Ketua Guru Besar Universitas Halu Oleo, Prof. Dr. Sahidin, M.Si saat menyampaikan materi dalam acara Sosialisasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2019 di Aula Unisba, Senin (24/2).
KOMINPRO – Seiring semakin berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Peguruan tinggi dituntut untuk dapat mempersiapkan dan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkulitas. Sebagai salah satu Universitas terkemuka di Indonesia, Unisba memiliki misi untuk melaksanakan penelitian yang menghasilkan pemikiran dan teori-teori baru bagi kemaslahatan umat.
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan ide dan kreativitas yang didanai Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenrisetdikti). Namun, sayangnya tidak banyak mahasiswa Unisba yang aware tentang adanya kegiatan tersebut.
“Dua tahun ke belakang makalah yang berhasil tembus hanya satu yaitu dari Fakultas Teknik. Tahun 2017 meningkat menjadi tiga dan Alhamdulillah tahun sekarang ada lima, satu dari Fakultas Syariah dan empat dari Fakultas Hukum,” ujarnya. Warek III menargetkan terdapat minimal sembilan makalah yang tembus dalam program PKM 2019.
Terkait hal tersebut, Kemahasiswaan Unisba melakukan sosialisasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2019 di Aula Unisba, Senin (24/2). Warek III Unisba, H. Asep Ramdan Hidayat, Drs., M.Si mengatakan meskipun setiap tahun mahasiswa yang berpartisipasi dalam program PKM mengalami peningkatan tapi jumlah tersebut dinilai belum cukup banyak.
Ketua Guru Besar Universitas Halu Oleo, Prof. Dr. Sahidin, M.Si yang didaulat menjadi pembicara mengatakan, kreativitas menjadi kunci utama agar makalah yang diajukan dapat lolos dalam program PKM. Menurutnya gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya menjadi salah satu alasan reviewer meloloskan makalah tersebut.
“Kreativitas itu penting karena di dalamnya terdapat ide orisinil yang hasilnya bermanfaat bagi orang lain. Ide kreatif bisa diperoleh dengan cara mengamati berita up to date, kebutuhan masyarakat saat ini, rekonstruksi sejarah, dan pemikiran futuristik,” jelasnya.
Selain itu, Prof Sahidin mengatakan 80% makalah yang masuk rata-rata tidak lolos seleksi karena tidak memenuhi syarat dalam format penulisan. Tahun ini dari sekitar 37.000 makalah yang masuk, tercatat hanya 4.000 yang lolos seleksi tahap pertama.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut , dia menyarankan pihak Kemahasiswaan Universitas membentuk reviewer internal yang bisa memberikan masukan kepada peserta yang mengikuti program PKM.
“Untuk dapat lolos PIMNAS tahapannya cukup panjang. Kalo idenya bagus tapi gagal hanya karena formatnya tidak sesuai sayang sekali. Tapi dengan adanya review internal yang mengkoreksi diharapkan makalah yang diajukan ke pusat sudah sesuai,” ujarnya.
Sementara itu, pembicara kedua Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Ro’fah Setyowati, S.H., N.H., Ph.D mengatakan partisipasi mahasiswa dalam mengikuti Pimnas merupakan salah satu bentuk ibadah. Menurutnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan mampu meningkatkan kesadaran manusia sebagai makhluk.
“Intinya saya ingin mengajak adik-adik untuk mengikuti kompetisi Pimnas. Ini sesuatu yang harus dilakulan untuk melihat diri kita dan bagaimana kita bisa menjadi rahmat bagi alam semesta,” ujarnya. (Feari/Sari)