KOMHUMAS-Gengsi remaja saat ini tidak lagi beradu kecerdasan dan iman agamanya, tapi lebih pada pamer kekayaan. Banyak kasus bullying atau perundungan terjadi di sekolah karena masalah status ekonomi. Para pelajar dan remaja perlu diberikan bimbingan oleh guru khususnya guru BK mengenai berperilaku dalam sosial masyarakat dengan menanamkan pemahaman agama mengenai harta di dunia yang sementara.
Berkaca dari hal tersebut, Bagian Komunikasi dan Humas (Komhumas) Unisba menyelenggarakan Webinar Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Jawa Barat (Kuningan, Cirebon dan Majalengka) dengan tema “Gengsi Remaja: Beradu Iman Bukan Pamer Kekayaan” yang dilaksanakan melalui Zoom Meeting, Jumat (24/06/2022).
Pemateri pertama Dr. Rodliyah Khuza’i, Dra., M. Ag., Dosen Fakultas Dakwah Unisba, mengatakan, agar terhindar dari perbuatan pamer kekayaan, para pelajar dan remaja harus memperkaya diri dengan iman dan ilmu untuk meraih masa depan yang sukses.
Menurutnya dengan iman yang kuat, para remaja/pemuda akan dilindungi Allah SWT di hari kiamat.
“Maka ketika masa remaja (pemuda) dia dapat mengatur dan merangcang waktu dan hidupnya dengan baik, menyeimbangkan aktifitas jasmani dengan rohani (spritualnya), berarti dia telah memenangkan ujian dalam hidupnya sehingga menjadi remaja yang sukses di masanya, tidak terbawa arus. Di situlah Allah SWT akan melindunginya di hari kiamat,” terangnya.
Ia berpesan kepada orang tua, guru dan pendidik agar dalam mendidik dan menasehati pelajar untuk tidak pamer kekayaan hendaknya dengan lebih bijak. “Orang tua tidak selamanya benar, dan tidak malu meminta maaf kepada anak. Anak didik ketika dia sebagai pendidik membuat kesalahan dan tidak jujur, berarti ia mengingkari janji pada anak dan anak didiknya,” ujarnya.
“Manfaatkan dan aktualisasikanlah potensi yang diberikan Allah SWT kepada kita untuk memberi manfaat bagi kelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan di bumi, (Marwah Daud Ibrahim ) sebagai bekal kebahagian di akhirat kelak,” ucapnya.
Pemateri kedua, Indra Fajar Alamsyah, S.E., M.H., Ph.D., Dosen Fakulkas Ekonomi & Bisnis mengungkapkan, istilah flexing (pamer) yang menurut riset ilmu ekonomi dalam ilmu marketing sebagai alat personal branding, telah disalahgunakan oleh remaja menjadi ajang pamer. “Yang jadi masalah adalah ketika menjadi habbit dan penyakit dalam ilmu kejiwaan sehingga menjadikannya morang maring,” ujarnya.
Ia mengatakan, guru harus menjadi maintenance terakit apa yang dilakukan pelajar baik di forum sekolah maupun media sosialnya. “Yang pelajar tampilkan diforum sekolah dan media sosial itu bisa jadi beda. Guru harus tau dan bukan untuk men-judge tapi untuk memberikan balance,” ungkapnya.
Menurutnya, flexing dapat dilakukan dengan baik oleh para pelajar jika niatnya illahi ta’ala, bukan untuk pamer. “Bukan untuk personal branding yang diatur pada pamer, tapi fokus kepada aspek sosial yang memberikan benefit,” katanya.
Para remaja kata Indra, harus juga diberikan pemahaman mengenai banyaknya harta yang dimiliki, akan banyak pula yang harus dipertanggungjawabkannya. “Harta akan dihitung sebagai beban bukan sebagai kenikmatan, didapat dari mana dan digunakan untuk apa hartanya,” ungkapnya.
Lebih lanjut Indra mengatakan, para remaja perlu untuk diberikan penekanan dasar-dasar kesuksesan bukan dari harta yang dipamerkan tapi sejauh apa manfaat yang akan diterima. “Jangan sampai motonya harta, tahta dan disita,” ujarnya.
Ia menuturkan. guru harus mampu mengikis mental instan dari para pelajar yang ingin cepat kaya dan pamer saat memperoleh kesuksesan. “Prestasi dan kesuksesan itu harus diperjuangkan sesuai dengan sunatullah. Hal ini karena mental instan membuat lupa dalam memperoleh harta dengan cara yang semestinya,” tutupnya***