“Ohle Goes to Kampus” Media Cetak tak Akan Mati

“Ohle Goes to Kampus”Media Cetak tak Akan Mati

Media cetak tidak akan mati. Media cetak tidak akan menjadi fosil walaupun media cetak saat ini bukan hanya digempur oleh pesaatnya perkembangan TV dan radio tetapi juga internet dan media sosial. Media cetak tidak akan mati apabila mengikuti perubahan tipologi audiensnya, gaya hidup (lifestyle) pembacanya, dan mengikuti pola manajemen bisnis serta perusahaan yang sedang berubah.

Demikian yang terungkap dalam diskusi “Ohle Goes to Kampus” di Auditorium Unisba, Jalan Tamansari, Bandung, Selasa (24/2/2015). Acara ini diselenggarakan HU Pikiran Rakyat bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Coca Cola Indonesia, dan Zalora. Hadir sebagai pembicara Direktur PT Pikiran Rakyat Bandung Perdana Alamsyah, Direktur PRFM Wan Abbas, dosen Fikom Unisba Santi Indra Astuti, serta Kabag Informasi dan Dokumentasi OJK Regional II Jabar Novi Cahyono.

Dekan Fikom Unisba O. Hasbiansyah menilai acara ini positif dan saling menguntungkan. Pasalnya, mahasiswa dapat menambah wawasannya tentang media dari para pelakunya langsung. “Saya berharap HU Pikiran Rakyat akan lebih memberikan kontribusinya kepada masyarakat Jawa Barat dan khususnya bagi dunia pendidikan.” kata Hasbiansyah.

Perdana Alamsyah menjelaskan, kelebihan media cetak sebagai media konvensional terletak pada pendalaman berita yang disajikan. Data dan fakta yang diperoleh bisa berlapis sehingga informasi yang disampaikan lebih lengkap dan dapat membantu para pembuat kebijakan untuk membuat keputusan. “Media cetak memang sedang bergeser. Oleh karena itu, PR masuk ke dunia online, media sosial, radio, dan internet sebab konvergensi media menjadi keharusan.” ujarnya.

Santi Indra Astuti berpendapat memperoleh informasi sudah menjadi kebutuhan dasar manusia. Informasi diperoleh manusia melalui seluruh panca indera manusia. Selama manusia masih mendengar manusia masih memerlukan radio dan selama manusia masih melihat, maka manusia masih akan memerlukan TV dan media cetak.

Direktur PRFM Wan Abbas mengatakan, persaingan radio sangat ketat. Di Bandung terdapat 40 radio tetapi radio-radio yang akan tetap banyak pendengarnya adalah radio yang mempunyai kedekatan dengan pendengarnya. PRFM yang semula radio musik bergeser menjadi radio wanita dan bergeser lagi menjadi radio berita merupakan perubahan untuk mendekatkan PRFM dengan pendengarnya.

Acara ini juga diisi dengan berbagai pengalaman menjadi awak media yang menghadirkan salah seorang redaktur HU Pikiran Rakyat Zakky Yamani dan wartawan HU Pikiran Rakyat Ag Tri Djoko Herriyadi yang telah berhasil meraih Piala Adinegoro 2015. Selain itu dimeriahkan juga dengan Klinik Fotografi oleh Dudi Sugandi dan Saung Mang Ohle.

Sumber : Harian Umum Pikiran Rakyat

Rabu, 25 Februari 2015

Halaman 27

 

Press ESC to close