KOMINPRO-Sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di Asia Tenggara, Indonesia memiliki kontribusi yang besar dalam membangun dan memperkuat fondasi Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Hadirnya komunitas ASEAN menjadi peluang bagi generasi muda untuk menjalin kerja sama dalam berbagai bidang antar negara-negara ASEAN.
Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Neger Jose Antonio Morato Traves mengatakan, rendahnya kesadaran masayarakat Indonesia menjadi kelemahan dalam membangun masyarakat ASEAN. Dia mengatakan komunitas ASEAN bukan merupakan ancaman tapi tantangan yang harus dihadapi dengan persiapan matang.
“Kita mempunyai jumlah penduduk paling besar. Jangan takut, harusnya yang takut itu mereka. Pendidikan adalah kuncinya, bukan hanya kekayaan alam. Sumber Daya Manusia kita perlu ditempa agar memilki kapasitas mumpuni agar mampu bersaing,” katanya saat menjadi narasumber dalam acara kuliah umum ASEAN Community: Challenges and Opportunities di Aula Utama Unisba, Selasa (18/1).
ASEAN sendiri mempunyai berbagai program bagi anak muda, mulai dari pertukaran pelajar, beasiswa pendidikan, lokakarya, dan pelatihan kampus. Kampus sendiri menjadi pusat kajian pengembangan lewat program ASEAN University Network. Saat ini terdapat 56 Universitas di Indonesia, salah satunya Unisba.
“Kami berharap Universitas yang tergabung dalam ASEAN University Network bisa menyebarkan informasi dan menjalin kerja sama dengan universitas lain secara independent. Tujuannya tak lain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya komunitas ASEAN,” jelasnya.
Dia mengatakan, negara-negara anggota organisasi kawasan ASEAN telah bersepakat untuk memberlakukan ASEAN Community, yaitu suatu kerja sama multilateral bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bertujan membangun komunitas masyarakat ASEAN yang harmonis, makmur serta terintergrasi.
Lebih lanjut dia menjelaskan, hubungan yang telah dibangun oleh anggota ASEAN selama 50 tahun telah berhasil menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Kerja sama yang terjalin dengan baik juga beriimplikasi pada turunnya angka kemiskinan di ASEAN dari 47 persen pada 1995 menjadi 14 persen pada 2015.
“Enabling environment yang bagus akan berpengaruh pada social progress seperti menurunnya kemiskinan. Ini semua karena lingkungan sekitar kita, ibaratnya jika suatu negara menciptakan hal baik akan menular pada negara tetangga lainnya,” ucapnya.
Namun, dia mengatakan masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkan komunitas masyarakat ASEAN, salah satunya mengenai masalah tata kelola pemerintahan yang baik, demokrasi, dan kedaulatan.
“Kita di Indonesia masih memegang teguh kedaulatan, begitupun anggota lain. Jadi kerja sama yang terjalin terbatas. ASEAN harus berkaca terhadap negara-negara di Eropa yang lebih terbuka dalam menerima pandangan yang menyangkut masalah kedaulatan”, ujarnya.(Feari/Sari)