FTK Unisba Selenggarakan Seminar Internasional

KOMHUMAS-Dalam rangka memecahkan masalah pendidikan anak usia dini (PAUD) pasca pandemi Covid-19, Fakultas Tarbiyah & Keguruan Universitas Islam Bandung (FTK Unisba) menyelenggarakan Seminar Internasional ‘Startegies in Earli Childhood Education For Preventing The Long-Term Impact of Learning Gap Among Children’ yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting, Kamis (2/3/2023).

Rektor Unisba, Prof. Dr. H. Edi Setiadi, S.H., M.H., sanagt mengapresiasi kegiatan ini karena tema yang diangkat sangat menarik, mengingat pola pendiddikan yang berbeda-beda ditiap negara.

Harapannya, knowledge sharing antara pembicara dan peserta dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat dan dapat menjalin kerja sama jangka Panjang.

Seminar ini menghadirkan tiga orang narasumber antara lain Prof. Fonny Dameaty Hutagalung (University Malaya Malaysia), Prof. Vina Andriany, M.Ed., Ph.D. (Director Seameo Ceccep dan Guru Besar UPI), dan Muchammad Tholchah, Ph.D. (Doctoral School of Education and Culture, Tampere University, Finlandia)

Narasumber pertama, Prof. Fonny  mengatakan, pendidikan progresif dipandang mampu mengatasi berbagai persoalan yang muncul di kalangan anak-anak pasca pandemi Covid-19. ”Pedagogi yang sesuai dan sejalan dengan keterampilan abad 21 mampu mengatasi persoalan pekembangan dan pembelajaran anak yang masih terdampak akibat lamanya masa penutupan prasekolah,” katanya.

Menurutnya, pedagogi tersebut dipandang mampu memecahkan perkembangan dan pembelajaran anak yang terdampak karena pembelajaran aktif membangun pengalaman anak. “Ini melayani perkembangan anak yang komprehensif dan domain keterampilan seperti perkembangan fisik, perkembangan emosi dan sosial, perkembangan Bahasa dan komunikasi, kreativitas, dan motivasi anak untuk belajar,” ujarnya.

Ia menambhkan, pedagogi tersebut juga bisa diadaptasikan ke berbagai mata pelajaran seperti Matematika, IPA, literasi dan sebagainya.

Lebih lanjut Prof. Fonny menuturkan, pendidikan juga memiliki peran yang signifikan dan efektif dalam mengatasi permasalahan yang muncul dalam perkembangan anak pasca pandemi Covid-19 dan kesenjangan pembelajaran. “Maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut terkait pendagodi yang tepat dan komptrehensih guna memberikan rencana pendagogi yang lebih sistematis,” ujarnya.

Narasumber kedua, Prof. Vina mengatakan, kebutuan anak saat ini harus diperhatikan. “Anak bukan hanya dilihat sebagai mahluk ekonomi saja, tapi juga harus dilihat kebutuhan lainnya, barangkali yang sifatnya non ekonomi,” ujarnya.

Menurutnya, tantangan saat ini dalam mendidik anak di PAUD bukan hanya pertimbangan menjadi mahluk produktif saja, tapi juga memberikan stimulus karena hal tersebut merupakan hak anak. “Kita stimulasi anak, maka akan ada potensi yang bisa dilakukan dimasa yang akan datang,” katanya.

Suara anak kata Prof. Vina, harus didengar. “Barangakali dengan mendengarkan suara anak, bisa merumuskan sistem PAUD yang ideal seperti apa pasca pandemi Covid-19,” jelasnya.

Narasumber ketiga, Tholchah menuturkan, kesenjangan pembelajaran bukanlah masalah utama selama Covid-19 di tingkat Early Childhood Education & Care (ECEC) Finlandia. “Seluruh perkembangan baik akademik maupun non akademik anak dianggap lebih penting di antara para pembuat kebijakan,” katanya.

Menurutnya,  kebijakan dan praktik pendidikan di Finlandia saat ini adalah hasil dari pengembangan dan inisiatif yang panjang dan sistematis (Sahlberg, 2007) yang melibatkan banyak faktor yang saling terkait (Simola, 2005), termasuk aspek yang mendukung ECEC tetap kuat selama Covid-19.***

Press ESC to close