, pariwisata, politik dan pemerintahan, termasuk bidang komunikasi dan tentunya juga pendidikan komunikasi,” tuturnya.

Jika diartikan dalam kehidupan sehari-hari, disrupsi adalah proses terjadinya perubahan fundamental atau mendasar. Disrupsi ini mulai berkembang dan disadari keberadaannya ketika terjadi perubahan pada pola bisnis berbasis online atau daring, terutama kemunculan aneka transportasi daring dengan berbagai dampaknya. “Perkembangan transportasi daring ini sangat cepat, sementara regulasi dan kebijakan pemerintah untuk mengatur dan mengawasinya belum disiapkan, sehingga regulasi seakan terseok-seok mengikuti dan membenahi pesatnya pemanfaatan teknologi informasi ini,” katanya.

Menjalarnya fenomena disrupsi ini ke berbagai bidang, melahirkan era disrupsi yang tidak bisa lagi dihindari. Menurut Dr Ani, para pelaku bisnis tidak bisa mengeluh dan menyalahkan keadaan, tidak bisa terlena dalam perasaan menjadi korban karena perkembangan ilmu dan teknologi dengan berbagai dampak yang dihasilkan adalah sebuah keniscayaan.

“Untuk bisa tetap beradaptasi dan keluar sebagai pemenang, Kini para pelaku bisnis harus kreatif, peka terhadap cepatnya perubahan dan terjadinya pergeseran, bahkan harus dengan cepat dan sigap merumuskan strategi bertahan, dan tetap keluar sebagai pemenang,” jelasnya

Lebih lanjut dia mengatakan, lulusan perguruan tinggi sebagai generasi milenial, harus mempersiapkan mental untuk menghadapi era disrupsi ini dengan memiliki lulusan yang memiliki etos kerja, sikap solutif dan terbuka, juga berfikir kreatif out of the box untuk menghadapi berbagai tantangan. Dia berpendapat, civitas akademika perguruan tinggi dapat mengembangkan model dan metode pembelajaran kreatif, yang berorientasi pada problem solving, dalam menyiapkan lulusan yang akan memasuki dunia kerja.

“Di era disrupsi terjadi pergeseran peran guru dan dosen pada proses pembelajaran, semula sebagai sumber pengetahuan dan pusat pembelajaran, kini sebagai fasilitator, mediator dan motivator,” pungkasnya. Pengelola perguruan tinggi kini dituntut berani berinvestasi di teknologi mutakhir, dan berani membangun pola manajemen dan sistem kepemimpinan baru berbasis daring yang lebih transparant, terintegrasi dan akuntabel. (Feari/Sari)

 

 

 

Press ESC to close