Bijak Menyikapi Hoax

HUMAS-Istilah Hoax atau berita palsu saat ini sering kali terdengar, pemberitaan yang tidak sesuai dengan kenyataan tengah menjadi kasus yang menjadi kontroversi.  Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, hoax dapat menyebar luas secara cepat. Hoax sering tersebar di media sosial dan dapat menyerang siapa saja, sekalipun tokoh yang dihormati masyarakat.

Demikian disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba, Dr.O.Hasbiansyah, Drs.,M.Si. ketika menjadi narasumber yang membahas materi, “Hoax dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Islam” pada Pengajian Rutin yang diselenggarakan Lembaga Studi Islam (LSI) bagi civitas akademika Unisba dan masyarakat sekitar kampus, di Masjid Al-Asy’ari Unisba, beberapa waktu lalu.

Hoax,  telah ada dari sejak zaman Rasulullah. Meskipun pada zaman Nabi Muhammad SAW. belum ada teknologi, penyebaran berita palsu sudah terjadi. Ia mencontohkan, hoax yang menimpa istri Nabi, yaitu Siti Aisyah yang diberitakan berselingkuh dengan seorang pemuda bernama Shafwan. Kisah yang sebenarnya adalah, Siti Aisyah tertinggal rombongan karena sempat mencari kalungnya yang hilang. Karena kelelahan akhirnya isteri Nabi yang cantik ini tertidur. Pada saat  itu muncullah salah seorang anggota rombongan yang bernama Shafwan bin Mu’athal as-Sulami adz-Dzakwani ra lewat. Shafwan ini bertugas sebagai anggota pasukan paling belakang. Melihat ada orang yang tertinggal, Shafwan segera menjenguknya. Namun, setelah mengetahui yang tertinggal itu adalah Ummul Mukminin, Siti Aisyah ra, Shafwan pun berkata, “Innalillahi Wa inna Ilaihi Roji’un,” kata Shafwan dengan terkejut. Shafwan pun segera memberikan tunggangan untanya kepada Siti Aisyah. Sedangkan Shafwan sendiri berjalan kaki sambil menuntun unta yang ditunggangi oleh Siti Aisyah.
Mereka berdua akhirnya berhasil menyusul rombongan kaum muslimin yang sedang beristirahat.

Berita palsu yang menyebut perselingkuhan keduanya pun seketika menyebar hingga sampai di telinga Nabi. Untuk menanggapi berita yang tidak benar tersebut akhirnya Aisyah pun mengklarifikasinya bahwa ia hanya diantarkan seorang pemuda karena tertinggal rombongan dalam perjalanannya bersama Nabi.

“Seiring perkembangan hoax, kita sebagai umat Islam harus lebih waspada dan jangan mudah terpengaruh,” kata Pak Hasbi.

Pak Dekan pun mengingatkan jamaah agar ketika mendapat berita, harus teliti sebelum mempercayainya. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang artinya berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman, jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Al Hujurat ayat 6).

“Berdasarkan ayat tersebut, maka kita harus teliti dan jangan mudah menyebarkan berita yang palsu karena dapat merugikan orang lain,” pungkas Pak Hasbi. (Tia/Sari)

 

 

Press ESC to close