Ini Kata K.H. Miftah Faridl Soal Ramadhan di Tengah Pandemi COVID-19

KOMINPRO – Bulan Suci Ramadhan telah tiba. Namun, ada perasaan berbeda yang dirasakan umat muslim dalam menyambut ramadhan tahun ini.  Bulan puasa yang jatuh pada 24 April ini terasa mengharukan dan tak semeriah biasanya. Masjid-masjid yang biasanya selalu dipenuhi jemaah shalat terawih kini sepi. Kondisi ini tak lepas dari pandemi COVID-19 yang melanda dunia. Berbagai imbauan dan larangan terkait penularan virus corona tentu saja membuat beberapa momen-momen yang sudah dinanti-nantikan di setiap bulan puasa terpaksa untuk tidak dilakukan.

Dalam menanggapi hal itu, Ketua Badan Pengurus Yayasan Universitas Islam Bandung (Unisba), Prof. Dr. K.H. Miftah Faridl mengatakan, Ramadhan kali setiap orang dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah dan mengurangi berbagai aktivitas yang bersifat kerumunan.   Menurutnya berbagai kegiatan seperti buka bersama, shalat terawih di masjid, tadarus Al-qur’an dan itikaf di masjid harus dihindari dalam situasi saat ini.

“Sekali lagi ini adalah ikhtiar kita atas perintah Allah SWT. Kita harus berusaha dan jangan membuat orang lain menjadi menderita karena tertular penyakit dari kita. Jangan pula kita dibikin sakit atau menderita oleh orang lain karena tertular penyakit. Kita tetap berusaha menjalankan syariat islam secara optimal tapi juga harus bisa menghindari proses penularan penyakit,”ujarmya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung ini mengatakan, meskipun tidak bisa melaksanakan shalat terawih berjamaah di masjid, umat muslim masih bisa melakukan shalat berjamaah di rumah bersama keluarga atau pun sendiri. Menurutnya hal tersebut tidak akan mengurangi keutamaan serta kualitas ibadah itu sendiri. Prof. Miftah mengatakan, jika seseorang tidak mendapatkan pahala lebih karena tidak melangkahkan kakinya ke masjid, dia bisa menggantinya dengan amalan-amalan lain seperti membaca Al-Qur’an atau memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.

“Doa-doa dzikir yang mahjur yang dapat kita panjatkan adalah menyebut nama Allah setelah bada shalat fardhu seperti Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahuakbar masing-masing 33 kali, itu jangan ditinggalkan. Kemudian boleh juga kita menambah lagi dzikir-dzikir yang mahsyur seperti dicontohkan oleh Rasulullah SAW tapi yang paling utama perbanyak membaca Al-Quran Nurkarim,”jelasnya.

Selain itu, selama bulan puasa Prof Miftah mengatakan, umat islam dianjurkan untuk meningkatkan rasa solidaritas kepada yang lain dengan bersedekah. Di tengah kondisi adanya wabah COVID-19 seperti sekarang ini, berbagai bentuk sedekah sangat diperkukan bagi saudara maupun masyarakat yang membutuhkan. Menurutnya, bersedekah adalah peluang untuk kita meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

“Jangan-jangan ini adalah ujian bagi kita yang memiliki kekayaan. Kita diuji oleh Allah apakah masih ingat dengan tetangga atau tidak, ingat keluarga atau tidak. Kalo ini benar-benar ujian maka kita harus lulus. Oleh karena itu, jika saat ramadhan kita terbiasa membeli pakaian agak mewah untuk saat ini tahan sedikit dan berikan bantuan kepada saudara-saudara yang membutuhkan,”ucapnya.

Belia pun berpesan kepada masyarakat agar bisa mengikuti imbauan pemerintah jika ada peraturan terkait pelaksanaan larangan mudik di tengah pandemi COVID-19. Menurutnya, memelihara semangat silaturahim itu penting, namun menjaga kesehatan bersama jauh lebih penting dalam situasi saat ini.

“Sekali lagi ini bukan karena kita tidak percaya pada kasih sayang Allah justru sebaliknya. Allah memerintahkan kita untuk bekerja, berikhtiar, dan berdoa. Jadi tahanlah semangat kebiasaan silaturahim, gunakan sosial media untuk sementara.  Insya Allah nanti setelah kondisi sudah membaik, kita bisa melaksanakan silaturahim. Pulang kampung dengan selamat dan tidak membawa atau tertular virus COVID-19,”terangnya. (Feari)

Press ESC to close