Ir. M. Satori, M.T. saat menyampaikan kuliah. Mahasiswa TI sedang mengikuti praktek Pengetahuan Lingkungan.
Keterbatasan lahan yang dimiliki Unisba bukan halangan untuk “dihijaukan”. Bukan dicat hijau, melainkan dinding-dinding kampus, area rooftop bisa dijadikan sebagai media tanam berbagai tumbuhan sebagai vertical farming atau vertical gardening. Ketersediaan tempat sampah yang memadai, ditambah adanya tempat pemilahan sampah, serta fasilitas khusus bagi para perokok, bisa membuat kampus yang sudah mengantongi akreditasi “A” dari BAN PT ini menjelma menjadi kampus yang Islami, asri, indah dan nyaman.
Demikian disampaikan pakar lingkungan yang juga dosen Prodi Teknik Industri Unisba, Ir. Mohamad Satori,MT., saat memberikan kuliah Pengetahuan Lingkungan kepada mahasiswa baru Fakultas Teknik/Prodi Teknik Industri di Aula Unisba, Minggu (5/10).
Lebih jauh dosen TI yang kini sedang menyelesaikan pendidikan Doktoral (S3) Jurusan Ilmu Lingkungan di Unpad ini mengatakan, eco campus atau kampus berwawasan lingkungan akan terwujud jika ada sinergi seluruh civitas akademika Unisba, tidak hanya mahasiswa dan dosen, tetapi para stakeholder/pimpipinan serta unsur yayasan pun terlibat di dalamnya.
“Yang paling strategis, bagaimana program lingkungan terinternalisasi di dalam manajemen Unisba baik yayasan maupun universitas, kemudian konsekuensi dari itu harus dibangun sistem mau seperti apa,” katanya.
Sistem yang dimaksud, lanjut dia, meliputi ketersediaan sarana dan prasarana (termasuk desain), manajemen, SDM, dan manajemen kontrol. “Setelah semua terpenuhi baru kemudian partisipasi publik. Misalnya, misalnya di setiap fakultas harus ada tempat sampah terpilah, mana organik, non organik dan sebagainya, kemudian nanti petugas akan membuang ke tempat sesuai dengan jenis sampah dan seterusnya,” jelas Pak Satori yang kerap diundang memberikan ceramah tentang persampahan baik di dalam maupun luar negeri ini.
Sampah-sampah yang terpilah akan memudahkan penanganan/pengelolaannya. Sampah sisa makanan atau biasa disebut sampah organik, misalnya bisa diproses sebagai kompos dan kompos bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Sampah anorganik atau sampak plastik, bisa diolah menjadi kerajinan yang bernilai jual. Dengan begitu, hanya sampah yang tak berguna (residu) itulah yang dibuang.
Seiring dengan bertambahnya mahasiswa, Unisba menambah bangunan kampus yang berarti mengurangi lahan terbuka. Bisa dibayangkan, betapa gersangnya jika kampus Unisba tidak memiliki tanaman. “Namun, keterbatasan lahan terbuka, sejatinya tidak membuat Unisba tidak menanam. Banyak cara yang bisa dilakukan, tinggal mau atau tidak untuk melakukannya,” tambah Pak Satori, pemilik Saung 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan pengelola Bank sampah Sahdu di Komplek Cipageran Indah 2 Cimahi, Kab. Bandung ini.
Unisba sebenarnya sudah memiliki fasilitas komposting. Sayang, fasilitas tersebut diabaikan, tak terpakai. Hal ini disebabkan pengelolaan sampah yang tidak benar, diantaranya tidak ada pemilahan sampah antara sampah organik dan non organik (karena memang tempat sampahnya pun tidak terpilah), tidak ada pengawasan dan tidak ada standarisasi kebersihan. Hal ini yang menyebabkan Cleanig Service (CS) bekerja sesuai hatinya, bukan sesuai standar. Padahal, kata Pak Satori, standar kebersihan maupun standar tempat sampah sudah ada peraturannya, yakni Peraturan Menteri/Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah.
Pemberian materi Pengetahuan Lingkungan, sejatinya tidak hanya untuk mahasiswa TI saja. Namun seluruh mahasiswa Unisba hingga para stakeholder perlu mengetahuinya mengingat masalah lingkungan merupakan masalah kita semua. Namun, pengetahuan saja pun tidak cukup. Hal ini harus diimbangi dengan ketersediaan fasilitas. “Bagaimana mereka mau membuang sampah secara terpilah jika tempat sampahnya tidak tersedia. Pemberian materi dan pelatihan hanya bagian dari upaya dalam mewujudkan eco campus. Selanjutnya diperlukan sarana yang memadai, SDM, dan manajemen kontrol yang terintegrasi. Jika tidak, maka pengetahuan dan pelatihan, tidak akan ada artinya,” terang Pak Satori.
Mata kuliah Pengetahuan Lingkungan merupakan salah satu mata kuliah yang ada di Prodi TI, dan Ir. Mohamad Satori, MT., dengan Dr. Aviasti,Ir.,M.Sc. sebagai pengampunya. Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Sampah ini merupakan kegiatan rutin setahun sekali. “Yang kami sampaikan tidak bersifat teoritis 100% tetapi lebih melihat fakta di lapangan berdasarkan praktek dan juga lebih mengarah pada bagaimana pemahaman lingkungannya dilihat dari perspektif agama Islam. Agama Islam mengatur bagaimana kita seharusnya memperlakukan alam. Kita harus pahami itu dan mempraktekkannya. Itu target atau ruh dari kuliah ini. Mudah-mudahan dengan begitu Unisba menjadi kampus Islami yang asri, indah dan nyaman,” demikian Pak Satori.(sari)