KOMINPRO – Dalam mendukung program Indonesia Bebas Tuberkulosis (TB) tahun 2030 mendatang, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Bandung (Unisba) menggelar kegiatan Skrining Turberkulosis di Yayasan Pesantren Ulul Azmi Education Center, Sabtu (15/02). Sebanyak 88 santri telah menjalani pemeriksaan fisik, wawancara, dan pengambilan dahak sebagai bahan pemeriksaan untuk dideteksi. Acara tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan dari program pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang digagas dosen FK Unisba melalui dana hibah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unisba.
Tingginya kasus penyebaran penyakit turberkulosis di Jawa Barat, menjadi salah satu pertimbangan FK Unisba menyelenggarakan kegiatan tersebut. Selain mendeteksi dini penderita penyakit TB di komunitas pesantren, FK Unisba berencana untuk merekrut santri sebagai kader kesehatan dalam melakukan penanggulangan penyakit TB di lingkungan pesantren.
Ketua Penyelenggara, Dr. Wida Purbaningsih, Dr., M. Kes mengatakan, pihaknya telah menyusun berbagai program dalam upaya pemberantasan TB mulai dari edukasi, screening, dan kaderisasi. Melalui program kesehatan ini, dia berharap, para santri tidak hanya memahami apa itu penyakit TB, tetapi juga cara penularannya, gejala-gejalanya, serta cara pencegahan dan pengobatannya.
Dr. Wida mengatakan, tidak sedikit Pondok Pesantren yang menerapkan peraturan untuk menempatkan tempat tidur santri dalam ruangan yang sama. Bahkan satu ruangan dapat menampung lima sampai sepuluh santri sehingga jika ada salah satu santri yang menderita penyakit TB, dikhawatirkan dapat menularkannya lebih mudah dan cepat.
“Anak-anak pesantren ini agak rentan terpapar infeksi tersebut terutama dengan tingkat hunian yang tinggi. Kemudian kontruksi bangunan yang meminimalisir masuknya cahaya matahari juga menjadi faktor timbulnya penyakit tersebut. Apalagi di tempat lembab tingkat penularan bisa lebih tinggi sehingga edukasi mengenai penyakit TB sangat penting bagi mereka,”ujarnya,
Dia menjelaskan, penyakit tuberculosis atau yang sering disebut TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBV yaitu mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyerang tubuh manusia, terutama pada paru-paru. Penyakit tersebut dapat menular melalui pernapasan, batuk, bersin, bahkan sekedar berinteraksi dengan berbicara. Kuman TBC yang keluar, terhirup oleh orang lain melalui saluran pernapasan menuju paru-paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Dr. Wilda mengatakan sebenarnya masyarakat tidak perlu risau karena tuberkulosis sudah ada obatnya. Namun, meski demikian masyarakat harus mengenal dan mewaspadai jika muncul gejala-gejala TB pada dirinya atau orang-orang di sekitarnya.
“Penyakit TB ini dapat dikategorikan dari yang sedang sampai berat. Jika penderita ditemukan dan dia rutin minum obat selama enam bulan penuh maka pasien bisa sembuh dan obatnya pun dapat diperoleh secara gratis di puskesmas. Namun, jika tidak diobati daya tahan tubuhnya akan menurun dan bisa menyebabkan kematian,” jelasnya.
Program Skrining Turberkulosis digagas oleh tujuh dosen FK Unisba yakni Dr. Wida Purbaningsih, Dr., M. Kes sebagai ketua, Dr. Yani Triyani, dr., SpPK., M.Kes., Dr. Titik Respati., drg., M.Sc.PH., Dr. Maya Tejasari, Dr., M.Kes. Dr. Lelly Yunairti, S.Si., M.Kes., Widayanti, Dr., M.Kes., Heni Muflihah, dr., M.Kes., PhD dan 16 mahasiswa FK Unisba. Dia berharap, ke depan pihaknya dapat melakukan kegiatan serupa ke berbagai pesantren lainnya, khususnya pesantren yang telah menjadi binaan FK Unisba. (Feari)