Fikom Unisba Gelar Workshop “Counseling Teachers in the Digital Age: Connecting with Gen Z & Alpha”

KOMHUMAS-Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung bekerja sama dengan MGBK Kota Bandung menyelenggarkan  workshop “Counseling Teachers in the Digital Age: Connecting with Gen Z & Alpha” yang dilaksanakan di Gedung Dekanat Unisba, pada Kamis (13/3). Kegiatan ini diikuti lebih dari 50 guru BK yang berasal dari SMA se-Kota Bandung.

Workshop ini menghadirkan dua orang narasumber yang merupakan dosen Fikom Unisba. Nasaumber pertama adalah Prof. Dr. Ike Junita Triwardhani, S.Sos., M.Si., yang membawakan materi mengenai ‘Komunikasi Konseling yang Efektif untuk Siswa, Relasi Mutual dalam Membangun Karakter Siswa Melalui Nilai-nilai Keseharian di Sekolah’.

Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Ike menekankan bahwa setiap siswa memiliki kekhasan tersendiri yang tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya. “Setiap siswa itu memiliki kekhasan, tidak bisa disamakan satu dengan yang lain karena tiap orang itu masalahnya berbeda. Kondisi kemarin dengan hari ini tidak sama, jadi kita tidak bisa memandang siswa itu sama, pasti berbeda-beda satu dengan yang lainnya,” ujar Prof. Ike.

Lebih lanjut, Prof. Ike menjelaskan bahwa keterlibatan guru dalam kegiatan siswa sangat penting untuk membangun relasi mutual yang positif. Karakter siswa, menurutnya, terbentuk dari interaksi sehari-hari yang didasarkan pada hubungan saling percaya antara guru dan siswa.

Menurutnya komunikasi yang efektif bisa diterapkan dengan menggunakan Attraction Theory dan Relationship Stage. Di samping itu,  peningkatan kompetensi komunikasi guru bisa didapatkan melalui pendekatan attraction dan relationship teory dalam keseharian.

Narasumber berikutnya adalah Ratri Rizki Kusumalestasi, S.Sos., M.Si., yang membawakan materi mengenai ‘Memahami Dinamika Media Sosial: Mendampingi Siswa di Era Digital’.

Ratri mengatakan, Guru BK memiliki peran penting dalam mendampingi siswa di era digital antara lain dengan memberikan bimbingan literasi digital di sekolah

“Guru BK berperan dalam edukasi etika berinternet, memilah informasi, dan mengenali bahaya hoaks. Dengan mengajarakan komentar bijak dan mencegah ujaran kebencian,” ujarnya.

Selain itu, Guru BK juga berperan sebagai konselor bagi siswa yang mengalami dampak dari media sosial, seperti cyberbullying dan tekanan online. Bi Ratri menekankan bahwa bimbingan mengenai strategi mengelola stres akibat tren media sosial menjadi hal yang penting.

Untuk menyeimbangkan aktivitas digital dan kehidupan nyata, Guru BK juga dapat menginisiasi program-program yang mendorong siswa mengatur screen time dengan aktifotas fisik dan akademik. “Mengadakan tantangan seperti ‘Sehari Tanpa Gadget’ atau ‘Detox Digital’ bisa menjadi cara yang efektif untuk membantu siswa menyadari pentingnya keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata,” katanya.

Guru BK juga perlu berkolaborasi dengan orang tua dalam pengawasan penggunaan teknologi di rumah. Ia menyoroti pentingnya workshop keamanan digital bagi orang tua agar mereka dapat memahami cara terbaik dalam mengontrol penggunaan perangkat digital anak-anak mereka. Komunikasi rutin antara sekolah dan orang tua sangat penting untuk memastikan kebiasaan digital sehingga  siswa akan memperoleh pemahaman melalui suntikan imun melalui literasi dibgital,” pungkasnya.***

Press ESC to close