KOMHUMAS-Marini Salmonia Kisa adalah mahasiswa Program Studi Satistika FMIPA Unisba angkatan 2022 yang beragama Katolik.
Awal Maret lalu, Ririn sapaan akrabnya mengikuti pesantren mahasiswa yang dilaksanakan di Kampus II Unisba Ciburial sebagai kewajibannya mengikuti mata kuliha Pendidikan Agama Islam II.
Gadis asal Kabupaten Ende Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur ini bercerita mengenai pengalamannya selama mengikuti pesantren.
Ririn sapaan akrabnya mengatakan, awalnya sempat merasa ‘minder’ karena mahasiswa non Muslim hanya dirinya sendiri. Namun hal tersebut bisa dilewatinya selama pesantren berlangsung hingga selesai. “Awalnya sempat merasa sendiri, tidak punya teman. Sempat juga bertanya ke diri sendiri apa bisa ikuti pesantren. Tapi ternyata teman-teman semua support dan tidak ada yang ‘julid’,” ungkapnya.
Anak ke tiga dari tujuh bersaudara ini mengaku banyak manfaat dan pembelajaran yang diperoleh dari kegiatan pesantren. “Di pesantren ini teman-teman bangun dari jam 3 pagi untuk tahajud, shalat shubuh dan bisa bagi waktu untuk melaksanakan shalat wajib. Sedang aku hanya ibadah di hari minggu aja ke gerejanya dan kadang masih bolong-bolong. Hebat banget, harus mengambil pelajaran ini. Aku harus bisa kaya mereka, setidaknya dalam setiap minggu itu harus ke gereja,” tuturnya.
Materi keputrian yang diterima saat di pesantren kata Ririn sangat berkesan. Menurutnya disamping pematerinya yang baik, ia juga lebih mengetahui kodrat perempuan secara mendalam. “Diberikan pemahaman bagaimana cara perempuan ngerawat diri. Ririn belum pernah dapat ilmu yang seperti itu. Taunya baru sedikit, belum semua dan ternyata seperti ini kodrat perempuan,” ujarnya.
Ririn mengungkapkan, tidak ada duka sama sekali selama mengikuti pesantren. Bahkan ujian pun mampu dilaluinya meski mengalami kesulitan terutama mengenai pemahaman Bahasa Arab. “Pemahaman Bahasa Arab itu susah banget. Tapi pembahasan seperti puasa, umroh/haji dan lainnya bisa masuk ke otak dan dipelajari,” kata Ririn.
Menurut Ririn, toleransi di Unisba khususnya saat mengikuti pesantren itu sangat terasa. “Dosen-dosennya sangat mengerti Ririn, kaya seneng. Ada toleransi gitu. Tidak ada juga pemaksaan untuk masuk Islam,” ungkap Ririn.
“Jadi ikut pesantren ini menambah pengalaman saja bagi yang non Muslim dan jadi bisa tahu banyak ilmu,” tutup Ririn.***