Pertumbuhan ekonomi di suatu negara sangat dipengaruhi oleh industri manufaktur atau pengolahan. Peran industri manufaktur yang kuat memberikan dampak peningkatan PDB (Produk Domestik Bruto) yang sangat mempengaruhi berbagai bidang, pertumbuhan pendapatan signifikan dan meningkatkan income per kapita.
Hal tersebut disampaikan Direktur Perindustrian, Infrastruktur, Properti, Perhubungan, Logistik, Energi & SDA KADIN Indonesia, Tata Wahyudin, S.Si. saat menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul Industri Manufaktur Indonesia Sebagai Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jangka Menengah dalam Lustrum ke IX Milad ke 45 Fakultas MIPA Unisba di Aula Unisba, pada Sabtu (29/07).
Awal perkembangan Industri manufaktur di Indonesia, menurut Tata, belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri karena belum mampu mengolah barang baku dan modal, masih mengimpor barang jadi. Namun di tahun 2015 sektor manufaktur mulai mengalami pertumbuhan. “Perkembangan manufaktur sudah mulai meningkat, bahan baku imponya sudah meningkat, tanda-tanda bahwa pengaruhnya industri manufaktur untuk pertumbuhan sudah bisa diakui pemerintah kecil sehingga pemerintah melakukan batasan terhadap produk yang diimpor.” Ujarnya.
Alumnus Statistika Unisba angkatan 1997 ini menambahkan, 31,26% produk industri manufaktur di Indonesia berdaya saing tinggi dan mampu berkompetisi di pasar ASEAN. Kontribusi ekspor manufaktur Indonesia terus bertambah. Pada Januari-September 2016, ekspor manufaktur mencapai USD 52,1 miliar atau 49,9% dari total ekspor. Terdapat 100 Produk Industri (dari 8093 produk) yang memiliki daya saing yang kuat terhadap negara ASEAN.
Tantangan menjadi pelaku industri manufaktur tidak lepas dari berbagai aspek produksi, distribusi, pasar domestik dan persaingan pelaku industri manufaktur dari negara lain yang memiliki produk serupa dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang dan maju.
Menurut Tata, tahun 2017 Pelaku industri Manufaktur harus sudah harus mulai ekspansi, agar saat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan kapasitas industri/usahanya bisa mengikuti lonjakan permintaan. “Agar mampu memenangkan persaingan ke depan, kita membutuhkan inovasi, kreativitas, dan entrepreneurship dengan sumberdaya manusia yang unggul” Tambahnya.
Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H., berharap, di usianya yang ke 45 tahun ini FMIPA Unisba bisa eksis dengan terus meningkatkan kualitasnya serta mempertahankan semangat ukhuwah demi tercapainya Kemajuan FMIPA, “Saya minta perhatian kepada Dekan supaya FMIPA ada prodi baru yang harus dikembangkan dan saya memberi waktu dalam tempo 2 tahun ini bisa berdiri Profesi Apoteker.” Jelasnya.
Sementara itu, Dekan FMIPA Unisba, Dr. Suwanda, MS., menyampaikan, kiprah FMIPA selama 45 tahun tidak lepas dari peran alumni yang sangat penting. Menurutnya, sudah banyak alumni FMIPA yang terserap di dunia kerja. Hal ini, tambahnya, menjadikan alumni sebagai salah satu aspek yang menentukan kemajuan almamaternya yaitu FMIPA.
Pasang surut FMIPA, menurut Dekan, berasal dari faktor internal civitas akademika FMIPA yang secara tidak sadar berdampak tidak baik kepada stekholder terutama calon mahasiswa dan orang tua calon mahasiswa. Untuk itu, ia mengajak civitas akademika FMIPA menyambut masyarakat dengan pelayanan sebaik-baiknya.
Senada dengan hal tersebut, Ketua Panitia Lustrum ke IX, Gani Gunawan, S.Si., M.Si., mengatakan, dalam memperingati Milad ke 45 FMIPA Unisba, banyak mengalami pasang surut mulai saat berdirinya Statistika pada tahun 1972, Matematika 1983 dan Farmasi 2006.” Dalam perjalanannya masih banyak harapan dan keinginan yang ingin dicapai dan perlu diingkatkan dan kokoh keberadaan fakultas yang kita cintai ini,”ucapnya.
Perkembangan FMIPA, menurutnya, bisa tercapai dengan kerjasama pihak luar dan peran alumni. “Kepedulian dan kebersamaan civitas akademika FMIPA dengan kerjasama pihak luar dan kepedulian alumni terhadap almamaternya yang berhasil di dalam masyarakat kami harapkan mampu mendorong kemajuan FMIPA Unisba,” katanya. (Eki/Sari)