MILAD Ke-60, Unisba Ingin Wujudkan 3 M Sesungguhnya

Cendekiawan Muslim, Prof. Dr. Azyumardi Azra (kedua dari kiri) saat memberikan materi pada acara Sarasehan bertema “Mewujudkan 3M yang Sesungguhnya” yang diselenggarakan di Aula Utama Unisba (14/11). 

KOMINPRO-Unisba, salah satu Perguruan Tinggi (PT) Islam terbresar di Jawa Barat, tahun ini berusia 60 tahun. Banyak prestasi yang telah ditorehkan PT yang berakreditasi “A” (unggul) ini selama rentang enam dekade berkarya, dari mulai prestasi lokal, nasional, hingga internasional. Unisba juga konsisten menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi yang mampu menghadapi berbagai persoalan di tengah kehidupan masyarakat. Di usia ke-60 inilah Unisba bersiap diri tinggal landas mewujudkan visinya menjadi PT yang mandiri, maju dan terkemuka di ASEAN.

Sebagai bentuk refleksi terhadap perjalanan Unisba selama 60 tahun dan untuk mewujudkan misinya menghasilkan sumber daya manusia yang berakhlakul kharimah sebagai Mujahid, Mujtahid, dan Mujaddid (3M), Unisba menyelenggarakan Sarasehan bertema “Mewujudkan 3M yang Sesungguhnya”, di Aula Utama Unisba (14/11).

“Unisba tak ingin hanya jadi Menara gading dengan icon yang tak berjiwa di tengah perubahan yang berdimensi teknologi serta nilai-nilai Islam yang lebih kaffah seiring dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada,” demikian disampaikan Rektor Unisba, Prof.Dr. H. Edi Setiadi,SH.,MH.. 

Dalam Sarasehan ini hadir lima pembicara yaitu  Cendekiawan Muslim, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Dr. (H.C), Dra. Hj. Popong Djundjunan, sebagai politisi perempuan senior asal Jawa Barat yang selalu concern dengan pemberdayaan masyarakat Jawa Barat. Pakar IT dalam manajemen perguruan tinggi, Ivan Sengkereng, S.T,M,M. (IT Universitas Bina Nusantara), Dr. Mamat Salamet Burhanuddin, M.Ag (Departemen Kementerian Agama), serta Lukman Nurhakim Tholib, S.H, M.Inf (Alumni Fakultas Hukum Unisba-Pakar SDM).

Dikatakan Prof. Dr. Azyumardi Azra, Unisba perlu mengkontstruksikan kembali definisi mujahid yang kini dimaknai ganda oleh masyarakat. Dia mengatakan, pengertian jihad cenderung dinilai ekstrimis oleh beberapa orang bahkan media internasional.

“Jihad seringkali diartikan negatif, orang-orang yang melakukan kekerasan dan bunuh diri kini dikatakan jihad. Kalimat jihadis yang disalah artikan tersebut bahkan dikutip media internasional dan ini membuat orang islam semakin susah,” katanya. Dia mengatakan, jihad yang sebenarnya merupakan pejuang yang bersungguh-sungguh dalam bidang ilmu.

Dia berharap, Unisba dapat melakukan reformasi dalam memaknai arti 3M  di usianya yang ke-62 kelak untuk membangun kemaslahatan bagi umat ke depannya. Selain itu, kata dia memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan merupakan aspek yang wajib dimiliki peguruan tinggi (PT) untuk mewujudkan 3M yang sesungguhnya.

 “Indonesia merupakan satu-satunya negara Islam yang memiliki prospek berkembang ke depan. Selain dianugerahi Sumber Daya Alam yang kaya, Indonesia juga dinilai memiliki Sumber Daya Manusia yang mempuni. Namun, jika Unisba ingin turut serta mewujudkannya diperlukan aspek akuntabilitas etis, jangan hanya diam jika ada hal-hal yang tidak sesuai,” jelasnya.

Kelima narasumber tersebut membagikan pandangannya mengenai arah kontribusi Unsiba di tengah gejolak disrupsi yang kini merambah bidang pendidikan, politik, agama, sosial dan budaya. Melalui kegiatan ini diharapkan Unisbta tidak hanya menjadi menara gading yang tak berjiwa di tengah perubahan jaman. Tapi juga menawarkan solusi dalam menuntaskan berbagai persoalan yang dihadapi umat.

Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra yang kesohor dengan pemikirannya yang tajam tentang Islam Wasathiyah, kolaborasi Islam Nusantara dan Islam berkemajuan di Indonesia, dihadirkan dalam sarasehan Milad Unisba ke-60 yang memiliki visi melahirkan cendekiawan Mujahid (pejuang), Mujtahid (peneliti) dan Mujaddid (pembaharu), untuk memberikan kritik, analisis dan pemikirannya tentang posisi PTS Islam dalam membangun peradaban Islam melalui kekuatan ilmu pengetahuan dan inovasi di bidang Pendidikan, di tengah  dinamika Islam Indonesia di tengah perubahan ekonomi, politik, social dan budaya.

Popong Djundjunan, sebagai politisi perempuan senior asal Jawa Barat yang selalu concern dengan pemberdayaan masyarakat Jawa Barat melalui kekuatan kearifan localnya, dihadirkan untuk memberikan pemikirannya tentang optimalisasi peran UNISBA sebagai perguruan tinggi, agar melalui visi nya secara nyata berkontribusi memajukan masyarakat Sunda di pergaulan local, nasional maupun global.

Pakar IT dalam manajemen perguruan tinggi Ivan Sengkereng (Ubinus), Mamat Salamet Burhanuddin (Kemenag), dan Lukman Nurhakim Tholib (alumni Fakultas Hukum Unisba) juga dihadirkan melengkapi diskusi dan pemikiran reflektif tentang arah kontribusi UNISBA di tengah gejolak disrupsi yang sudah merambah bidang pendidikan, politik, agama, social dan budaya, agar melalui visi dan programnya membuahkan karya nyata yang realistic, jelas dan terukur hingga dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.

Sarasehan dihadiri oleh seluruh sivitas akademika UNISBA dan para tokoh Islam di Jawa Barat, yang memiliki visi seiring dalam memajukan umat Islam melalui pendidikan yang integrative.(Feari/Sari)

 

 

 

 

Press ESC to close