OPINI: Bunuh Diri, Mengapa? dan Pilpres Bersih oleh Asep Dudi S. (Wakil Dekan I FTK Unisba)

(Terbit di Harian Pikiran Rakyat, Selasa/2 Juli 2024)

MOTIF Seseorang untuk melakukan bunuh diri bisa sangat beragam dan kompleks Sejumlah faktor umum yang menjadi pendorong antara lain gangguan mental, tekanan emosional seperti putus asa, rasa bersalah, kesepian, dan perasaan tidak berharga. Masalah pribadi bisa juga menjadi pemicu misalnya penyakit fisik yang kronis dan menahun, konflik dalam hu- bungan, perceraian, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah keluarga bisa menjadi pemicu. Ada juga akibat penggunaan narkoba pengalaman traumatis, dan isolasi sosial. Juga masalah keuangan akibat terjerat utang atau perjudian, dan kehilangan pekerjaan.

Belakangan sejumlah kasus bunuh diri (atau membunuh orang terdekat) dikabarkan terjadi terkait jebakan utang atau perjudian (online). Beberapa faktor pinjaman yang berkontribusi pada situasi ini adalah sering kali memiliki bunga yang sangat tinggi dan akumulasi denda yang besar jika pembayaran terlambat, yang bisa menyebabkan utang bertambah dengan cepat.

Faktor lain, metode penagihan yang agresif dan tidak etis, termasuk ancaman, intimidasi, dan pelecehan, yang menyebabkan stres dan tekanan psikologis yang parah pada peminjam.

Sementara itu, judi menyebabkan kerugian material serta kecanduan yang mengganggu akal sehat. Hal-hal ini mendorong ke arah dep- resi dan perasaan putus asa.

Cara orang melakukan bunuh diri bervariasi. Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Eropa penggunaan senjata api adalah metode bunuh diri yang paling umum karena ketersediaannya yang luas. Lainnya mengonsumsi obat dengan dosis berlebihan, meminum zat be- racun, melompat dari ketinggian, menenggelamkan diri, menghirup gas karbon mo- noksida, pelukaan diri sendiri dengan benda tajam, atau menabrakkan diri. Gantung diri adalah cara yang umum di banyak negara karena ketersediaan alat sederhana seperti tali atau benda lain.

 Pencegahan memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai strategi dan intervensi di tingkat individu, sistem sosial dalam komunitas, dan kebijakan. Meningkatkan kesadaran dan pendidikan adalah pendekatan sangat mendasar. Masyarakat perlu memahami tanda-tanda peringatan bunuh diri dan bagaimana memberikan bantuan pertama, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan mental misalnya konseling dan terapi, melatih lebih banyak profesional kesehatan dalam deteksi dini dan intervensi bunuh diri, membangun jejaring sosial untuk mitigasi, termasuk menyediakan hotline krisis.

Intervensi bisa juga dilakukan di sekolah dan tempat kerja. Misalnya, program pendidikan emosional, kesadaran dan kesehatan mental untuk mendeteksi dan mendukung siswa atau karyawan yang berisiko.

Jika kita menemukan seseorang mengalami pikiran untuk bunuh diri, penting untuk segera mengambil langkah-langkah taktis, antara lain: mendorongnya agar berbicara dengan seseorang yang dipercayainya tentang apa yang dialami dan dirasakannya, hal ini dapat mengurangi beban dan membantunya menguatkan perasaan merasa didukung.

 Menyadarkannya bahwa banyak orang telah melalui situasi serupa dan ada orang yang peduli terhadapnya; hindarkan orang tersebut dan amankan lingkungan sekitar dari benda-benda yang bisa digunakan untuk melukai diri, seperti obat-obatan, senjata tajam, atau bahan berbahaya lainnya.

Dorong untuk pergi ke tempat yang aman, dan mencari bantuan profesional; mengajaknya untuk tidak membuat keputusan mendadak saat dalam tekanan dan mengambil waktu sementara untuk berpikir dan mendapatkan bantuan; pentingjuga mengajaknya melakukan

langkah-langkah kecil untuk merasa lebih baik dan rileks.

Pencegahan

Untuk menjauhkan diri dari pikiran ingin bunuh diri, beberapa langkah sederhana dapat dilakukan. Berbagi perasaan dengan teman, keluarga, atau konselor dapat memberikan kelegaan dan memperoleh perspektif baru; mengelola stres dengan ber- bagai pendekatan dan cara, mengaktivasi isik dapat melepaskan endorfin untuk menyamankan suasana hati; menjauhkan diri dari trigger dan benda tajam, obat-obatan berbahaya, atau lokasi yang dapat memicu tindakan berbahaya.

 Juga membangun circle orang-orang dan lingkungan yang mendukung; menjalani pola hidup sehat dengan cu- kup tidur dan mengonsumsi makanan yang seimbang untuk menjaga kesehatan fisik dan mental; menetapkan tujuan dan pencapaian kecil bisa memberikan kepuasan dan kebermaknaan diri; fokus pada hal-hal positif dalam hidup yang membuat ba- hagia; dan yang fundamental memperkuat dimensi rohaniah (hablum minallah).

Al-Qur’an mengajarkan pentingnya menjaga kehidupan dan melarang bunuh diri. Dalam Surah An-Nisa 29, Allah secara tegas melarang umat-Nya membunuh diri sendiri, dan mengingat- kan bahwa Allah adalah Maha Penyayang.

Surah Al-Baqarah 195 melarang umat Islam menjatuhkan diri ke dalam kebinasaan dan selalu berbuat ke- baikan termasuk pada diri sendiri. Surah Al-Isra 33 menunjukkan pentingnya menjaga kehidupan manusia dan larangan keras terhadap pembunuhan tanpa sebab yang dibenarkan.

 Sejumlah hadis menyatakan bahwa bunuh diri adalah dosa besar, dan pelakunya akan menghadapi konsekuensi akhirat yang berat. Ketika diuji dengan impitan kesulitan, kita dianjurkan merapat kepada Allah, berin- trospeksi diri, berdoa, dan mencari bantuan dari orang- orang yang bisa dipercaya danyang kompeten.

Agama dan jiwa yang sehat menekankan betapa pentingnya menjaga kehidupan dengan syukur dan sabar.***

Press ESC to close