KOMHUMAS-Torehan prestasi di ajang nasional kembali diperoleh mahasiswa Unisba. Radlwa Mauhibah Izzy, mahasiswi Program Studi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Al-Syakhshiyyah) Fakultas Syariah Unisba angkatan 2021, berhasil memboyong dua medali di ajang Futuristics and Prestige Research Technology and Art (FAPERTA FAIR 5) yang diselenggarakan oleh Sentosa Fondation bekerja sama dengan Universitas Dhyana Pura Bali, pada Sabtu-Minggu (18-19/5/2024). Ia berhasil membawa pulang Gold Mendal Finalis Terbaik Bidang Pendidikan dan Juara Harapan 3 kategori Poster Presentation dan Peraih dari 64 karya yang dilombakan.
Radlwa mengaku bersyukur atas perolehan prestasi membanggakan ini. Ia mengikuti perlombaan ini secara individu, dan perlombaan ini juga mengikutsertakan peserta secara kelompok.
Perempuan yang aktif di UPTQ dan Himi Persis Unisba ini mengutarakan bahwa dengan mengikuti perlombaan dan meraih prestasi ini ia dapat belajar untuk menulis ide dan opini. ”Saya belajar untuk kritis dan teliti terutama dalam kepenulisan. Dengan mengikuti lomba ini saya belajar hal baru seperti brief konten vidio dan poster selain itu juga saya belajar tampil percaya diri di depan kamera,” ujarnya.
Ia melanjutkan, perjalanan dari Bandung ke Bali juga merupakan pengalaman luar biasa yang membuatnya bisa belajar menjadi mandiri. ”Karena pergi dan pulang sendirian tanpa ditemani siapapun. Berangkat dari kos naik travel ke Jakarta dan naik pesawat ke Bali. Selain itu naik bus umum di Bali yang bahkan saya baru pertama kali naik bus umum di Bali,” ungkapnya.
Disamping itu menurutnya, Radlwa juga bisa belajar dan bertukan pikiran bersama temen-teman baru yang berasal dari berbagai universitas.
Namun di balik pencapaian itu, Radlwa tak menampik bahwa dirinya harus menghadapi berbagai tantangan selama mengikuti kompetisi tersebut. Tantangan dialaminya selama lomba yaitu cara mengumpulkan data yang akurat tentang kondisi pendidikan di pelosok. ”Cara saya menghadapinya adalah dengn mewawancarai salah satu orang yg pernah memiliki pengalaman mengajar di pelosok,” ungkapnya.
Tantangannya lainnya kata Radlwa adalah pemahaman tentang pendidikan karena dasar pendidikannya bukan dari fakultas pendidikan. ”Alhamdulillah saya punya sahabat yang kuliah di jurusan administrasi pendidikan sehingga bisa bertanya kepada dia terkait apa itu pendidikan,” ujarnya.
Tantangan terakhir yang ia hadapi adalah cara menulis yang benar sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. ”Maka dari itu saya belajar dari mata kuliah semester satu Bahasa Indonesia. Saya membaca ulang materi-materi yang pernah dipelajari,” katanya.
Ia berharap kedepan bisa lebih baik lagi dengan pemikiran-pemikiran yang baru dan bisa membawa manfaat bagi umat, serta mendapat prestasi-prestasi lainnya.***