OPINI: “Adopsi (Boneka) Arwah” Oleh Asep Dudi S. (Wakil Dekan I FTK Unisba)

(Terbit di Harian Pikiran Rakyat, Jumat/07 Januari 2022)

Mengadopsi boneka arwah? Ada-ada saja kreasi manusia zaman sekarang, Namun, bila membaca chatnya di medsos sepertinya efek psikologis fenomena ini serius juga. Sebagian ungkapan yang muncul dari para adopter menunjukkan bahwa mereka merasa mendapatkan perubahan positif dengan adanya boneka tersebut. Misalnya merasa punya ikatan batin yang kuat dengan boneka “anak asuh” tersebut, menjadi lebih rajin beribadah dan memperoleh dorongan kuat untuk berbuat kebajikan, lebih bahagia, lebih mampu mengendalikan emosi, terlepas dari kegelisahan yang sebelumnya mendorong untuk mengakhiri hidup, mempunyai tempat mencurahkan kasih sayang, dan seterusnya. Halusinasi? Entahlah. Subyek si pemilik instagram yang menjadi medium sekaligus poros fenomena boneka arwah ini, menyampaikan bahwa setiap boneka tersebut ada isinya. Isinya konon adalah arwah-arwah yang memiliki latar tertentu yang memungkinkan boneka-boneka tadi berkomunikasi dan membangun relasi dengan adopternya.

Semua orang tahu boneka adalah benda mati, dibuat dengan sengaja oleh tangan manusia. Lazimnya berbentuk mirip manusia atau hewan, pembuatannya dipilih dari bahan dasar tertentu dengan tujuan masing-masing yang beragam. Boneka dikreasi dan dapat dimanipulasi sedemikian rupa sesuai dengan tujuan tersebut. Sebagai ekspresi budaya, boneka ditemukan di berbagai komunitas masyarakat etnik di berbagai benua sejak ribuan tahun lalu sejak Yunani Kuno, Mesir Kuno, Lembah Sungai Indus, Korea, India, Jepang, hingga Jakarta; sejak dari bahan tanah liat yang dibentuk, kayu yang dipahat hingga Barbie yang disenangi anak seantero dunia.

Boneka pada berbagai budaya masyarakat etnik digunakan dalam berbagai konteks misalnya, pertunjukan atau hiburan, upacara ritual peribadatan, proses pengobatan, perburuan, termasuk juga pada praktik perdukunan atau santet yang bersifat magis-mistik-klenik. Di Indonesia, pertunjukan boneka misalnya muncul pada acara ruwatan, sedekah bumi, perkawinan, dan sunatan antara lain dalam bentuk wayang golek atau wayang kulit, Boneka juga menjadi tema film sukses semisal Chucky dan Annabelle yang bergenre horror dan dibuat bersekuel; boneka juga menjadi komoditas bisnis. Harga boneka bisa bernilai jutaan rupiah bahkan karena keunikannya di luar negeri bisa mencapai milyaran.

Dinamisme Modern

Pada masa primitif/pra sejarah dikenal ada kepercayaan dinamisme, biasanya disandingkan dengan animisme. Dunamos (Bahasa Yunani) artinya kekuatan atau daya, dinamisme adalah kepercayaan bahwa suatu benda mempunyai atau dimasuki kekuatan gaib dan menghadirkan perasaan tertentu pada orang yang meyakininya misalnya takut, kagum, hormat, pemujaan, penyucian atau perasaan lainnya yang membuat benda tersebut diperlakukan khusus atau istimewa. Kehadiran benda tadi diyakini (dapat) memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap kehidupan dan suasana kebatinan, bahkan perubahan nasib. Kalau begitu dapatkah sebuah boneka menjadi bagian dari kepercayaan dinamisme? Mungkin saja.

Dalam ajaran agama (Islam) diyakini adanya arwah (jama’ dari kata ruh). Ruh adalah bagian dari eksistensi manusia selain jasad. Ruh “ditiupkan” ke dalam jasad manusia ketika berusia seratus dua puluh hari kandungan; kemjudian ruh “menghidupkan” manusia menjadi makhluk intelek dan spiritual; akhirnya ruh “dicabut” ketika masa hidup seseorang berakhir. Menurut nash (teks dalil) agama, ruh setelah lepas dari jasad kemudian dibawa ke langit selanjutnya dikembalikan ke bumi dan ditempatkan di alam barzakh sesuai dengan kualitas amalnya ketika masih menjadi manusia hidup. Di alam inilah arwah bersemayam menjalani waktu dengan bahagia atau derita hingga saatnya hari pembangkitan tiba,

Adopsi boneka arwah? Sepertinya banyak teori yang bisa dikaitkan. Pertama, fenomena ini sebentuk reproduksi mitologi dengan cara memainkan kehampaan dan kelemahan hidup yang dirasakan manusia dan menghubungkannya dengan kehadiran “benda gaib” yang dapat mengisi kehampaan dan kelemahan tersebut. Kedua, kelainan psikologis yang mana orang dewasa mengulangi masa kanak-kanaknya yang diwarnai fantasi dan imajinasi dengan adanya teman khayalan. Ketiga, kepentingan ekonomi-bisnis menyertai fenomena ini, bayangkan harga boneka biasa dengan boneka yang sudah diisi “arwah”. Keempat, bisa juga termasuk praktik klenik jika memang ada prosesi mengundang dan memasukkan jin ke dalam boneka kemudian si jin tersebut diberi curriculum  vitae tertentu untuk menghadirkan aspek mistis.  

 
Agama mengajarkan penganutnya yang mampu untuk mengasuh, menyantuni bahkan boleh mengadopsi anak yatim (dengan tidak menghilangkan garis nasabnya) dan memperlakukannya dengan kasih sayang sebagaimana kepada anak sendiri, Dalam sebuah hadis disampaikan bahwa, “sebaik-baik rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim yang diperlakukan dengan baik. dan seburuk-buruk rumah di kalangan kaum muslimin adalah rumah yang terdapat anak yatim dan dia diperlakukan dengan buruk”. Nabi saw menyampaikan pula bahwa “aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini”, beliau mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah dan merenggangkan keduanya.

Menyayangi anak yatim akan mempengaruhi positif secara kejiwaan. Rasulullah Saw. bersabda, “Sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” Jika yakin dengan ajaran ini mengapa harus mengadopsi boneka arwah? ***

Press ESC to close