Usaha Mahasiswa Tak Bisa Andalkan Perbankan

BANDUNG, (PR).-Perbankan belum punya kebijakan yang mendukung usaha baru yang dirintis mahasiswa. Mahasiswa perlu mengoptimalkan sumber daya diluar perbankan untuk membangun usahanya.

Wakil Dekan III Fakulitas Ilmu Komunikasi  Unisba, Dr. Ferry Darmawan, M.Ds. mengatakan, minat mahasiswa untuk berwirausaha sangat tinggi. Usaha digital menjadi salah satu yang paling banyak dikembangkan. “Dari hal-hal yang kecil bisa jadi pekerjaan yang jenius,” kata Ferry saat membuka Diskusi Wirausaha Mahasiswa, Peluang dan Tantangan Industri Kreatif untuk Mahasiswa din Aula Unisba, Jumat (2/8/2019).

Soal pendanaan selalu menjadi salah satu kendala yang dihadapi wirausaha baru. Sayangnya, perbankan belum punya mekanisme khusus untuk membantu pendanaan usaha barum apalagi usaha yang dikelola mahasiswa. “Perbankan masih menggunakan mekanisme usaha pada umumnya sehingga startup tidak mudah mendapat pendanaan,” kata Kepala Humas LPS Nur Budiantoro.

Bank hanya akan membiayai usaha yang bisa memenuhi prinsip kelayakan yang biasa disebut 5C, character (karakter peminjam), capital (modal), capacity  (kemampuan), condition (kondisi usaha), dan collateral (jaminan). Modal menjadi salah satu yang paling sulit karena wirausahawan harus punya modal awal yang cukup untuk mendapat fasilitas pendanaan. Padahal banyak usaha mahasiswa yang berangkat dari modal yang kecil. “Jaminan juga sulit. Bank pasti minta jaminan,” ujarnya.

Memang saat ini sudah muncul banyak aplikasi yang menawarkan pinjaman berbasis teknologi atau financial technology (fintech), namun Budi mewanti-wanti agar mahasiswa tak tergiur menggunakan fasilitas pendanaan ini.

“Teman- teman mahasiswa harus pertimbangakn konsekuensi dan dampaknya. Pinjaman online tidak disarankan,” ujarnya.

Alasannya, karena ketika terjadi gagal bayar, nasabah bisa dikejar dan ditagih dengan cara yang memalukan. Belum lagi bunga yang cukup tinggi.

Budi mendorong mahasiswa bisa mengatasi persoalan pendanaan tanpa harus meminjam ke bank.  Menurutnya, era teknologi saat ini modal tak selalu jadi kendala krusial. Karena ada banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan, misalnya media sosial, koneksi internet, dan menjamurnya market place untuk memasarkan produk. “Dari dapur kecil bisa memasarkan lewat media sosial atau lainnya, usaha sudah bisa menerima banyak pesanan,” katanya.

Budi mengatakan, ada dua hal yang bisa menjadi solusi pendanaan usaha yaitu menabung dan investasi. Menabung harus dibank atau lembaga keuangan yang resmi dan terdaftar. “Pilih produk tabungan atau investasi yang sesuai kebutuhan dan karakter. Menabung adalah prioritas, bukan sisa kalau ada,” tuturnya.

Alumni Fikom yang kini berwirausaha sebagai pembuat kostum, Rangga mengatakan, penting bagi mahasiswa untuk memanfaatkan peluang bisnis. “Harus yang beda. Kalau sama, harus masuk ke kompetisi,” katanya.

Usahanya sendiri berangkat dari hobinya mengoleksi mainan dan costplay. Kini ia menerima pesanan pembuatan kostum. Ia bahkan membuka toko di Singapura dengan harga jual kostum termurah Rp 5 juta. (Sumber: Pikiran Rakyat Hal 10, Sabtu 3-8-2019)

Press ESC to close