Prof. Dr. M Abdurrahman,MA. ketika memberikan ceramah dalam Pengajian Umum Rutin (bulanan) yang diselenggarakan Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian (LSIPK) Unisba, di Masjid Al-Asy’Ari Unisba, Rabu (15/8)
KOMINPRO-Dalam agama Islam, bulan Dzulhijjah dinilai sebagai salah satu bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini terdapat beberapa amalan utama yang dianjurkan untuk dijalankan seperti menunaikan ibadah haji, melaksanakan puasa arafah, dan berqurban. Bulan Dzulhijjah juga menjadi momen yang tepat bagi umat Islam untuk mengingat kembali keteladanan Nabi yang mendapat gelar Uswah Hasanah yaitu Nabi Ibrahim As.
Demikian disampaikan Prof. Dr. M Abdurrahman,MA. ketika memberikan ceramah dalam Pengajian Umum Rutin (bulanan) yang diselenggarakan Lembaga Studi Islam dan Pengembangan Kepribadian (LSIPK) Unisba, di Masjid Al-Asy’Ari Unisba, Rabu (15/8). Tema yang dibahas dalam pengajian kali ini, “Uswah Hasanah Nabi Ibrahim As”. Beliau mengatakan, dari sekian banyak Rasul terdapat dua orang yang secara eksplisit mendapat gelar Uswah Hasanah yaitu Nabi Ibrahim AS beserta kaumnya dan Nabi Muhammad Saw.
“Nabi Ibrahim adalah moyang Muhammad Saw. melalui Nabi Ismail As. Pembangunan Kabah Musyarrafah merupakan karya Nabi Ibrahim As. yang masih terpelihara hingga saat ini dan wajib kita jaga,” ujarnya. Keteladanan nabi Ibrahim tercemin melalui kesetiaanya menjaga kota Mekkah sebagaimana tercantum dalam surah Ibrahim ayat ke 35 sampai 40.
Dalam doanya, Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar Mekkah dijadikan negeri yang aman dan penduduknya dijauhkan dari berhala. Meskipun Nabi Ibrahim berbeda keyakinan dengan ayahnya, Beliau dikenal sebagai pribadi yang santun dan tidak pernah berhenti mendoakan kedua orang tuanya. Pada waktu itu pula untuk pertama kalinya ibadah haji dijalankan dan tidak pernah dihapus sampai Muhammad Rasullullah Saw.
“Uswah hasanah kedua Rasul Allah tersebut sangat banyak, seperti shalat dan pelaksanaan haji dengan thawaf dan sa’i di Masjidil Haram. Bahkan haji merupakan bagian dari rukun Islam,”jelasnya.
Namun, meskipun haji sudah menjadi ketetapan syari’at Allah beliau menghimbau kepada jama’ah yang hadir untuk tidak memaksakannya jika belum mampu, baik dari segi fisik maupun finansial. Di samping itu dia mengatakan ada baiknya jika ibadah haji hanya dilaksanakan satu kali saja untuk menjaga keutamaannya.
“Ada orang yang beribadah haji satu tahun sekali, saya katakana kalo bisa janganlah. Haji cukup satu kali saja asal istihaah. Jika memang alasannya karena rindu Baitullah, kita bisa melaksanakan umroh selang 5 tahun setelah haji,” jelasnya. (Feari/Sari)