Kisah Suami Istri Meraih Gelar Doktor Bersama di Prodi DIH FH Unisba

KOMHUMAS-Pasangan suami istri Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung (Prodi DIH FH Unisba) berhasil lulus bersama-sama meraih gelar Doktor setelah mengikuti Sidang Terbuka Sidang Terbuka Promosi Doktor Ilmu Hukum yang dilaksanakan di Audiotorium Dekanat Unisba, pada Kamis (8/6/2023). Keduanya adalah Dr. Endro Nurwantoko, S.H., M.H., dan Dr. dr. Desy Kartika Ningsih, MARS.

Pa Endro yang berprofesi sebagai TNI lebih dahulu masuk ke Prodi DIH pada tahun 2016, sedangkan Bu Desy yang berprofesi sebagai dokter, baru masuk pada tahun 2020.

Pa Endro terlambat lulus karena kesibukan pekerjaannya yang mengharuskan beberapa kali mengalami pemindahan penugasan ke berbagai wilayah di Indonesia.

“Saya terlambat karena pindah tempat penugasan mulai dari Jakarta, Medan, ke Jakarta lagi, Surabaya, dan terakhir ke luar Jawa. Itu yang menyebabkannya. Hambatannya dari saya, bukan dari kampus,” ungkap Pa Endro yang saat ini menjabat sebagai Hakim Ad Hoc  Tipikor Pengadilan Tinggi Palu Sulawesi Tengah sejak tahun 2021.

Beliau mengungkapkan, ancaman ‘DO’ sempat diperolehnya karena tidak kunjung menyelesaikan studi. Namun, hal tersebut tidak membuatnya patah arah dan semakin semangat untuk segera lulus karena dukungan yang luar biasa dari istri dan anaknya. “Sempat dorongan dari promotor dan co promotor tidak begitu mempan kepada saya. Namun, akhirnya istri saya dititipkan pesan agar saya segera lulus, dan muncul motivasi untuk segera menyelesaikan studi,” ujarnya.

Lain halnya dengan Bu Desy yang saat ini menjabat sebagai Wakil Direktur Medis RSIA Assalam Kabupaten Bogor, tidak memiliki dasar keilmuan Hukum.  Support system dari suaminya yang merupakan ahli hukum sangat membantu proses perkuliahnannya hingga bisa mengikuti Sidang Terbuka Promosi Doktor dan dinyatakan lulus.

“Alhamdulillah saya menjadikan suami saya sebagai teman diskusi. Terkadang beda pendapat dan persepsi karena latar belakang saya Pendidikan Profesi Dokter dan suami Sarjana Hukum. Saya juga selalu diberikan penjelasan oleh suami saya. Beliau merupakan teman curhat, teman diskusi dan teman bertengkar. Kita juga saling berbagi ilmu, salah satunya tentang Hukum Kesehatan. Sekarang malah suami saya yang lebih paham tentang hukum Kesehatan dibanding saya,”ungkapnya.

Bahkan menurutnya, malam sebelum dilaksanakan  Sidang Terbuka Doktor, Pa Endro membantu mengajarkan, serta saling berbagi ilmu, dan berdiskusi mengenai materi power point masing-masing.

Keduanya mengakui memiliki kesan yang baik ketika menempuh studi di Prodi DIH FH Unisba. Menurut Bu Desy, proses yang dilalui mulai dari pendaftaran mahasiswa baru, seleksi, hingga perkuliahan sangat hangat, mudah dan dirasakan seperti keluarga sendiri. “Professornya seperti keluarga sendiri, baik, dan tidak sungkan untuk menghubungi yang kadang sebagai mahasiswa suka malas dan mangkir dari tugas yang diberikan dosen. Alhamdulilllah saya mendapatkan keluarga di Unisba ini dan sepertinya di universitas lain belum tentu sama seperti di Unisba. Kami sangat terkesan di Unisba,” ungkapnya.

“Jadi bagi siapapun, terutama di bidang kedokteran, ayo kuliah di Unisba. Tidak sulit, yang penting rajin, ada kemauan dan terus berusaha dengan tepat waktu agar bisa sesuai harapan. Dosen semuanya baik. Professornya juga baik, tidak ada jarak antara mahasiswa dan Professor. Professor nya seperti keluarga bagi kami. Selalu mengingatkan dan sangat baik,” katanya.

Hal senada juga diutarakan Pa Endro. Menurutnya, menempuh studi di Prodi DIH FH Unisba merupakan hal sangat luar biasa. “Professornya baik dan ramah yang senatiasa menghubungi melalui telepon maupun whatsapp secara terus menurus yang selalu memberikan dukungan agar saya bisa segera menyelesaikan studi. Bahkan hingga saat Sidang Terbuka istri saya pun masih menyapa,” ungkap Pa Endro.

Kesuksesan mereka dalam menyelesaikan studi Doktor bukan tanpa tantangan. Bu Desy menyebut, harus membagi waktu antara kuliah, pekerjaan dan rumah tangganya. Misalnya, saat akan persiapan Sidang Tertutup, berbarengan juga dengan persiapan akreditasi RS yang membuatnya harus kejar-kejaran. “Persiapan akreditasinya begitu luar biasa, dan sidang tertutup juga sama luar biasanya. Alhamdulillah akreditasi paripurna, Sidang Tertutup berjalan sukses, dan Sidang Terbuka bisa lulus dengan predikat Pujian,” ujar Bu Desy.

Sebagai istri yang mendukung suami agar bisa lulus bersama, Bu Desy mengaku turut andil dalam penyususan Desertasi Pa Endro dengan membantu merapihkan dan memperbaiki naskah Desertasi. “Karena kesibukan beliau jadi naskah Desertasi yang sudah dibuat diserahkan ke saya untuk dirapihkan. Ibaratnya buat disertasi dua. Alhamdulillah ‘kerikil-kerikil’ itu bisa dihadapi dan teratasi,” ungkapnya.

Sementara Pa Endro mengaku, tantangan yang dihadapinya hanya keterlambatan lulus saja. Selebihnya, tidak ada tantangan yang berarti karena selalu dimudahkan Allah SWT melalui pelayanan baik dari dosen dan staf, pembayaran yang tidak terhambat dan dipersulit, secara kemudahan pembayaran kuliah melalui cicilan.

Pada akhirnya, pasangan suami istri ini lulus secara bersamaan dengan predikat Cumlaude untuk Bu Desy dan Sangat Memuaskan untuk Pa Endro. Bu Desy berhasil meraih gelar Doktor dengan disertasi berjudul ‘Audit Medis Sebagai Dasar Pertanggungjawaban Pidana dalam Tindak Pidana Medis Dihubungkan denagn Kepastian Hukum’. Adapun penelitian disertasi Pa Endro berjudul ‘Kewenangan Oditur Jenderal Tentara Nasional Indonesia dalam Penyelesaian Tindak Pidana di Lingkungan Peradilan Militer Perspektif Penegakan Hukum Tentara Nasional Indonesia’.***

Press ESC to close