KOMHUMAS-Fakultas Syariah Unisba ditunjuk Kementrian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) sebagai salah satu titik ruhiyat hilal 1 Syawal 1443 H di Jawa Barat. Kegiatan ini bekerja sama juga dengan Bagian Peningkatan Ruhul Islam dan Pengelolaan Masjid Unisba, Badan Hisab Rukyat Daerah (BHRD) Prov. Jawa Barat, dan Kementrian Agama Prov. Jawa Barat.
Hasil dari pemantauan yang dilakukan di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba Bandung pada Minggu (01/05) selama 22 menit ini tidak menampakan hilal. Kepala Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba, Encep Abdul Rojak, M.Sy., mengatakan, hal ini karena faktor cuaca Kota Bandung yang mendung dengan awan yang tebal.
Meski demikian Encep menuturkan, beberapa wilayah yang berhasil melihat hilal di antaranya Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Gresik, Jawa Timur sehingga kemungkinan besar 1 Syawal 1443 Hijriah akan jatuh pada Senin (02/05).Encep menuturkan, hasil dari kegiatan ini akan dilaporkan kepada Kemenag RI sebagai bahan siding Isbat 1 Syawal 1443 H.
Encep mengatakan, pengamatan hilal dimulai dengan matahari terbenam yaitu pada pukul 17.42 WIB. Lama pengamatan hilal untuk Syawal 1443 H dilakukan selama 22 menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 18.04 WIB. Posisi bulan/hilal berada pada Azimuth 287˚28’53”. Sedangkan posisi Matahari berada pada azimuth 285˚02’01”.
Nilai ini dihitung dari titik Utara sejati ke arah Timur-Selatan-Barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk. “Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari perspektif observer,” katanya.
Encep menjelaskan, pada awal pengamatan hilal, tinggi hilal +4˚42’25”, selanjutnya secara berurutan Pukul 17.47 WIB (+3˚34’25”), Pukul 17.50 WIB (+2˚56’12”), Pukul 17.55 WIB(+1˚51’23”), dan Pukul 18.00 WIB(+0˚49’21”). “Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini sudah memenuhi Batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat, karena pada saat ini batas minimalnya berada pada ketinggian +3˚, sehingga mungkin hilal dapat dilihat,” jelasnya.
Jarak sudut lengkung bulan dari matahari yang disebut Elongasi lanjutnya, berada pada nilai +5˚56’34”.
Lebih lanjut Encep mengatakan, peralatan yang digunakan terdiri dari Teropong Digital Computerize tiga buah & Teropong manual dua buah.
“Pengamatan dilakukan secara manual dan digital. Untuk pengamatan digital menggunakan teropong Cem60 merk iOptron yang terpasang di dalam doom, dibantu juga dengan kamera CCD hitam putih yang menghubungkan teropong dengan laptop. Untuk membuka kamera tersebut digunakan software Sharpcap yang berfungsi untuk memonitor tangkapan hilal / matahari pada teropong. Melalui software ini pun digunakan untuk mendokumentasikan hilal dalam bentuk foto atau video,” tuturnya.
Sedangkan, apabila hasilnya tidak diketahui secara jelas objeknya / hilalnya, maka akan dilakukan olah citra hilal dengan software lainnya seperti iris atau siril. Keduanya software astronomi yang berfungsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras. Semuanya ini dilakukan oleh tim Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba.
Pihak yang terlibat dalam pengamatan hilal ini kata Encep, yaitu Rektor Unisba, Dekan Fakultas Syariah Unisba, Akademisi Unisba, Hakim Pengadilan Agama Bandung, perwakilan Kementrian Agama, Pengurus BHRD Prov. Jawa Barat, Pengurus BHR Kota Bandung, BHR Kota Cimahi, Dosen dan Tenaga kependidikan Universitas Islam Bandung, Ormas Islam, dan lain-lain.
Sementara itu Rektor Unisba, Prof. Dr. Edi Setiadi, S.H., M.H., berpesan kepada yang melakukan pengamatan hilal untuk mengemban amanahnya dengan baik dan seksama karena merupakan suatu bentuk ibadah. “Apa pun hasilnay harus bisa dipertanggung jawabkan,” ujarnya.
Rektor mengatakan, observasi ini merupakan kontribusi Unisba dalam melaksanakan salah satu Tridharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang ikut serta bersama-sama dengan pemerintah dalam melakukan rukyat.*