FK Unisba Gelar Webinar Penulisan Systematic Review untuk Publikasi Internasional Bereputasi

KOMINPRO – Pandemik COVID -19 yang merebak di Indonesia membuat sejumlah aktivitas terganggu. Himbauan pemerintah untuk menjalankan physical distancing membuat masyarakat harus mengurangi berbagai kegiatan yang melibatkan kontak langsung dengan orang lain. Hal tersebut rupanya berdampak terhadap aktivitas pembelajaran di perguruan tinggi salah satunya kegiatan menyusun skripsi. Seperti diketahui dalam proses penyusunan tugas akhir, mahasiswa diharuskan mencari data secara langsung dan melakukan kontak  dengan responden. Untuk mensiasati persoalan tersebut, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Bandung (Unisba) berencana mengganti tugas akhir mahasiswa yang awalnya berbentuk skripsi menjadi systematic review.

Demikan disampaikan, Dekan FK Unisba,  Prof. Dr. dr. Nanan Sekarwana, Sp.A.(K), MARS. Dalam Webinar series FK Unisba bertajuk “Penulisan Systematic Review untuk Publikasi Internasional Bereputasi,” Sabtu (18/07).  Dalam kondisi saat ini, Prof. Nanan mengatakan, menyusun systematic review menjadi salah satu bentuk alternatif yang mungkin dilakukan untuk mengganti tugas akhir mahasiswa. Menurutnya jika proses penyusunannya dilakukan sesuai kaidah penulisan yang berlaku, tugas mahasiswa tidak akan hanya sekedar menjadi syarat kelulusan tapi berpeluang untuk diterima di jurnal internasional.

“Walaupun tugas mahasiswa diganti bentuknya menjadi systematic review, harus tetap memperhatikan kualitas dalam isi dan penulisan. Penulisan systematic review apabila dilakukan dengan kaidah yang baik berpeluang untuk diterima di jurnal nasional dan internasional bereputasi. Maka pada kesempatan ini kita akan mendaptakan pengetahuan tersebut dari narasumber yang ahli di bidangnya,”ujarnya.

Sementara itu, Guru Besar FK Universitas Sebelas Maret (UNS), Prof. Ari Natalia Probandari, dr., M.P.H., Ph.D., yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut mengatakan, setidaknya ada tiga kategori yang harus menjadi perhatian khusus bagi seseorang untuk menyusun systematic review (SR). Menurutnya, penyebab manuskrip ditolak di jurnal bereputasi umumnya terjadi karena beberapa alasan di antaranya kualitas riset tidak optimal, kualitas penulisan tidak sesuai, dan manuskrip dikirim pada jurnal yang tidak tepat scopenya.

Problem publikasi itu biasanya terjadi karena kualitas riset tidak optimal. Kemudian, problem dari aspek penulisan, jadi riset sudah bagus tapi peulisannya kurang jelas atau ada hal teknis lain yang melanggar aspek-aspek etika publikasi seperti kurangnya parafrease dan sebagainya. Ketiga adalah memang salah kirim atau salah mencarikan rumah untuk artikelnya,” terangnya.

Prof. Ari menerangkan, systematic review adalah desain penelitian yang dilakukan untuk mensintesis bukti-bukti penelitian yang sudah ada secara sistematis dalam hal pencarian artikel penelitian, telaah kiritism dan sintesis hasil penelitian untuk menjawab suatu pertanyaan. Dalam membuat systematic review , setidaknya seseorang harus melalui delapan tahapan mulai dari menyusun pertanyaan penelitian, mencari contoh SR yang dekat dengan topik, mencari bukti penelitian yang relevan dengan strategi yang sistematis, melakukan pengelolaan proses pencarian, melakukan telaah krisis atau bukti penelitian yang dikumpulkan, eksraksi data dan sintesis bukti penelitian yang terkumpul, menyusun jawaban atas pertanyaan penelitian, menyusun laporan hasil systematic review.

“Saya tekankan bahwa jika ktia beroreintasi pada penulisan termasuk sistematic review yang bisa dipublikasi di jurnal berreputasi maka kita harus berfikir bagaimana membuat review yang berkualittas. Jadi ini tentu yang harus diperhatikan ide untuk review harus cocok dengan permasalahan terkini dan cara penulisan sesuai panduan yang berlaku,”jelasnya. (Feari)

Press ESC to close