Mardianto Karim S.Stat., Wisudawan Non Muslim Peraih IPK Tertinggi

KOMINPRO-Sebagai Perguruan Tinggi Islam (PTS), Unisba tidak hanya menerima calon mahasiswa muslim saja. Akan tetapi, Unisba memberikan kesempatan kepada siapa pun dengan berbagai latar belakang keyakinan apa pun untuk menempuh pendidikan hingga menjadi Sarjana bahkan Doktor.

Salah satu mahasiswa non muslim yang menempuh pendidikan di Unisba hingga menjadi wisudawan yaitu Mardianto Karim, S.Stat. Ia memperoleh IPK tertinggi sebesar 3,99 dengan menempuh Pendidikan S1-nya selama 3,5 tahun dan tujuh semester yang dilantik menjadi wisudawan pada Pelantikan  Doktor, Magister, Profesi dan Sarjana Gel I T.A 2019/2020 yang diselenggarakan di Aula Unisba, pada (15/02).

Berbagai mata kuliah keilmuannya dan pendidikan agama Islam (PAI) yang ditempuh selama tujuh semester mampu ia lalui dengan nilai sempurna yaitu nyaris semuanya memperoleh A. “Hanya satu mata kuliah saja yang bernilai A- yaitu proses stokastik,” katanya.

Pria keturunan Tionghoa ini memilih menempuh Pendidikan S1 di Program Studi (Prodi) Statistika Fakultas MIPA Unisba karena keinginannya berkuliah di Kota Bandung dan perguruan tinggi swasta yang  statistikanya mempelajari aktuaria ada di prodi statistika Unisba. Diakuinya, sempat ada pertentangan dan halangan dari kedua orang tuanya untuk memberikan izin berkuliah di Unisba. Namun, karena tekadnya yang bulat, tidak menghentian langkah dan semangatnya untuk tetap berkuliah di Unisba.

Kewajibannya untuk mengikuti mata kuliah PAI selama berkuliah di Unisba tidak juga menyurutkan pria yang berkeyakinan Budha ini untuk mempelajarinya selama tujuh semester.  Bahkan seluruh nilai PAI yang dipelajarinya mulai dari akidah, fikih, akhlak, sejarah Islam dan disiplin ilmu Islam lainnya diperoleh dengan nilai A. Nilai yang diperoleh tersebut menurutnya, karena setiap bahan ajar yang diberikan dosen PAI selalu dipelajarinya dengan fokus.

Selain itu, pesantren mahasiswa baru dan calon sarjana & pengembangan karir juga ia ikuti sebagai prasyarat sidang skripsi dan kelulusan di Unisba. Hanya saja yang ia ikuti pelajaran dikelas saja, untuk shalat dan ceramah dimasjid tidak ia ikuti.  Diakuinya, ia sangat menikmati belajar PAI selama tujuh semester tanpa ada beban.

Selama berkuliah di Unisba, ia aktif di unit kegiatan mahasiswa menjadi pengurus Unit Bulutangkis (UBTU) Unisba dan Himpunan Mahasiswa Statistika (Himasta) Unisba. Ia juga memperoleh beasiswa dari alumni statistika pada semester tiga dan beasiswa Djarum pada semester lima dan enam.

Kedepan, ia akan melanjutkan bekerja. Disamping itu, jika ada rezeki dan kesempatan ia berencana untuk melanjutkan Magister diluar negeri. Negara yang ia pilih yaitu Kanada atau Amerika Serikat. Disinggung tentang mempelajari kembali Pendidikan Agama Islam setelah lulus dari Unisba, ia menyatakan rasa bimbangnya akan mendalaminya kembali atau tidak.

Anak ke dua dari empat bersaudara ini mengungkapkan bahwa prestasi akademiknya tidak hanya diperoleh dibangku kuliah saja, tapi selalu ia raih mulai dari bangku SD hingga SMA.”Dari SD sampai SMA saya selalu juara umum atau peringkat 1 dan 2 disekolah,” ujarnya.

Dikatakannya, pria kelahiran 26 juni 1998 ini mengatakan, jika ayahnya yang seorang wiraswasta dan ibunya guru sekolah di Kota Tanjung Balai, didalam mendidik anak-anaknya sama seperti orang tua pada umumnya. “Pendidikan orang tua tidak memaksa anak-anaknya untuk belajar, tapi motivasi belajar dari kita sendiri (anak-anaknya). Orang tua saya kalau anak-anaknya juara diapresiasi, kalau tidak mampu disatu mata pelajaran ngga memaksa. Kakak saya yang berhasil diakademis memotivasi saya untuk mengikuti jejaknya,” pungkasnya. (Eki)

Press ESC to close