Tunanetra Bukan Halangan, Nu’man Sabit Raih Beasiswa Hafiz Qur’an

KOMINPRO – Lahir sebagai penyandang disabilitas seringkali menjadi hambatan bagi
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Namun, hal tersebut tidak mematahkan
semangat Nu’man Sabit, mahasiswa baru Universitas Islam Bandung tahun 2019 yang
memiliki keterbatasan dalam melihat sejak lahir untuk berkarya. Meski lahir dengan
keterbatasan pengelihatan, Nu’man Tsabits mampu menjadi penghafal Al-quran atau hafiz
saat menginjak usia 22 tahun.
"Sebaik-baiknya orang adalah yang belajar dan mengajarkan Alquran," petikan hadits itu
yang membuat Nu'man Sabits semangat untuk menjadi penghafal Al-qur’an. Setelah
menyelesaikan masa studinya di SLBN-A Citeureup, Kota Cimahi, pria kelahiran 5 Mei 1995
itu berhasil menghafalkan Alquran dalam waktu empat tahun di sebuah pondok pesantren
di Cirebon pada 2014 lalu.
Bermodalkan Al-quran braille dan murottal MP3 yang diputar berulang-ulang setiap hari,
Nu’man ini bisa menghafal kitab suci yang berisi 6.236 ayat tersebut. “Saya sistemnya one
day one page. Dalam Al-Quran ada 604 halaman jadi idealnya jika ada niatan dua tahun
kurang sebaranya bisa hafal. Namun, karena di sana saya sambil mengajar dan kadang ada
masa malasnya juga akhirnya baru hafal di tahun keempat ,”ujarnya.
Nu’man mengatakan, motivasi terbesarnya untuk menjadi seorang hafiz adalah kedua
orang tuanya. Dia menuturkan, dari enam bersaudara hanya dirinya yang mengalami
kebutaan. Pria asal Majalengka ini bercerita tentang sebuah hadis yang mengatakan bahwa
hanya orang-orang penghafal Al-quran saja yang dapat memakaikan mahkota kepada
orang tuanya di akhirat kelak.
“Saya sadar tidak punya kemampuan untuk membahagiakan orang tua di dunia, jangankan
membalas budi untuk mebahagiakan saja sulit maka saya ingin membahagiakan kedua
orang tua saya di akhirat,”katanya saat ditemui di sela-sela pelaksanaan Ta’aruf Mahaiswa
baru Unisba beberapa waktu lalu.
Nu’man menambahkan barang siapa yang tidak mengingat Allah yaitu membaca Al-quran
maka hidupnya akan dipersulit dan akan dibangkitkan di akhirat dalam keadaan buta.
“Saya tidak bisa membayangkan di dunia saya terlahir dengan kondisi seperti ini betapa
susahnya jika tidak mendapatkan bantuan orang sedangkan di akhirat kepada siapa saya
harus bergantung,” jelasnya.
Berkat ketekunannya dalam menghafal Al-qur’an, kini Nu’man berhasil meraih beasiswa
penuh hingga sarjana melalui program hafiz qur’an di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Unisba. Dia berharap kehadriannya di kampus biru dapat menularkan energi positif kepada

rekan-rekannya untuk meningkatkan kulitas diri dalam mempelajari dan mengamalkan Al-
qur’an. (Feari/Wiwit)

Press ESC to close