Septic Tank Komunal, Solusi Penurun Pencemaran Limbah Tinja di Sungai

KOMINPRO-Awalnya warga Kelurahan Tamansari khususnya RW 07 Kecamatan Bandung Wetan Kota Bandung yang hidup di bantaran sungai Cikapundung, abai dan tidak peduli kebersihan lingkungan sungainya.

Banyak warga yang berperilaku membuang tinja ke sungai. Bahkan perilaku ini dianggap wajar dan aman sehingga menjadi kebiasaan yang terus dilakukan. Dampaknya, sungai menjadi tercemar limbah tinja, jijik, kotor dan berbau. Disamping itu juga menyebabkan berbagai penyakit. Hal ini didukung oleh banyaknya warga yang belum memiliki septic tank sebagai saluran sanitasi, serta kurangnya pemahaman akan hal tersebut.

Begitulah gambaran ketika  warga RW 07 belum menerima dan memanfaatkan Septic Tank Komunal dengan jenis biotech BT 26 berukuran 5m3 yang memiliki kapasitas menampung tinja ± 20-30 kepala keluarga (KK). Septi tank ini merupakan bantuan dari tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Kedokteran (FK) Unisba dalam rangka milad ke 17 FK Unisba sebagai bentuk sosialisasi percepatan Open Defecation Free (ODF) yang dibangun sejak 14 Juni 2021 dan selesai 19 Juli 2021.

Seperti yang dijelaskan anggota tim PKM, Dr. Titik Respati, drg., MSc.PH., bahwa dampak open defecation atau buang air sembarangan jika terus diterapkan di masyarakat adalah terjadinya kontaminasi sumber air & tanah  serta udara, penyakit diare & cacingan serta pneumonia karena udara tercemar serta meningkatkan resiko hambatan tumbuh kembang anak.

Untuk itu menurutnya, septic tank komunal ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa rumah sekaligus dalam mengatasi pencemaran lingkungan dari open defecation. “Sangat bermanfaat terutama untuk rumah di daerah yang mempunyai lahan yang terbatas,” ujarnya.

Cara kerja septic tank komunal ini kata dr. Titik sapaan akrabnya, dengan mengolah limbah kotoran menjadi cairan yang layak dibuang ke sungai atau aliran air lain karena sudah tidak berbau dan tidak berwarna. “Bakteri pengurai menjadi salah satu komponen penting di dalamnya,” katanya.

dr. Titik menuturkan, limbah akan dikumpulkan melewati bar screen atau saringan kasar untuk menyaring sampah ukuran besar misalnya plastik, daun, kertas dan lainnya. Limbah kemudian mengalir ke bak pengendap awal untuk mengendapkan partikel dan sebagai pengurai Lumpur atau sludge digestion.

Labih lanjut tambahnya, air limpasan akan dialirkan ke bak kontraktor anaerob. Medianya kerikil atau bahan plastik plus bakteri anaerob yang berfungsi menguraikan zat organik. Setelah itu dialirkan ke bak kontraktor biofilter aerob. Terakhir masuk ke bak pengendap untuk kontak dengan khlorin sehingga tidak ada mikroorganisme pathogen dan dapat dibuang dengan aman ke Sungai atau saluran umum lain.

Kini, ketika fasilitas tersebut saat ini mulai dipergunakan oleh 24 orang KK dan lebih dari 100 warga RW 07, pencemaran limbah tinja di sungai Cikapundung mulai perlahana-lahan teratasi.

Pak Wanda yang merupakan warga serta bendahara pengurus RW 07 mengungkapkan, warga sangat antusias dan senang ketika memanfaatkan alat ini. “Ini karena  septi tank sangat bermanfaat sekali untuk kehidupan warga terutama dalam kebersihan bantaran sungai. Semoga bisa bermanfaat di jangka waktu yang panjang,” ujarnya.

Meski demikian menurutnya, masih saja ada warga yang melakukan kebiasaan buruk membuang langsung tinja ke sungai. Sehingga pengurus RW 07 maupun diluar pengurus terutama  kewilayahan, kelurahan atau kedinasan terus melakukan edukasi yang masif tentang pentingnya septi tank ini, termasuk dalam hal-hal yang tidak boleh dilakukan warga.

“Warga masih memerlukan edukasi dan diberikan pemahaman yang luas mengenai tata cara dan penggunaan agar benar-benar merubah mindset untuk tidak kembali membuang tinja ke sungai, namun benar-benar membuang tinja hanya kepada septi tank tersebut,” ungkapnya.

Hal senada juga diutarakan Lurah Tamansari, Dadang Sobandi. Pihaknya bersama kepengurusan setempat, baik RT, RW, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, Karang Taruna dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga bersama-sama mengedukasi masyarakat mengenai betapa pentingnya kesehatan lingkungan dan masyarakat sehingga terbiasa berperilaku hidup sehat terutama mengenai keberadaan septic tank ini.

Masyarakat RW 07 pun katanya, sangat menerima septic tank ini karena sosialisasi  dilakukan dengan santai, gencar serta penjelasan yang terus menerus dilakukan sehingga warga menjadi paham fungsinya. Selain juga karena perawatannya yang tidak terlalu memakan biaya karena hanya penguraian bakteri saja.

“Kita pun tidak memformalkan sosialisasi dan edukasinya. Kapan pun kita sampaikan. Warga yang tanya bisa langsung kita jelaskan,” ungkapnya.

Fakta menarik dilapangan kata Pak Dadang, ketika masyarakat diperlihatkan contoh nyata mengenai kegunaan septi tank ini dimana saat tinja masuk ke komunal, yang dikeluarkannya adalah air bersih bukan tinja, membuat warga bertanya-tanya. Bahkan lanjutnya, ada tuntutan warga di RW lain untuk bisa mempergunakan dan memanfaatkan septic tank tersebut diwilayahnya.

Walau begitu Pak Dadang mengatakan, dengan harga septic tank komunal yang terbilang mahal maka diperlukan kesiapan anggaran.  Sehingga pihak Kelurahan Tamansari masih akan terbuka menerima jika FK Unisba kembali membangun dan memasang septic tank komunal ini di RW lainnya.(Eki/Wiwit)

Press ESC to close