(Terbit di Harian Kompas, Rabu/ 02 Maret 2022 dan laman adv.kompas.id)
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. At-Taubah: 18)
Masjid merupakan tempat suci yang kedudukannya tidak asing lagi bagi umat Islam. Selain sebagai pusat ibadah umat Islam, masjid merupakan lambang kebesaran syiar dakwah Islam, sekaligus juga sebagai barometer dari suasana dan keadaan masyarakat muslim sekitarnya. Maka, pembangunan masjid bermakna pembangunan peradaban Islam dan keruntuhan masjid bermakna keruntuhan Islam.
Memahami kedudukan masjid secara komprehensif berarti juga memahaminya sebagai sebuah instrumen sosial masyarakat Islam yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid sebagai tempat ibadah memiliki fungsi sentral dan salah satu perwujudan aspirasi umat Islam. Mengingat fungsinya yang strategis, maka perlu pengelolaan yang baik, pengelolaan fisik masjid maupun pengelolaan kegiatannya.
Pada zaman Rasulullah Saw, masjid dijadikan pusat kegiatan umat, masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi sebagai tempat kegiatan pemerintahan yang mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan, dan kemiliteran dibahas dan dipecahkan sampai tuntas di masjid. Ketika itu masjid berfungsi sebagai pusat pengembangan kebudayaan Islam, terutama saat gedung-gedung khusus untuk itu belum didirikan. Masjid juga difungsikan sebagai pusat edukasi dalam artian masjid dijadikan tempat diskusi, tempat mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun ilmu-ilmu umum. Mengembangkan fungsi masjid sebagai pusat edukasi, dimulai dari pemahaman tentang konsep pendidikan Islam secara luas dan benar, serta tidak dimaknai secara sempit. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara komprehensif-integratif mengembangkan potensi manusia baik fisik-material, emosi, dan juga spiritualnya. Sebagai upaya untuk menciptakan manusia paripurna (insan kamil).
Masjid Al-Asy’ari Universitas Islam Bandung (Unisba), sebagai masjid utama di lingkungan kampus Unisba kedudukan dan kegiatannya telah menunjang terhadap upaya-upaya tersebut, yakni memberikan konsep pendidikan Islam yang komprehensif, pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan kesejahteraan umat, penyampaian dakwah yang moderat, dan peningkatan ruhul Islam bagi internal lembaga maupun untuk masyarakat luas.
Masjid Al-Asy’ari Unisba melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah secara rutin setiap hari qabla shalat dhuhur, dalam bentuk kultum (kuliah tujuh menit), pengajian rutin setiap bulan, dan kajian tahsin Alquran. Dalam memberikan nilai-nilai kesejahteraan sosial, Masjid Al-Asy’ari Unisba secara rutin membagikan makanan setiap ba’da jum’at diperuntukkan untuk jama’ah shalat jum’at yang diberi nama “Jum’at Berkah”. Sementara, dalam upaya memberikan kemanfaatan duniawi dan ukharawi lainnya Masjid Al-Asy’ari Unisba membagikan mushaf Alquran kepada masyarakat, terutama daerah-daerah pelosok. Pembagian Alquran dikemas dalam bentuk kegiatan touring dan tadabur alam yang diberi nama TSM “Touring Sebar Mushaf”. Masjid Al-Asy’ari Unisba menerima dan mendistibusikan Infak, Zakat, dan Sedekah dari para Agniya, dalam pengelolaannya selalu berusahan transparan dan akuntabel.
Hal-hal yang dilakukan Unisba dalam mengelola Mesjid kampus, meneladani yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, dimana pada saat itu berawal dari masjid Rasulullah berhasil membangun peradaban manusia yang baik, berakhlaq karimah, dan mewujudkan keshalehan sosial. Harapan yang sama dengan hal tersebut, pengelolaan dan pemakmuran masjid di Unisba terus dioptimalkan untuk membangun peradaban Islam dan pemberdayaan umat. (Wakil Rektor III/Dr. Amrullah Hayatudin, SHI., M.Ag.)