Fakultas Syariah Unisba Lakukan Pengamatan Hilal 1 Muharram 1445 H

KOMHUMAS-Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung (Unisba) melakukan pengamatan hilal 1 Muharram 1445 H yang bekerja sama dengan Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Jawa Barat.

Pemantauan hilal dilakukan di Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba dengan koordinat tempat Lintang -6˚54’12” LS, Bujur 107˚36’32” BT dan ketinggian tempatnya 750 Meter diatas permukaan laut, pada Selasa (18/7/2023).

Berdasarkan hasil pengamatan ini, semua unsur yang terlibat telah melihat hilal dengan ketinggian lebih dari 5˚ pada pukul 17:54-17:59 WIB. “Kami melihat dengan jelas karena cuaca sangat luar biasa yaitu cerah walaupun sedikit berawan hitam,  tapi hilal tetap terlihat,” ungkap Ketua BHRD Provinsi Jawa Barat Prof. Dr. H. Encup Supriatna, M.Si.

Menurutnya, hasil pengamatan akan dilaporkan kepada Kementrian Agama bahwa titik pengamatan yang ada di Jawa Barat khususnya Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba Fakultas Syariah telah melihat hilal.

Kepala Observatorium Albiruni, Encep Abdul Rojak, S.H.I., M.Sy., mengatakan, kegiatan ini berstatus resmi terdaftar sebagai titik pengamatan hilal di Kementrian Agama Republik Indonesia. “Artinya hasil dari pengamatan ini akan menjadi bahan dalam menentukan 1 Muharram 1444 H,” katanya.

Encep menerangkan, jtimak atau konjungsi terjadi pada pukul 01:32 WIB. “Konjungsi berarti posisi Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu garis astronomis. Sejak terjadinya konjungsi sampai dengan waktu pengamatan disebut Umur bulan/hilal sekitar 16 jam 21 menit,” jelasnya.

Dikatakannya, pengamatan hilal akan dimulai saat matahari terbenam yaitu pukul 17.53 WIB. Lama pengamatan hilal dilakukan selama 32 menit, karena bulan akan terbenam pada pukul 18.25 WIB. Posisi bulan/hilal berada pada Azimuth 295˚26’28” dan posisi Matahari berada pada azimuth 290˚57’28”.

Nilai ini kata Encep, dihitung dari titik Utara sejati ke arah Timur-Selatan-Barat melalui lingkaran horizon atau ufuk sampai dengan proyeksi bulan dan matahari di ufuk. Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari.

Berdasarkan data ini, bulan atau hilal berada di sebelah Utara/Kanan matahari perspektif pengamat. Pada Pkl 17.46 WIB, tinggi hilal +1˚38’47”, selanjutnya Pkl. 17.50 WIB (+0˚48’19”), Pkl. 17.53 WIB (+0˚11’00”), Pkl. 17.55 WIB (Terbenam). 

Menurut Encep, pada saat matahari terbenam Pkl 17.53 WIB, tinggi hilal sudah +5˚05’10”, dan hilal terbenam pada pkl 18.25 WIB. Artinya hilal sudah terbenam dan pengamatan pun selesai.

“Tinggi hilal ini dihitung dari ufuk secara vertikal sampai dengan posisi bulannya. Nilai ketinggian saat ini belum memenuhi Batas minimal hilal/bulan mungkin terlihat (Imkan Rukyat), karena pada saat ini batas minimalnya berada pada ketinggian +3˚, sehingga mungkin hilal sulit dilihat. Jarak sudut lengkung bulan dari matahari yang disebut Elongasi berada pada nilai +9˚00’47,” terangnya.

Encep mengatakan, peralatan yang akan dipergunakan terdiri dari Teropong Digital Computerize dua buah & Teropong manual satu buah. “Diantaranya yang tersimpan di doom albiruni dan milik BMKG,” katanya.

Encep menerangkan, pengamatan dilakukan secara manual dan digital. Untuk pengamatan digital menggunakan teropong Cem70 merk iOptron yang terpasang di dalam observatorium / doom, dibantu juga dengan kamera CCD hitam putih yang menghubungkan teropong dengan laptop dan terkoneksi juga ke Layar TV melalui HDMI..

“Untuk membuka kamera tersebut digunakan software Sharpcap yang berfungsi untuk memonitor tangkapan hilal / matahari pada teropong. Melalui software ini pun digunakan untuk mendokumentasikan hilal dalam bentuk foto atau video. Apabila hasilnya tidak diketahui secara jelas objeknya / hilalnya, maka akan dilakukan olah citra hilal dengan software lainnya seperti iris atau siril. Keduanya merupakan software astronomi yang berfungsi untuk mengolah citra hilal agar terlihat kontras.,” jelas Encep.,  Pengamatan hilal ini kata Encep, seluruhnya dilakukan oleh tim Observatorium Albiruni Fakultas Syariah Unisba.

Menurutnya, para peserta yang hadir bersama-sama melihat hilal dari teropong utama yang disambungkan melalui media TV dalam menampilkan tangkapan teropong. “Sehingga setiap orang yang hadir memiliki kesempatan yang sama untuk melihat hilal,” ujarnya.***

Press ESC to close