Kualitas Alumni Bergantung pada Kompetensi Dosen

Tim Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kementerian Riset, Teknologi dan Peniddikan Tinggi (Kemenrisetdikti), Lutfi Jayanto MBA,saat memberikan materi dalam acara Bimbingan Teknik Penyusunan Kegiatan Peserta Didik (KPD) dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS), di Aula Fakultas Kedokteran (22/11).

 

KOMINPRO-Dunia yang kini memasuki era revolusi industri 4.0 memberi banyak tantangan bagi sektor ketenagakerjaan. Sebagai perguruan tinggi, menghasilkan lulusan yang berkompeten tentu menjadi sebuah tugas dan tangung jawab yang besar dalam menghadapi era digitalisasi ini. Jika tidak, akan banyak tenaga kerja Indonesia yang kalah bersaing dan tersisih dari dunia kerja.

Demikan diungkapkan Tim Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kementerian Riset, Teknologi dan Peniddikan Tinggi (Kemenrisetdikti), Lutfi Jayanto MBA, saat menjadi narasumber dalam acara Bimbingan Teknik Penyusunan Kegiatan Peserta Didik (KPD) dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS), di Aula Fakultas Kedokteran (22/11).

Dia menuturkan, keberhasilan peserta didik bergantung pada beberapa aspek, salah satunya adalah kompetensi dosen dalam mengajar. Menurutnya, untuk melakukan proses belajar mengajar, dosen harus update terhadap materi dan menerapkan kurikulum yang mewakili masa sekarang.

 “Jika dosennya saja tidak kompeten, sering memberi tugas karena jarang mengajar, dan tidak update terhadap materi maka bagaimana mahasiswa bisa meningkatkan keilmuannya karena susana belajar yang dihadirkan saja tidak sesuai,” ujarnya.

Dia mengatakan, untuk menuntaskan persoalan tersebut penyesuaian kurikulum dengan literasi revolusi industri 4.0 perlu diorientasikan dengan matang. Diharapkan dengan diterapkannya kurikulum yang sesuai akan berimplikasi terhadap pembentukan karakter mahasiswa yang dibutuhkan dunia industri saat ini.

Menurutnya ada lima kualifikasi yang harus dimiliki oleh lulusan universitas yakni (1) Intelligence Quotient (kecerdasan intelektual), (2) Emotional Quotient  (keceradasan emosional), (3) Spiritual Questions (kecerdasan spiritual) (4) Abstinence Quotient (pantang menyerah), (5) Creativity Quotient (Kreatif).

Wakil Rektor (Warek) I Unisba, Ir. A. Harits Nu’man, M.T., Ph.D mengatakan, Bimtek Penyusunan KPD dan RPS adalah amanah yang perlu dilaksanakan dengan baik. Kegiatan  ini juga merupakan implementasi atau amanat dari UU No 12 tahun 2012 dan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (permenrisetdikti) No 44 tahun 2015. Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa sebuah perguruan tinggi maupun prodi harus memiliki dan mengembangkan kurikulum sesuai dengan perkembangan zaman.

“Kita dihadapkan pada era globalisasi, revolusi industry 4.0, dan era disrupsi, tentunya ini harus direspon oleh penyelenggara perguruan tinggi.  Dengan kegiatan yang diwadahi oleh Belmawa ini saya berharap Bapak/Ibu bisa menyusun RPS yang sesuai dengan tantangan ke depan agar kedepannya bisa lebih berkompetisi dan meningkatkan mutu program studi untuk menghasilkan lulusan yang kompeten,” katanya.(Feari/Sari)

Press ESC to close