Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Alex Sobur Drs., M.Si, saat seusai melakukan sesi wawancara di Gedung Rektorat Unisba, Jalan Tamansari nomor 20, Rabu (14/11).
KOMINPRO – Alex Sobur Drs., M.Si, salah seorang dosen Fakultas Ilmu Komunikasi dan Prof. Dr. Tony S. Djajakusumah, dr., SP.KK (K), Wakil Dekan I/dosen Fakultas Kedokteran Unisba berhasil meraih penghargaan sebagai dosen yang memiliki publikasi luar biasa dan masuk kategori ilmuwan dunia 2018 karena karya tulisnya yang dipublis memperoleh jumlah sitasi tertinggi Google Scholar dan Scopus. Penghargaan berupa sertifikat, plakat dan uang masing-masing sebesar Rp. 10 juta diserahkan Rektor di Aula Unisba, dalam acara Sarasehan dan Penyerahan Penghargaan, Rabu (14/11).
Ditemui seusai acara, Alex Sobur mengaku bangga sekaligus haru atas bentuk perhatian yang diberikan Unisba terhadap kiprahnya sebagai penulis. Menurutnya, penghargaan ini merupakan sebuah refleksi atas perjalanan panjang yang dilaluinya selama bertahun-tahun.
“Ini merupakan kejutan bagi saya. Dengan penghargaan ini, saya mencoba untuk merefleksi sebuah terminal dari perjalanan panjang. Ini merupakan kenangan paling manis, bukan secara material atau hadiahnya, melainkan bentuk perhatian yang saya apresiasi,” kata Pak Alex yang mulai menulis sejak tahun 1981 ini.
Berdasarkan data Google Scholar sampai tanggal 13 November 2018, jumlah sitasi yang mencantumkan nama Alex Sobur tercatat sebanyak 5.801. Pa Alex berharap, capaian yang diperolehnya saat ini dapat membangun suasana dan atmosfir akademik bagi rekan sejawatnya untuk lebih sering menulis demi kemajuan Unisba.
“Mungkin leluasanya kita bisa mengkondisikan diri untuk berbuat yang terbaik bagi almamater. Bagi saya pribadi ini merupakan bentuk kontribusi satu-satunya yang bisa saya lakukan karena dengan cara lain, saya belum diberikan kesempatan,” ujarnya.
Dia mengatakan, sitasi merupakan hal yang hasilnya dapat terukur dan tidak dapat direkayasa. Semakin banyak pembaca dan penulis yang mengutip dan memanfaatkan karyanya untuk kebutuhan akademik, maka semakin berarti pula kehadirannya bagi kemaslahatan umat.
Menulis, bagi Pak Alex merupakan terapi terbaik ketika dirinya dihadapakan dengan persoalan. Dengan menulis, katanya, dia menemukan ketenangan sekaligus kenikmatan, meskipun di tengah prosesnya menghadapi berbagai hambatan. Dalam dua tahun ia pernah berhasil menyelesaikan 7 (tujuh) judul buku. Namun, katanya lagi, menulis buku tidak selalu mudah. Kadang dia pun merasa kesulitan dalam mencari ide sehingga pernah tak satupun buku yang dia buat dalam satu tahun. “Kesibukan lain pun sangat menyita waktu sehingga sulit menyelesaikan sebuah buku,” jelasnya.
Tidak pernah mematok berapa judul bukuyang harus diselesaikan dalam setahun, itulah sikap Pak Alex. Ide untuk membuat buku, kata dia, mengalir saja. Karya-karya Pak Alex yang menjadi best seller diantaranya, Semiotika Komunikasi, Komunikasi Naratif, Analisis Teks Media, Ensiklopedia Komunikasi, Psikologi Umum, Filsafat Komunikasi, dan lain-lain. “Ide itu datang kalau kita dalam tekanan. Saat dikejar deadline, biasanya ide jadi lancar mengalir,” akunya. Pak Alex pun “mendisiplinkan” diri dalam menulis, khususnya dalam menulis kamus. Jika satu hari tidak menulis, besoknya harus ditebus dengan menghasilkan dua halaman.
Pak Alek mengakui, saat menulis, ia sangat menghindari internet. Menurutnya, internet banyak sumber yang tidak jelas, dimana penulis bisa menambah dan mengurangi. Ia lebih suka mencari referensi melalui buku. Meski kadang sulit, hal tersebut justru semakin menantang baginya. “Bahkan, saya pernah menunggu sampai setahun untuk mendapatkan satu judul buku yang saya cari,” ungkapnya.
Bagi para pemula, ada tiga tips dari Pak Alex yang dapat dilakukan untuk memulai menulis sebuah buku, yakni tema yang menarik, langka, dan diprediksi akan menarik banyak peminat. Menurutnya, buku bertema langka akan banyak dicari dan menjadi referensi utama bagi penulis lain yang berniat membuat buku dengan tema serupa. Selamat mencoba. (Feari/Sari)