“Celebrity Worship” Versus ldentitas Diri Remaja

lndri Utami Sumaryanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Unisba)-MENYUKAI dan meniru idola adalah hal lumrah yang saat ini bisa kita lihat sehari-hari pada anak-anak maupun remaja. Bentuknya bisa bermacam-macam, seperti anak yang ingin menggunakan pakaian bergambar tokoh idola,atau seorang remaja yang mengidolakan boyband atau girlband dan menonton setiap konsernya serta meniru cara ber­ penampilannya.

Ada pula remaja perempuan yang merasa jatuh cinta pada penyanyi idolanya dan sering membayangkan kencan berduaan dan berandai­ andai lagu cinta yang dinyanyikan si penyanyi adalah untuknya.

Baru-baru   ini  ada   seorang  ibu yang   berkonsultasi   karena   merasa bingung,apakah harus memenuhi ke­ inginan putri remajanya ya ng meminta perawatan kulit yang cukup mahal agar kulitnya putih seperti sang idola. Lalu, sejauh mana hal ini menjadi sesuatu yangwajar dan tidak mengarah kepada perilaku maladaptif?

Peran media massa cukup besar, dalam kaitannya menghubungkan an­ tara penggemar dan selebritas favorit­ nya. Hal tersebut menimbulkan hu­ bungan parasosial dengan tokoh yang ditampilkan media.

Menurut Maltby, bentuk hubung­ an  parasosial  yang saat  ini terjadi pada kalangan remaja adalah celebrity worship. lni adalah perilaku obsesi in­ dividu untuk  terlalu terlibat di setiap kehidupan selebriti sehingga terbawa dalam kehidupan sehari-hari individu tersebut.

Maltby menjelaskan terdapat tiga cara keterlibatan dengan idola.Pertama adalah berisi motivasi yang mendasari pencarian aktif fans terhadap idola. lni dilakukan sebatas mengisi waktu luang untuk dapat menghibur diri sendiri.

Kedua adalah cara yang mereflek­ sikan perasaan intensif dan dan terus menerus terhadap idola,hampir sama dengan kecenderungan obsesif pada fans.  Hal ini menyebabkan  fans  kemudian menjadi memiliki kebutuhan untuk  mengetahui  apapun  tentang

idola tersebut, mulai dari berita ter­ baru hingga informasi mengenai pri­ badi idola tersebut. Seiring dengan meningkatnya intensitas keterlibatan dengan idola,fans mulai melihat idola sebagai orang yang  dianggap dekat dan mengembangkan hubungan intim dengan idola tersebut secarasearah.

Yang ketiga merupakan cara yang paling ekstrim yang dimanifestasikan dalam sikap,seperti kesediaan untuk melakukan apapun demi idola ter­ sebut meskipun melanggar hukum. Fans ya ngseperti ini tampak memiliki pemikiran  yang  tidak  terkontrol  dan menjadi irasional. Pada cara ini sudah terjalin hubungan intim searah yang semu dan makin kuat.

Dalam proses perkembangan iden­ titas diri remaja, idealnya remaja  me­ miliki  panutan,  yaitu  seorang  yang sangat berarti seperti orangtua, kakak, sahabat, atau  guru. Orang-orang ter­ sebut diharapkan menjadi tokoh ideal (idola)  karena  mempunyai  nilai-nilai

ideal bagi remaja dan memberikan pe­ ngaruh yang cukup besar dan positif bagi perkembangan identitas diri.

Oleh karena itu,remaja selayaknya berada dalam lingkungan yang positif dan memiliki hubungan yang positif. Penelitian Maltby menyatakan bahwa remaja ya ngmemiliki hubunga n para­ sosial salah satunya adalah remaja yang tidak memiliki hubungan yang hangat dan memuaskan di dalam ke­ luarganya.

Melihat halterse but,bagiorangtua yang memiliki anak remaja,sebaiknya jalin komunikasi dan hubungan yang hangat agar mereka tidak beralih hu­ bungan parasosial yang semu.Dengan demikian, menyukai selebritas hanya sebatas untuk menghibur diri,bukan berkembang menjadi suatu perilaku yang melanggar batas  kepatutan atau batas kenormalan. (Sumber : Kompas, 23 Februari 2018)

 

Press ESC to close