Komhumas – Dalam rangka menambah wawasan keilmuan dan menanamkan nilai-nilai ruh Ke-Unisbaan sebagai mujahid, mujtahid, dan mujaddid, Lembaga Pendidikan Agama Islam, Pesantren dan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (PAIPPK) kembali menyelenggarakan Kursus Pemulasaraan Jenazah Angkatan II Bagi Dosen, Tendik, dan Majelis Taklim, Sabtu (18/3). Pelatihan ini diikuti oleh 59 orang peserta yang terdiri dari dosen dan tenaga pendidik (tendik) Unisba.
Ketua Lembaga PAIPPK, Parihat Kamil, Dra., M.Si. mengatakan, sebagai kampus perjuangan, Unisba perlu menunjukan eksistensinya dalam mencerdaskan masyarakat, negara, dan agama. Selain itu, pemulasaraan jenazah ini merupakan perwujudan Unisba dalam menjaga hukum-hukum syariah, dalam hal ini hukum kewajiban kifayah dalam mengurus kematian muslim dan muslimah.
“Jika sebelumnya angkatan pertama diselenggarakan untuk masyarakat Unisba dan masyarakat eksternal, khusus tahun ini pemulasaraan jenazah hanya diikut masyarakat internal saja. Di angkatan kedua, kami ingin lebih mefokuskan ke masyarakat internal terlebih dahulu. Jangan sampai orang lain di luar tahu ada kursus di Unisba tapi masyarakat internalnya sendiri belum menguasai itu,” ujarnya.
Dalam pelatihan tersebut, para peserta mendapat berbagai materi dari narasumber yang meliputi materi Menjenguk Orang Sakit, Kematian dan Sakaratul Maut dalam Perspektif Islam, Teori Pemulasaraan Jenazah, dan Praktek Pemulasaraan Jenazah. Beliau berharap. kegitan ini bisa menjadi ajang bagi Unisba untuk melahirkan ahli di bidang pemulasaran jenazah.
Pelaksanaan kegiatan tersebut disambut baik Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, SH., MH. Rektor mengatakan, hukum mengurus jenazah seorang muslim adalah fardu kifayah alias wajib sehingga tata cara pelaksanaanya harus dipelajari dengan benar sesuai syariat islam. Jika belum bisa sepenuhnya terjun ke masyarakat, beliau berharap peserta pada pelataihan ini bisa memiliki keterampilan dan mempraktekan ilmu yang dipelajari jika ada keluarga terdekat yang meninggal.
“Bagi yang masih memilki orang tua, pelatihan ini sangat penting untuk dipelajari. Diusahakan dalam praktek memandikan, mengkafani, dan menguburkan jenazah, itu dilakukan oleh anak-anaknya karena jika dilakukan oleh orang lain harus sosok yang bisa dipercaya. Maka jika bagi Bapak-Ibu mendapatkan amanah tersebut mohon untuk menjaga rahasia bagaimanpun kondisi jenazah tersebut,” ujarnya.
Selain itu, Rektor berharap ke depan Unisba bisa membentuk satgas pemulasaraan jenazah. Selain membantu keluarga yang ditinggalkan, menurutnya kehadiran satgas ini bisa menjadi bagian syiar dan dakwah Unisba di tengah masyarakat. Beliau juga berharappelatihan ini dapat diselenggarakan secara rutin dan dapat dibuka untuk masyarakat umum. (Feari)