KOMINPRO- Dalam rangka meningkatkan kesehatan metabolik masyarakat tim dari Fakultas Kedokteran Unisba melakukan kegiatan terakhir dari program pengabdian kepada masyarakat (PKM) di kelurahan Sukaraja kecamatan Cicendo Kota Bandung, Rabu (6/10).
Aktivitas yang dilakukan meliputi pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan gula darah puasa, tekanan darah, lingkar pinggang, indeks massa tubuh, dan komposisi tubuh yang mencakup kadar lemak, otot, dan usia biologis tubuh.
Pemeriksaan yang dilakukan di Sekretariat Yayasan Diferensia, jalan Gunung Batu ini dirasakan peserta amat bermanfaat dalam memberikan pemahaman mengenai kondisi tubuhnya, terutama mengetahui adanya kadar lemak tubuh yang cukup tinggi yang selama ini tidak disadari.
Di kesempatan yang sama, tim pengabdi juga melakukan evaluasi program terhadap kurang lebih 40 peserta, dengan menilai perubahan tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat.
Adapun rangkaian kegiatan PKM ini sudah dilaksanakan sejak April s.d. Juni 2021 lalu. Program ini awalnya direncanakan selesai pada bulan Agustus. Namun, peningkatan kasus COVID-19 dan adanya kebijakan PPKM selama bulan Juli – September, mengharuskan pemeriksaan kesehatan pasca program dan evaluasi baru dapat dilakukan setelah terkendalinya kasus covid-19 di Kota Bandung.
Ketua tim PKM, dr. Hilmi Sulaiman Rathomi mengatakan, program ini berangkat dari masalah makin tingginya problem kesehatan metabolik dan penyakit tidak menular (PTM) di masyarakat, terutama di masa pandemi.
“Pasien yang biasanya dimonitor melalui posyandu lansia setiap bulan, selama pandemi menjadi kurang diperhatikan karena kegiatan posyandu lansia yang berhenti. Pasien juga cenderung tidak berobat selama pandemi covid karena khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan. Padahal, kondisi metabolik yang buruk dan obesitas (kelebihan berat badan), memberikan beban kesehatan yang amat besar, dan berperan dalam lebih dari 80% kematian di seluruh dunia,” ujarnya.
Disamping itu lanjutya, pandemi covid-19 juga menunjukkan bahwa obesitas ternyata berdampak signifikan dalam meningkatkan keparahan pada penyakit infeksi. Direktur jenderal WHO bahkan telah menyatakan bahwa agenda mengatasi obesitas harus menjadi prioritas kebijakan kesehatan pasca pandemi. “Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini amat relevan dan diharapkan berdampak langsung, minimal pada masyarakat di wilayah keluruhan Sukaraja,” tuturnya.
Sedangkam pemilihan lokasi di kelurahan Sukaraja, kata dr. Hilmi, karena memiliki prevalensi obesitas tertinggi di Kota Bandung. Direktur program Diferensia, Dian Chairani, menyatakan bahwa di wilayah ini mayoritas lansia memiliki penyakit metabolik seperti hipertensi, diabetes, dan kelainan kadar kolesterol.
Hasil diskusi antara tim FK UNISBA dan Diferensia mengarah pada perlunya upaya intervensi yang disesuaikan dengan budaya masyarakat yang cukup relijius, yakni melalui pendekatan agama. Hal ini juga selaras dengan keunggulan FK UNISBA yang mengintegrasikan nilai keislaman dalam praktek kedokteran.
“Fokus perubahan yang diharapkan adalah adanya adopsi prinsip pola makan tidak berlebihan sesuai Al Quran (laa tusrif) dengan pendekatan intermittent fasting yang telah terbukti efektif secara ilmiah,” ungkapnya.
Kegiatan ini kata Dr. Hilmi, merupakan bagian dari rangkaian aktivitas pengabdian yang telah berlangsung sejak Ramadhan lalu, yang diberi nama Islamic Eating Pattern for a Better Metabolic State (INTERFAST). Program INTERFAST merupakan intervensi adopsi pola makan sehat sesuai anjuran Al Quran untuk meningkatkan kesehatan metabolik pada komunitas majelis ta’lim.
Dijelakannya, kegiatan yang dilakukan mencakup lima aktivitas utama, yakni edukasi luring selama bulan Ramadhan sebanyak 5 kali, pembuatan grup Whatsapp komunitas untuk peer support, pembuatan video KALDU SAPI (Kajian Al-Quran dan Diet untuk Sehat Paripurna) untuk penguatan materi yang dibagikan via grup WA, sesi KADO PEKANAN (Konsultasi Dokter Pekanan) dengan tim dokter melalui grup WA, dan cek PROTEIN (Pemeriksaan Kondisi Metabolik Individu) yang dilakukan di awal dan akhir kegiatan.
Dalam pelaksanaan programnya kata dr. Hilmi, FK UNISBA menggandeng Diferensia Foundation yang merupakan lembaga nirlaba yang berdomisili di Sukaraja dan selama ini telah mendampingi posyandu dan posyandu lansia di wilayah tersebut.
dr. Hilmi menuturkan, para peserta yang mayoritasnya merupakan ibu-ibu majelis taklim mengaku sangat gembira dan menyambut baik seluruh rangkaian kegiatan ini. “Mereka banyak memperoleh pengetahuan baru, mulai dari praktik puasa yang sehat, seperti apa makanan yang thoyyib yang disebutkan dalam Al Quran, apa hikmah dari pola makan tidak berlebihan, apa saja indikator sehat secara metabolik, dan bagaimana tips praktis untuk mempertahankan berat badan sehat sekaligus meningkatkan kebugaran secara jangka panjang,” paparnya.
Lebih jauh dr. Hilmi menuturkan, dari data awal selain apresiasi yang baik dari masyarakat, terlihat adanya peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan metabolik serta perbaikan perilaku seperti mengurangi konsumsi gula, membiasakan puasa dan memulai gaya hidup intermittent fasting, dan mengurangi kebiasaan malam di larut malam.
Beberapa peserta juga kata dr. Hilmi, diketahui mengalami peningkatan kondisi metabolik seperti perbaikan gula darah puasa, penurunan lingkar pinggang dan tekanan darah, serta perbaikan profil lipid. Adapun evaluasi secara rinci dari program ini direncanakan akan dipublikasikan dalam konferensi internasional dan jurnal ilmiah dalam beberapa bulan ke depan.***