Mohamad Satori: Lebih Baik Hidup dari Sampah, daripada Hidup menjadi “Sampah”

HUMAS-Berbagai produk seperti tas wanita, dompet, tas laptop, lampu hias, tikar, serta pernak-pernik cantik tertata rapi memenuhi salah satu stand pameran Bazar Ramadhan SMAN 2 Bandung belum lama ini. Para pengunjung tampak kagum dan tidak percaya jika produk-produk tersebut berbahan sampah atau material yang dianggap tidak bernilai. Produk-produk tersebut dikenal sebagai  upcycle product. Salah satu produk yang banyak diminati pengunjung dan laris manis di stand Bandung Upcycle Product tersebut adalah piring, tatakan gelas, tempat tisu yang terbuat dari koran bekas. Ya, begitulah, di tangan para pengrajin dan pencinta lingkungan, sampah yang tadinya tak berharga kini menjadi barang yang bernilai estetis dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Adalah Ir. Mohamad Satori, MT. salah seorang dosen Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Unisba penggagas berdirinya  Bandung Upcycle Shop (BUS). “BUS merupakan wadah untuk menghimpun berbagai produk berbahan sampah yang dibuat oleh para pengrajin dan bank sampah yang saya bina,” ujar alumni Teknik Industri Unisba ini.

Saat ini, lanjut Pak Satori-panggilan akrabnya, pengrajin dan bank sampah yang dibinanya sudah mencapai lebih dari 1000 orang dan tersebar di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. “Salah satu usaha yang mereka kembangkan di bank sampah adalah mengolah material yang tidak bernilai seperti kemasan kopi, kantong pastik (kresek), sedotan, dan lain-lain menjadi produk-produk yang bernilai ekonomi sangat tinggi,” terangnya. Bahkan menurut Pak Satori yang juga bekerja sama dengan salah satu mall terbesar di Kota Bandung ini, produk-produk upcycle yang dikelolanya banyak diminati oleh konsumen dari mancanegara, seperti Inggris, Malaysia, Amerika, Prancis, dan lain-lain.

Bagi pemerintah dan masyarakat terutama yang berkecimpung dalam pengelolaan sampah rumah tangga sosok Pak Satori sudah tidak asing lagi. Ketekunannya dalam mengelola sampah telah membawa pria lulusan Program Pascasarjana (S2) ITB Jurusan Program Studi Pembangunan ini mendapatkan penghargaan Gubernur Jawa Barat dan BPLH Jawa Barat pada tahun 2014 dan 2015 lalu karena dianggap istiqomah dalam membina masyarakat dalam pengelolaan sanitasi terutama pengelolaan sampah di Jawa Barat sejak tahun 2000.

Pak Satori pun pernah menjadi ketua GEMRICIK (Gerakan Masyarakat Cinta Cikapundung) yang merupakan forum Perguruan Tinggi di Kota Bandung untuk pengelolaan Sungai Cikapundung. Saat itu ia kerap turun langsung ke masyarakat terutama yang ada di wilayah Tamansari, berusaha mengubah image masyarakat yang tadinya menganggap sungai sebagai tempat pembuangan menjadi sumber kehidupan. Hal tersebut diwujudkan melalui kegiatan wisata sungai Cikapundung seperti kukuyaan  dan melalui festival budaya sungai.

Salah satu prinsip yang diperjuangkan sejak lama oleh Pak Satori dalam pengelolaan sampah adalah konsep 3R (reduce, reuse, recycle). Dikatakannya, konsep 3R harus menjadi bagian dari tata kelola sampah di Indonesia, karena bila hanya menggunakan pendekatan wadah-kumpul-angkut-buang maka akan muncul masalah baru seperti kasus longsornya TPA Leuwigajah, tahun 2005 lalu akibat kelebihan kapasitas volume sampah. Untuk mewujudkan gagasannya tersebut ia sering menjadi narasumber dalam hal pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pola 3R dalam seminar, lokakarya, hingga pelatihan yang diselenggarakan pemerintah maupun kalangan swasta/masyarakat.

Secara keilmuan dalam bidang Teknik Industri, melalui konsep 3R, Pak Satori mengembangkan konsep kegiatan ekonomi dan industri yang semula menggunakan prinsip one way economy menjadi sircular economy. Pada prinsip one way economy  setiap produk berasal dari bahan baku yang kemudian akan menjadi sampah dan kembali ke alam, lama-kelamaan alam akan penuh dengan sampah. Sedangkan dalam prinsip sircular economy, material/barang yang menjadi sampah masuk ke industri untuk bahan campuran maupun daur ulang murni, dalam hal ini terjadi penggunaan ulang material yang menjadi sampah sehingga bisa menghemat sumber daya alam.  Terkait hal tersebut pria kelahiran Kuningan pada 5 September 1964 ini pun telah diundang negara Vietnam dan Jepang baik sebagai pembicara tamu maupun dosen tamu.

Di tempat tinggalnya, Puri Cipageran Indah 2 Blok D2 No. 15 Kabupaten Bandung Barat, Pa Satori yang juga Ketua RW 22 ini mendirikan Saung dan Taman Edukasi 3R yang merupakan pusat pelatihan bagi masyarakat, baik masyarakat sekitarnya maupun masyarakat dari berbagai Kota dan Kabupaten yang ingin belajar tentang cara mengolah sampah berbasis masyarakat dengan pola 3R. Bahkan di Saung dan Edukasi 3R RW 22 yang digagasnya itu kini telah menjadi model ketahanan pangan berbasis sampah, karena melalui pemanfaatan sampah organik menjadi kompos, Pak Satori manfaatkan langsung untuk berbagai sayur mayur dan tanaman herbal untuk kebutuhan warga sekitarnya. Ia membagikan hasil sayuran dan tanaman obat tersebut kepada warga sekitar secara cuma-cuma atau cukup ditukar dengan sampah bahan daur ulang.

Ir. Mohamad Satori, MT yang saat ini tengah menyelesaikan studi Program Doktor Ilmu Lingkungan di UNPAD, juga menjadi salah seorang anggota Dewan Pertimbangan MUI Kota Bandung. Melalui wadah MUI tersebut ia berharap, gerakan cinta lingkungan bisa dimulai dari Masjid. “Hal ini merupakan salah satu perwujudan dari konsep Islam Rakhmatan lil’alamin,” katanya. Untuk itu Pa Satori juga telah memberikan pelatihan pengelolaan sampah dengan pola 3R, bank sampah dan biopori di lingkungan pesantren dan sekolah kepada para pengelola pondok pesantren terutama di Jawa Barat bekerja sama dengan Kandepag Jawa Barat. Saat ini Pak Satori pun aktif dalam gerakan Moslem Green Revolution, yakni  gerakan masjid bersih dan masjid sebagai agen perubahan perilaku cinta lingkungan. Melalui gerakan ini Satori berharap stigma “santri budug” bisa dihilangkan.(Sari)

 

Press ESC to close