Rektor saat menyerahkan Plakat Unisba kepada Inspektur Jenderal Kemenristekdikti
KOMINPRO-Revolusi Industri 4.0 tidak bisa dihindari. Saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. Adanya pergeseran dalam cara bekerja mengakibatkan perubahan pola hidup manusia, bahkan diprediksi dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan satu setengah miliar bidang pekerjaan akan hilang.
Demikian diungkapkan Inspektur Jenderal Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Prof. Dr. Jamal Wiwoho., S.H., M.Hum dalam Studium General bertema, “Tantangan Perguruan Tinggi di Era Revolusi Industri 4.0” yang diselenggarakan di Aula Utama Unisba, Jum’at (14/12). Dia mengatakan, perubahan disrupsi sudah dirasakan saat ini, ditandai dengan banyaknya jenis pekerjaan baru yang mensubstitusi pekerjaan lama.
Revolusi Industri 4.0 ini, lanjut Prof. Jamal, tidak hanya berlaku bagi kalangan industrial tapi juga bagi dunia pendidikan. Menurutnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan teknologi dan informasi yang baik akan menjadi pemenang. Peguruan Tinggi perlu melakukan perubahan kurikulum dalam menghadapi tantangan ke depan.
“Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga kerja hingga 2.1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025. Maka dalam menyusun kurikulum, institusi pendidikan perlu memasukan materi terkait human dan digital skills,” ujarnya.
Dia menjelaskan, ada lima skill yang dibutuhkan dunia idustri di masa depan. Pertama, kemampuan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum diketahui solusinya di dalam dunia nyata (Complex Problem Skill). Kemudian seseorang juga dituntut memiliki kemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring, kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence yang baik (Social Skill).
Selain itu, SDM harus memiliki kepekaan dalam melakukan pekerjaan dengan menerapkan perilaku active listening, logical thinking, dan monitoring self and the others (Process Skill). SDM juga harus mampu melakukan judgement dan membuat keputusan dengan pertimbangan cost-benefit (System Skill). Kelima, seseorang juga harus memilki kemampuan Cognitive Abilities yang terdiri dari antara lain Cognitive Flexibility, Creativity, Logical Reasoning, Problem Sensitivity, Mathematical Reasoning, dan Visualizatio.
Dalam menghadapi Revolusi 4.0, kata dia, dosen memiliki peran penting dalam melakukan kontekstualisasi informasi serta bimbingan terhadap mahasiswa dalam penggunaan praktis diskusi daring. Fungsi Dosen pada era digital ini kata dia, berbeda dibandingkan Dosen masa lalu.Sebagaimana diungkapan Kini, dosen tidak mungkin mampu bersaing dengan mesin dalam hal melaksanakan pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi.
“Seperti diungkapkan Jack Ma, pendiri Alibaba, perusahaan transaksi daring terbesar di dunia mesin jauh lebih cerdas, berpengetahuan, dan efektif dibandingkan kita karena tidak pernah lelah melaksanakan tugasnya. Maka fungsi Dosen kini bergeser lebih mengajarkan nilai-nilai etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman hingga empati sosial karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat diajarkan oleh mesin. Jika tidak, wajah masa depan pendidikan kita akan suram,” jelasnya.
Lebih jauh Prof. Jamal pun berkisah, “Dulu sebelum memasuki revolusi industri 4.0 kita bayar tol dilayani oleh pegawai tapi sekarang sudah ada e-toll. Mengirim uang menggunakan wessel tapi sekarang lebih praktis menggunakan ATM atau mobile banking. Bahkan kini berbelanja juga dapat dilakukan melalui online,” katanya.
Dia mengatakan, tidak lama lagi 70-80% pekerjaan berpendapatan menengah ke bawah terancam oleh otomatisasi. Berbagai pekerjaan yang dahulu menjanjikan, di masa depan akan berkurang atau tidak dibutuhkan lagi. Menurutnya, berbagai perusahaan tidak akan segan memutuskan hubungan kerja dengan pegawainya jika tidak memiliki skill yang mumpuni.(Feari/Sari)