KOMHUMAS-Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan pengamatan hilal 1 Dzulhijjah 1445 H yang bekerja sama dengan Kanwil Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Provinsi Jawa Barat. Pengamatan ini dilakukan dalam rangka penetapan hari raya Idul Adha 1445 H.
Pemantauan hilal dilakukan di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba yang ada di Gedung Fakultas Kedokteran Unisba Lantai 9 dengan koordinat tempat Lintang -6˚54’12” LS, Bujur 107˚36’32” BT dan ketinggian tempatnya 750 Meter diatas permukaan
laut, pada Selasa (7/6/2024).
Hakim Utama Muda Pengadilan Agama Bandung, Drs. Ahmad Sanusi, S.H., M.H., mengatakan, berdasarkan para saksi yang melakukan pemantauan di Observatorium Albiruni Unisba melalui perekaman alat teleskop bahwa hilal nampak terlihat meskipun keadaan di ufuk agak mendung tertutup awan. “Hilal terekam selama 5 menit pada pukul 17:45 WIB dengan bantuan teleskop. Persoalan dan perdebatan antara yang melihat langsung atau dengan bantuan alat itu pasti ada. Namun kewajiban dan kewenangan kami untuk mengambil sumpah sesuai dengan laporan yang melihatnya baik melalui mata sendiri, alat bantu kacamata ataupun teleskop,” terangnya.
Menurutnya, hasil dari pemantauan yang dilihat oleh banyak orang yang merupakan unsur dari Kemenag, BHRD Jawa Barat, Pimpinan Fakultas Syariah dan Yayasan Unisba, mahasiswa, tiga orang tamu dari International Islamic University Malaysia (IIUM), para calon hakim, mahasiswa dari fakultas lain, dan juga dari awak media akan dilaporkan langsung ke Kementrian Agama Pusat sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan 1 Dzulhijjah 1445 H.
Kepala Observatorium Albiruni, Encep Abdul Rojak, S.H.I., M.Sy., mengatakan, kegiatan ini berstatus resmi terdaftar sebagai titik pengamatan hilal awal Dzulhijjah. “Artinya hasil dari pengamatan ini akan dilaporkan kepada Kementrian Agama Republik Indonesia sebagai bahan Itsbat Awal Dzulhijjah 1445 H,” katanya.
Encep menerangkan, jtimak atau konjungsi secara Geosentris terjadi pada Kamis (6/4/2024) pukul 20:54 LT. “Konjungsi berarti posisi Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis astronomis. Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut Umur bulan/hilal sekitar 20 jam 51 menit,” jelasnya.
Dikatakannya, pengamatan hilal akan dimulai saat matahari terbenam yaitu pukul 17.45 WIB. Lama pengamatan hilal dilakukan selama 29 menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 18.24 WIB. Saat matahari terbenam, hilal berada pada Azimuth 300˚06’05” dan posisi matahari berada pada azimuth 292˚46’03”.
Nilai ini kata Encep, dihitung dari titik Utara sejati ke arah Timur-Selatan-Barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk. “Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari,” katanya.
Encep menuturkan, pada saat matahari terbenam pukul 17.45 WIB, tinggi hilal sudah +07˚35’33”, dan hilal terbenam pada pkl 18.30 WIB. “Nilai ketinggian hilal saat ini sudah memenuhi Batas minimal hilal mungkin terlihat (Imkan Rukyat), yaitu kriteria +3˚, sehingga hilal sangat mungkin dilihat,” ungkapnya.
Menurutnya, jarak sudut lengkung bulan dari matahari yang disebut Elongasi berada pada nilai 11˚56’15”.
Encep mengatakan, peralatan yang dipergunakan terdiri dari Teropong Digital Computerize satu buah & Teropong manual satu buah yang tersimpan di doom albiruni.
Menurut Encep, pengamatan dimulai dari sekitar jam 14.00 WIB dengan cara kalibrasi teropong membidik matahari. ”Setelah didapatkan posisi yang sesuai, teropong akan ngerack matahari. Pada jam 15.00 teropong akan dicek kembali untuk diketahui posisi terbarunya,” kata Encep.
Encep menuturkan, pada pukul 17.00 WIB teropong akan diarahkan ke posisi bulan. ”Pada teropong sudah dilengkapi kamera CCD yang berfungsi menampilkan tangkapan teropong ke laptop. Kemudian dari laptop akan disambungkan ke layar yang lebih lebar seperti TV dengan menggunakan kabel HDMI. Melalui layar TV ini, setiap peserta dapat melakukan rukyat hilal secara bersama-sama,” terangnya.
Menurutnya, para peserta yang hadir dapat bersama-sama berusaha untuk melihat hilal dari teropong utama yang akan disambungkan melalui media TV dalam menampilkan tangkapan teropong. “Sehingga setiap orang yang hadir memiliki kesempatan yang sama untuk melihat hilal,” ujarnya.
Hasil kegiatan ini akan dilaporkan kepada Kementrian Agama sebagai bahan sidang Isbat 1 Dzulhijjah 1445 H. Keputusan akhirnya, apakah besok sudah masuk 1 Dzulhijjah atau belum, menunggu pengumuman resmi dari Pemerintah c.q Kementrian Agama RI.***