OPINI: “Ibu dan Belajar Online” Oleh Dedeh Fardiah (Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana Unisba)

(Terbit di Harian Pikiran Rakyat, Selasa/21 Desember 2021) Tanggal 22 Desember, merupakan peringatan Hari Ibu secara nasional. Pada hari ini biasanya dijadikan sebagai momen untuk mengapresiasi jasa dan pengorbanan seorang ibu dalam merawat keluarganya bahkan secara lebih luas dijadikan sebagai sarana untuk memberi penghargaan kepada sosok perempuan berjasa dalam berbagai bidang kehidupan. Kilas balik pada sejarahnya tanggal ini merujuk pada pelaksanaan Kongres Perempuan Indonesia ke-1  yang diikuti puluhan perhimpunan wanita dari berbagai macam latar belakang suku, agama, pekerjaan, juga usia, sehingga tanggal 22 Desember 1928 menjadi acuan bagi pemerintah RI untuk menetapkan peringatan Hari Ibu oleh Presiden Sukarno melalui Dekrit Presiden RI No.316 Tahun 1953.

Makna penting pada peringatan Hari Ibu bagi Indonesia bukan terbatas pada eksistensi terhadap jasa dan pengorbanan ibu sebagai sosok yang melahirkan, menyayangi, mendidik, dan mengasihi, namun para ibu juga merupakan saksi sejarah bangsa Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan martabat bangsa. Tantangan menjadi Ibu di masa lalu hingga kini mengalami dinamika tersendiri, jika masa lalu orientasi lebih kepada menggaungkan emansipasi perempuan dalam memperoleh pendidikan dan harkat martabat sejajar dengan kaum pria.

Kini, pada saat emansipasi perempuan sudah relatif tercapai di berbagai bidang kehidupan yang ditandai dengan makin banyaknya perempuan yang memiliki pendidikan, bekerja di berbagai sektor bahkan berkiprah di ranah publik. Ternyata, perempuan memiliki tantangan baru dalam menghadapi realitas kekinian. Beragam fenomena pun muncul. Bagaimana menjadi ibu yang harus bijak bermedia di tengah disrupsi informasi, cerdas menangkal hoaks, cermat dalam berbelanja bahkan melek menggunakan media digital.

Ada satu hal yang menarik saat ini adalah bagaimana tantangan ibu dalam menghadapi kondisi anak-anak pasca pembelajaran dilakukan secara online. Kebijakan penutupan sementara lembaga pendidikan sebagai upaya menahan penyebaran pandemi covid-19 di Indonesia berdampak pada proses belajar secara langsung dan menggantikan sistem pembelajaran yang awalnya di sekolah/kampus menjadi dirumah. Peralihan cara pembelajaran yang mengalami perubahan ini menuntut berbagai pihak untuk mengikuti keputusan yang ditetapkan pemerintah.

Kondisi ini membuat dunia Pendidikan memanfaatkan teknologi komunikasi dalam melakukan proses pembelajaran baik itu menggunakan smartphone maupun menggunakan fitur-fitur aplikasi media daring. Fenomena sistem pembelajaran secara online memberi perluang adanya partisipasi peran orang tua dalam proses kegiatan belajar mengajar anak-anak. Ibu sebagai salah satu komponen pendidik anak dalam keluarga menghadapi tantangan yang kompleks ketika harus berhadapan dengan dinamika proses pembelajaran daring

Pembelajaran secara daring pada masa pandemi menjadi tantangan bagi orang tua dalam berbagai hal apalagi bagi seorang ibu, pasalnya kesabaran ibu seringkali diuji pada masa belajar online, maka tak heran jika muncul kasus kekerasan secara fisik dan psikologis akibat kegagalan pengolahan emosi dari seorang Ibu. Miris ketika seorang ibu di beritakan di media menganiaya putrinya hingga berujung kematian karena kesal sang anak sulit menerima pembelajaran saat belajar daring.

Survei yang dilakukan terkait situasi pengasuhan anak di masa pandemi covid-19 mengungkapkan bahwa ibu lebih banyak berperan dalam upaya mengedukasi anak-anaknya terkait protokol kesehatan. Selain itu, ibu juga lebih berperan dalam mendampingi anak-anaknya ketika belajar. Namun pada sisi lain berdasarkan data survei terhadap 25.164 responden anak dan 14.169 orangtua yang dilakukan di 34 provinsi di 2020, ternyata kekerasan fisik pertama yang dilakukan seorang ibu adalah mencubit anak, diikuti dengan memukul dan menjewer telinga anak. Sementara itu, sebesar 79 persen anak mengakui pernah dimarahi dan dibentak oleh ibu. (KPAI, 2021)

Salah satu faktor penyebab gagalnya manajemen seorang ibu dalam menghadapi anak saat belajar online adalah adanya beban dari peran ganda yang harus dilakukan oleh seorang ibu, baik saat menjadi ibu rumah tangga, pekerja kantor, atau guru bagi anak saat berada di rumah selama pandemi, kondisi ini memicu emosi yang tidak terkendali.  Kendala lain diantaranya adalah ibu kurang bisa membimbing dan memahami materi secara penuh, sehingga tidak bisa maksimal dalam mengajari anak.

Bukan sekedar itu, tuntutan ideal yang harus dilakukan seorang Ibu adalah menjaga dan memastikan anak untuk menerapkan pola hidup bersih agar tetap sehat di masa pandemi, mengedukasi, memotivasi dan  mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah, melakukan kegiatan bersama selama di rumah secara bervariasi dan berinovasi, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk anak, menjalin komunikasi yang intens dengan anak, menjadi role model bagi anak, memberikan pengawasan pada anggota keluarga, membimbing dan memotivasi anak dan tentu yang paling penting adalah tetap memelihara nilai-nilai keagamaan.

Ibu tentu bukan “Super Woman” yang dapat mengatasi semua tuntutan berat mendidik dan mendampingi anak dalam situasi pandemi covid 19. Disinilah perlunya peran pengasuhan yang seimbang antara ibu dan ayah, karena tugas mendidik anak bukan hanya tugas seorang Ibu. Kajian dampak positif belajar online di masa pandemi dalam konteks keluarga berdasarkan penelitian menunjukkan adanya perkembangan pendidikan karakter dan hubungan anak dan orang tua yang cukup baik selama pembelajaran dari rumah. Nilai-nilai karakter yang mampu dikembangkan dari aktivitas yang dilakukan siswa di rumah yaitu (1) Nilai karakter religius, (2) Nilai karakter disiplin, (3) Nilai karakter kreatif, (4) Nilai karakter mandiri, (5) Nilai karakter tanggung jawab, dan (6) Nilai karakter rasa ingin tahu. Berkembangnya nilainilai karakter ini merupakan hasil sinergitas guru dan orang tua dalam membimbing siswa dengan penuh kasih sayang, berinteraksi, melakukan aktivitas yang positif bersama-sama dalam pandemi COVID-19 ini. (Purandina & Winaya, 2020)  

Jadi jelas, bukan hanya tugas seorang Ibu, ayah sebagai pemimpin rumah tangga juga mempunyai peran besar dalam membina dan mendidik seluruh anggota keluarga dan sebagai katalisator dalam keluarga karena harus mampu menyeimbangkan peran Ibu dalam ketahanan keluarga. Meminjam istilah Maureen Black seorang professor peneliti pediatric University of Maryland School of Medicine, coparenting dalam pengasuhan anak masa pandemi yaitu kerjasama antar ayah dan ibu mutlak diperlukan. Selamat Hari Ibu!!***

Press ESC to close