(Terbit di Harian Kompas, Kamis/ 14 April 2022 dan laman adv.kompas.id)
Awal maret lalu, masyarakat dihebohkan dengan temuan tiga struktur sesar atau patahan: Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternoster, di ibu kota negara, yang sebelumnya digadang-gadang aman dari gempa (BMKG, 5/3/2022). Indonesia memang rawan bencana gempa. Hingga Maret 2022, telah terjadi 4 gempa besar: di Maluku Utara dengan magnitudo 5,5 SR, di Banten 6,6 SR, di Sumatera Barat 6,2 SR dan terakhir di Sumatera Utara 6,9 SR.
Namun demikian, gempa bukanlah bencana alam yang paling mengancam Indonesia. Pada tahun 2021, bencana alam yang mendominasi adalah bencana hidrometeorologi, yaitu banjir, putting beliung dan tanah longsor, disusul oleh kebakaran hutan, gempa bumi dan gelombang pasang. Dari bulan Januari sampai 14 Maret 2022 pun telah terjadi 352 kejadian banjir, 171 kali longsor, 43 kali karhutla, 8 kali gelombang pasang dan abrasi, serta 4 kali gempa bumi (BNPB,2022)
Atas kondisi tersebut, mitigasi bencana menjadi suatu hal yang vital. Terdapat tiga tujuan utama dari mitigasi bencana, yaitu: mengurangi dampak bencana, landasan perencanaan pembangunan, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi dan mengurangi risiko bencana. Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang menjadi provinsi dengan risiko bencana tertinggi di Indonesia (BPBD Jabar) bahkan menerbitkan cetak biru Jawa Barat Resillient Province (JRCP) yang tertuang dalam Pergub No. 1/2020.
Unisba sebagai salah satu perguruan tinggi yang terkemuka di Jawa Barat, mendukung cetak biru JRCP, di antaranya dengan kegiatan akademis dan non-akademis yang dilakukan oleh Program Studi Matematika. Prodi Matematika menawarkan mata kuliah yang dapat membantu dalam mitigasi bencana, misalnya pemodelan matematika yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui potensi dan prediksi kejadian bencana alam, pemodelan dan simulasi jalur evakuasi, serta optimasi penyaluran bantuan alam. Ditawarkan pula mata kuliah Manajemen Risiko untuk meminimalkan risiko bencana, Decision Support System untuk pengambilan keputusan secara logis dan optimum saat terjadi bencana, serta mata kuliah Tantangan dalam Sains yang mempelajari internet of things untuk membangun early warning system.
Bulan Maret 2020 lalu, dosen & mahasiswa Matematika Unisba dengan dukungan fakultas MIPA dan LPPM Unisba juga mengedukasi para pembina Pramuka di daerah terdampak sesar Lembang mengingat Pramuka memiliki potensi yang besar sebagai relawan mitigasi bencana. Acara tersebut mendatangkan Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI) yang membahas peran media komunitas untuk mitigasi bencana, serta pembahasan fiqih Islam dalam menghadapi bencana yang disampaikan oleh dosen fakultas Tarbiyah Unisba. Lebih lanjut, para pembina Pramuka juga diberikan workshop terkait manajemen risiko dan pemanfaatan aplikasi kebencanaan pada ponsel pintar, serta menyiapkan tas siaga bencana sesuai risiko yang dihadapi. Mari mitigasi bencana dengan Matematika! (Respitawulan, S.Si., M.Si., Dosen Program Studi Matematika Unisba)