KOMHUMAS-Usia bukan menjadi penghalang bagi Mochammad Hory Dafid Rio A., untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter. Di usianya yang baru menginjak 22 tahun, ia berhasil lulus Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi Fakultas Kedokteran (FK) Unisba yang meraih IPK 3,51 dengan Predikat Sangat Memuaskan.
Hory diwisuda pada Sabtu (27/8/2022) yang dilaksanakan di Gedung Hj. Kartimi Kridhoharsojo kampus utama Unisba jalan Tamansari no. 1 Kota Bandung.
Ia merasa senang dan bangga bisa menjadi dokter meski lebih muda dua-tiga tahun dari teman sebayanya yang sama-sama diwisuda.
Anak kedua dari ketiga bersauda ini bercerita, selama menempuh studi di SD dan SMA , ia mengambil kelas akselerasi sehingga di usianya 16 tahun sudah menempuh Pendidikan tinggi di FK Unisba sejak tahun 2016. Di FK Unisba, ia menempuh Program Pendidikan Dokter Tahap Akademik selama 3,5 tahun dan Program Pendidikan Dokter Tahap Profesi selama dua tahun.
Dalam berstudi di FK Unisba, Hory mengakui pembelajarannya sulit namun hal tersebut bisa dilaluinya dan diikuti hingga lulus menjadi seorang dokter. “Alhamdulillah tidak sampai terlambat atau bagimana. Pembelajarannya sulit tapi seru, jadi ngikutin aja,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Hory yang hobi karate, renang dan bermain games ini juga mengaku banyak menghadapi tantangan ketika pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Bahkan menurutnya, diawal koas harus mengikuti secara daring selama ± 6 bulan, sehingga waktu koas di Rumah Sakit menjadi lebih singkat. “Ditambah lagi prokes yang super ketat misal harus jaga jarak + apd, tatap muka juga jadi dibatesin jadinya harus daring lewat zoom yang kurang efektif buat diskusi kasus, ditambah jaringan jika lagi gangguan, dan ketika ada temen yang positif Covid-19, jadi mau gamau harus lebih bisa atur waktu buat belajar,” tuturnya.
Namun hal tersebut bisa diatasinya karena dukungan dari orangtua dan teman-teman kelompok koasnya yang saling support. “Dengan segala keterbatasan, alhamdulillah bisa lulus tepat waktu,” ujarnya.
Hory menambahkan, banyak kesan suka dibanding duka selama studi di FK Unisba. “Dukanya tidak terasa dan teratasi karena Unisba kampus muslim jadi senang teman-temennya mayoritas muslim dan suasana pembelajaran jadi enak juga, seperti sebelum memulai kegiatan mebaca Al Quran terlebih dahulu dan berdoa bersama sehingga jadi lebih khidmat,” ujarnya.
Pria kelahiran 01 Juni 2000 di Bandung ini mengungkapkan, hubungan dengan senior dan dosen berjalan dengan sangat baik. “Tidak ada senioritas dengan senior, hubungannya baik, dan kekeluargaan juga. Dosennya juga baik baik,” ungkapnya.
Hory pun berencana untuk menempuh Internship sekitar akhir tahun ini dengan wahana yang direncanakannya diliyaha Kalimantan ataupun Sulawesi. Kemudian akan lanjut ke Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) ke daerah terpencil untuk kedepannya menempuh spesialis.***