KOMHUMAS- Adalah Astri Meiliawati Agustin lulusan Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi & Bisnis Unisba yang baru saja dilantik dan dikukuhkan sebagai Sarjana Ekonomi pada Pelantikan Doktor, Magister, Profesi dan Sarjana Gelombang I Tahun Akademik 2021/2022, sabtu-minggu (26-27/03).
Meiza sapaan akrabnya, merupakan penyandang disabilitas tuna rungu yang memiliki keterbatasan dalam pendengarannya. Meski dengan keterbatasan tersebut, ia mampu menempuh masa studi normal di Unisba selama empat tahun dan memperoleh IPK 3,37 dengan predikat Sangat Memuaskan.
Perjalanan Meiza memperoleh gelar sarjana memang tidak mudah. Keterbatasan dalam komunikasi menjadi tantangan tersendiri karena harus menggunakan bahasa mulut. Ditambah dengan adanya pandemi Covid-19 yang mewajibkan seluruh masyarakat menggunakan masker membuat proses pembelajaran mengalami kesulitan.
“Meski ada online, sering buram. Kadang kali selama pembelajaran saya tidak mengerti, karena ada beberapa dosen yang tidak bawa materi yang bisa dibaca. Meski begitu metode belajar saya otodidak, belajar sendiri dan mengulas sendiri,” ungkap Meiza.
Meiza merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Ketiganya dibesarkan sendiri oleh Ibunya yang merupakan guru SD di Kabupaten Ciamis setelah berpisah dengan ayahnya ketika Meiza berusia tiga bulan.
Ia menceritakan fungsi pendengarannya terganggu ketika usianya menginjak tujuh tahun atau kelas dua SD karena terjatuh dengan kepala belakang yang terbentur keras. Upaya medis pun sudah semua dilakukan hingga bor kepala untuk memasang CIF di otak sempat dilakukannya.
“Qadarullah saat itu saya bangun dari bius meski sudah di ruang operasi, dan tidak mau dilanjutkan. Lebih memilih pakai ABD (alat bantu dengar) diluar telinga saja,” ujarnya.
Ia mengaku sempat hancur ketika pertama kali tidak bisa mendengar. Diakui Meiza, awalnya merasa kesulitan akses bahasa isyarat. “Jadi komunikasi belum tau bagaimana. Namun tanpa disadari saya sering memperhatikan orang berbicara, disaat itulah saya mulai paham bahasa mulut/lips reading,” tutur Meiza.
Seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan Meiza mulai menerima keadaannya dan tidak lantas menyerah tapi terus berusaha. “Alhamdulillah waktu SMP dapat penghargaan siswa teladan, SMA dapat penghargaan siswa berprestasi dan siswa terbaik bidang ciri khas. Disaat itulah mulai terbiasa dengan tanggapan orang-orang tentang tuna rungu atau suaranya ‘aneh’,” ungkapnya.
Menyandang disabilitas tidak menyurutkan langkahnya untuk memperoleh prestasi. Selama menempuh kuliah di Unisba, ia memperoleh beasiswa dari Baitulmaal Unisba.
Keterbatasan yang dimiliki ini bukan menjadi penghalang baginya untuk mengembangkan softskill, nalar dan bakatnya. Meiza aktif berorganisasi di lembaga kegiatan mahasiswa (LKM) maupun unit kegiatan mahasiswa (UKM) di lingkungan Unisba. Tercatat empat organisasi ia ikuti selama berkuliah di Unisba, antara lain BOMPAI(Badan Operasional Mentoring Pendidikan Agama Islam)-Operasional Mentoring, KAMMI(Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia)-Humas, KSR(Korps Sukarela)-Humas dan UKU-anggota.
Kini Meiza bekerja sebagai Marketing di PT Arya Karya Daya yang sudah digelutinya sejak sesudah melaksanakan sidang skripsi empat bulan lalu. Rencana ke depan, ia akan terus berusaha mewujudkan cita-citanya menjadi seorang akuntan dan akan terus berusaha untuk bisa mewujudkannya.
Ia berpesan agar jangan menyerah hanya karena sedang mengalami kesulitan. “Yakinlah bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Yang terpenting kita tetap harus yakin dan percaya diri. Jangan menganggap kekurangan itu sesuatu hal yang besar. Yakinlah karunia Allah SWT itu lebih besar. Jadi lampauilah batasan mu,” tutupnya.***