KOMINPRO- Keterisian semua Rumah Sakit di Jawa Barat yang merawat pasien Covid-19 semakin tinggi. Data yang diperoleh per 12 Januari 2021 menunjukan bahwa Rumah Sakit dengan pasien Covid-19 bergejala ringan yang dirawat sudah terisi 77,20%, untuk gejala sedang terisi 93,86%, dan gejala berat keterisiannya sebanyak 87,64%. Hal ini harus diwaspadai karena jika kapasitasnya sudah terisi 100%, maka dapat terjadi kebingungan dalam penempatan pasien. Bahkan, yang paling ditakutkan ketika puncak pandemi dan keterisian Rumah Sakit sudah 100% maka pengoperan ke Provinsi lain bisa saja terjadi jika terdapat ekskalasi yang sangat masif.
Demikian disampaikan Spesialis Paru Fakultas Kedokteran (FK) Unisba, Widhy Yudhistira Nalapraya, dr., Sp.P. saat menyampaikan materi dalam Webinar Perkembangan Covid-19 di Unisba yang diselenggarakan oleh FK Unisba secara virtual melalui Zoom Meeting dan live di Youtube FK Unisba, Kamis (14/01).
Hingga saat ini pun diterangkannya, penyebaran Covid-19 di Indonesia belum mencapai puncak karena kurva yang terus merangkak naik dan belum mengalami penurunan. “Puncaknya pun belum tahu kapan terjadi,” ujarnya.
Untuk itu lulusan FK Unisba angkatan pertama ini mengingatkan agar selalu melakukan pencegahan penyebaran virus ini dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kesehatan sesuai dengan level infeksiusnya, menggunakan masker saat bepergian dan mengunjungi tempat umum/ramai, mencuci tangan, menjaga jarak minimal 2 meter, melaksanakan etika batuk & bersin, dan menerapkan dekontaminasi seperti mandi saat akan keluar & pulang ke rumah.
Beliau pun berpesan untuk tetap mewaspadai penularan virus ini agar tidak tertular karena menurutnya terapi Covid-19 yang terbaik yaitu tidak terkena Covid-19.
Sementara itu, Wakil Direktur Rumah Sakit Al-Islam Bandung, Rita Herawati, dr., Sp.PK., M.Kes., MKM., mengatakan, Polymerase Chain Reaction (PCR) menjadi goal standar sebagai metode diagnosa pemeriksaan virus Covid-19. “Hal ini karena PCR dapat mendeteksi sampai minggu ke 4 dan 5 pasien yang terinfeksi Covid-19 maupun yang sudah melakukan kontak langsung,” terangnya.
Disamping itu, dr. Rita menuturkan, PCR memiliki sensitifitas yang tinggi dan dapat mendeteksi walaupun terdapat sedikit virus ditubuh pasien yang terinfeksi karena virusnya akan melalui proses amplifikasi (diperbanyak).
Namun menurutnya, metode antigen juga dapat menjadi alternatif diagnosa, dengan catatan maksimal waktu yang sudah melakukan kontak langsung dengan pasien terinfeksi Covid-19 yang akan ditest antigen yaitu 2 minggu. “Hanya waktu terbaik untuk ditest antigen adalah 7 hari setelah kontak langsung dengan orang terinfeksi Co id-19. Jika sudah lewat maka tidak tepat dengan antigen karna tidak akan terdeteksi di saluran pernapasan,” jelasnya.
Di kesempatan yang sama, Guru Besar FK Unpad, Prof. Dr. Kusnadi Rusmil , dr. Sp.A. (K), MM., menuturkan, vaksin Sinovac yang diproduksi oleh Cina aman digunakan dengan efikasi 65,3% karena sudah melalui uji preklinis, uji klinis tahap 3 interin, bersertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan emergency use yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dikatakannya, pemberian vaksin ini akan didahulukan kepada petugas kesehatan yang ada didepan, pekerja, guru, pelayanan masyarakat dan pekerja di pasar.
Beliau menjelaskan, tujuan dari dilakukannya vaksin yaitu untuk menurunkan kesakitan & kematian akibat Covid-19, mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) untuk mencegah & melindungi kesehatan masyarakat, melindungi & memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh, serta menjaga aktifitas seluruh spektrum masyarakat yang ada sehingga ekonominya dapat berjalan dengan baik.
Dekan FK Unisba, Prof. Dr. dr. Nanan Sekarwana, Sp. A (K), MARS., dalam sambutannya berharap, dengan terselenggaranya webinar ini dapat menjawab pertanyaan yang menimbulkan keraguan tentang situasi Covid-19 saat ini yang sudah ada dalam tahap mengkhawatirkan baik rata-rata angka konfirmasi positif covid-19 di Indonesia yang menembus angka diatas 10 ribu, serta timbulnya keresahan dan keraguan masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai penerima vaksin karena informasi berkembang di masyarakat yang mempertanyakan tentang keamanan dan efikasi vaksin yang ada.
Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H., pun sangat mengapresiasi terselenggaranya webinar ini. “FK Unisba sudah sangat bagus merespon perkembangan Covid-19 di Indonesia yang hingga saat ini sangat mengkhawatirkan walaupun di Kota Bandung sudah ada vaksinasi,” ungkapnya.
Untuk itu kata Rektor, edukasi kepada masyarakat mengenai Covid-19 bukan hanya tugas pemerintah tapi juga perguruan tinggi. “Hal ini sudah dilakukan FK Unisba melalui webinar ini. Dari acara ini, bisa sama-sama mengedukasi masyarakata bahwa covid-19 ini tidak seperti wabah lainnya di Indonesia,” ungkapnya
Melalui webinar ini Rektor berharap, kipraf FK Unisba menjadi terus berkembang dan tetap menjadi rujukan masyarakat untuk melanjutkan studi di FK Unisba. (Eki)