Tim PKM Unisba Bekali Guru PAUD Keterampilan Mendesain

KOMINPRO – Adanya pandemik COVID-19 yang berlangsung selama dua tahun terakhir ini, menuntut guru untuk bisa lebih kreatif dan inovatif dalam memberikan materi pembelajaran. Bagaimana tidak, kebijakan pembelajaran yang saat ini mengharuskan guru dan murid melangsungkan pertemuan secara online, membuat beberapa siswa kesulitan untuk memahami materi pembelajaran. Pada situasi saat ini, guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan profesional, pedagogik, personal dan sosial, namun juga harus memiliki keterampilan menggunakan teknologi informasi untuk menunjang proses pembelajaran daring.

Berangkat dari latar belakang tersebut, tim peneliti Unisba yang terdiri dari dosen Fikom Dr. Ferry Darmawan, S.Sos., M.DS., dan dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Arif Hakim, S.P., M.PD., melakukan edukasi kepada guru-guru PAUD yang tersebar di wilayah Jawa Barat terkait pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran. Sebanyak 20 guru ikut berpartisipasi dalam pelatihan bertajuk “Model Komunikasi Visual Pengembangan Karakter Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Era Industri 4.0” yang berlangsung secara offline di laboratorium Grafis dan Multimedia Fikom Unisba, Kamis (14/9).

Ketua peneliti, Dr. Ferry mengatakan, dalam menghadapi indutri 4.0 seorang guru PAUD harus memilki kemampuan untuk mengembangkan media ajar berbasis teknologi komunikasi visual. Menurutnya, meskipun guru PAUD mengajar anak-anak usia dini, mereka harus tetap mengikuti pekembangan zaman. Apalagi melihat kondisi pandemi saat ini yang mengakibatkan ruang gerak tenaga pengajar menjadi sangat terbatas untuk melakukan komunikasi dua arah.

“Kami berupaya untuk meberikan pelatihan kepada guru-guru PAUD se-jawa Barat dalam membuat bahan ajar mandiri melalui software inkscape. Mengapa menggunakan software inkscape? Karena aplikasi ini gratis tapi jarang dimanfaatkan guru-guru, khususnya guru PAUD karena mungkin mereka belum tahu. Padahal aplikasi ini bisa menjadi sarana pembelajaran yang cocok karena anak-anak usia dini belum bisa membaca sehingga proses pembelajaran akan lebih efektif jika menggunakan media gambar,”jelasnya.

Beliau menjelaskan, melalui software inkscape, para peserta diharapkan bisa membuat bahan ajar dalam bentuk gambar yang kemudian bisa dishare melalui media sosial atau platform lainnya. Selain itu, dengan membuat bahan ajar sendiri, capaian dan target lulusan yang diinginkan guru akan lebih mudah tercapai karena pendekatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan latar belakang siswa.

“Rata-rata, guru ini mendapatkan bahan ajar yang didrop dari pusat sehingga guru hanya mengkuti panduan saja dari sana. Sementara untuk pengembangan karakter, mungkin metode pembelajaran yang dilakukan harus berbeda antar daerah satu dan lain karena nilai lokalitas dan budaya tidak sama. Jadi supaya nilai lokal bisa masuk dan sesuai dengan capaian pembelajaran lulusan yang diinginkan , guru harus membuat bahan ajar sendiri,” ujarnya. (Feari)

Press ESC to close